DAN EKSTRADISI
• Pada masa sekarang ini, tidak ada satu negara pun yang
dapat menutup diri dari perkembangan akibat pengaruh
globalisasi, derasnya arus informasi, dan kemajuan
teknologi yang pesat.
• Efek negatif dari perkembangan tersebut adalah semakin
cepatnya manusia melakukan hubungan dengan manusia
lain sehingga batas-batas wilayah antar negara sangat
kabur dan mekanisme pengawasan antar negara semakin
sulit.
• tindak pidana terutama yang bersifat transnasional atau
lintas negara mengakibatkan timbulnya permasalahan
hukum suatu negara dengan negara lain yang memerlukan
penanganan melalui hubungan baik berdasarkan hukum di
masing-masing negara.
kejahatan yang bersifat Transnasional
3
Kerjasama Antar Pemerintah (Government to Government)
untuk Pemberantasan Kejahatan Lintas Negara
Mengapa Diperlukan?
• Saling Menghormati Jurisdiksi;
• Dukungan Proses Penegakan Hukum di Negara
Kondisi Peminta (Respecting Procedure to be Follow);
• Prinsip Timbal Balik (Reciprocity);
terkait
• Adanya kewenangan kohersif (perintah
/ijin/persetujuan) sesuai prosedur hukum dalam
Jurisdiksi Negara Diminta dalam memenuhi
permintaan dari Negara Peminta;
• Membantu proses penegakan hukum secara formal
(Formal Cooperation) atas nama Pemerintah
Lingkup Kerjasama (Government to Government)
KEJAHATA PENEGAKAN
N HUKUM
Alat
[Benda] MLA
Manusia
[Buronan] EKSTRADISI
BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM
MASALAH PIDANA
MUTUAL LEGAL ASSISTANCE
IN CRIMINAL MATTERS
Dasar Hukum
Perjanjian Bilateral:
◦ Australia : Ditandatangani 27 Oktober 1995
Diratifikasi dengan UU No.1 Tahun 1999
◦ Republik Rakyat China : Ditandatangani 24 Juli 2000
Diratifikasi dengan UU No.8 Tahun 2006
◦ Hong Kong : Ditandatangani 3 April 2008
Diratifikasi dengan UU No.3 Tahun 2012
◦ Korea Selatan : Ditandatangani 30 Maret 2002
Proses Ratifikasi
◦ India : Ditandatangani 25 Januari 2011
Proses Ratifikasi
PERJANJIAN MLA
Perjanjian Multilateral:
Konvensi Internasional:
1.United Nations Convention Against Transnational
Organized Crime
(Konvensi PBB Menentang Tindak Pidana Transnasional
yang Terorganisasi)
(Diratifikasi dengan UU No.5 Tahun 2009)
2.United Nations Convention Against Corruption
(Konvensi PBB Menentang Korupsi)
(Diratifikasi dengan UU No.7 Tahun 2006)
1.United Nations Convention Against Illicit Traffic in
Narcotic Drugs and Psychotropic Substances
(Konvensi PBB Tentang Pemberantasan Peredaran
Gelap Narkotika dan Psikotropika)
(Diratifikasi dengan UU No. 7 Tahun 1997)
YANG BERTANGGUNG
JAWAB ATAS MLA
PERMINTAAN MLA DITOLAK
a. permintaan Bantuan berkaitan dengan orang atas tindak pidana yang dianggap
sebagai :
1. tindak pidana politik, kecuali pembunuhan atau percobaan pembunuhan
terhadap kepala negara/kepala pemerintahan, terorisme; atau
2. tindak pidana berdasarkan hukum militer;
b. permintaan Bantuan berkaitan dengan orang atas tindak pidana yang
pelakunya telah dibebaskan, diberi grasi, atau telah selesai menjalani
pemidanaan;
c. permintaan Bantuan terhadap orang atas tindak pidana yang jika dilakukan di
Indonesia tidak dapat dituntut;
d. permintaan Bantuan diajukan untuk menuntut atau mengadili orang karena
alasan suku, jenis kelamin, agama, kewarganegaraan, atau pandangan politik;
e. persetujuan pemberian Bantuan atas permintaan Bantuan tersebut akan
merugikan kedaulatan, keamanan, kepentingan, dan hukum nasional;
f. negara asing tidak dapat memberikan jaminan bahwa hal yang dimintakan
Bantuan tidak digunakan untuk penanganan perkara yang dimintakan; atau
g. negara asing tidak dapat memberikan jaminan pengembalian barang bukti yang
diperoleh berdasarkan Bantuan apabila diminta.
INDONESIA SEBAGAI NEGARA PEMINTA
Kemlu
Kemenkumham
Koordinasi dan
Komunikasi
CENTRAL
AUTHORITY
Koordinasi Negara
Proses Koordinasi dan
Teknis Diminta
Telaahan Komunikasi
Untuk
persiapan dan drafting
draft permintaan
dokumen MLA
permintaan
PERSYARATAN PENGAJUAN
PERMINTAAN MLA
Kemlu
RI
Koordinasi dan
Komunikasi
Kemenkumham POLRI
Diterima
Assesment
Koordinasi dan Telaahan, Kejagung
Komunikasi Informasi Komunikasi dan
Tambahan Surat Tindak
Lanjut
Koordinasi dan
Ditolak Komunikasi
KOORDINASI
Hubungan kerja sehari-hari
(Nasional)
-Kepolisian : Interpol, Bareskrim
-Kejaksaan Agung: Biro Hukum dan Kerjasama Luar Negeri;
-Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK): PJKAKI;
-Kementerian Luar Negeri: Direktorat Perjanjian Politik, Keamanan dan
Kewilayahan, Ditjen Hukum dan Perjanjian Internasional;
-Perwakilan RI di Luar Negeri;
-Pusat Pelaporan dan Analasis Transaksi Keuangan (PPATK).
(Internasional)
-Central Authority Negara-Negara Asing;
-Perwakilan Negara Sahabat di Indonesia;
-UNODC (United Nations on Drugs and Crime);
-Law Enforcement negara asing (FBI, AFP, Serious Fraud Office, dll)
PERMINTAAN MLA KE NEGARA LAIN
22
22
EKSTRADISI
EXTRADITION
EKSTRADISI DI INDONESIA
PHILIPINA, UU 10/1976
THAILAND, UU 2/1978
AUSTRALIA, UU 8/1994
• Absence of the Treaty : Ekstradisi Dengan Perjanjian atau Tanpa Perjanjian (Hubungan Baik
dan Resiprositas);
• Variable of Crime : Buat Pelaku Kejahatan (Pleger), Percobaan Melakukan Kejahatan,
Permufakatan Melakukan Kejahatan (Doen Pleger, Medepleger, Uitlokker, dan Medeplichtige);
• Dual Criminality: Bagi jenis kejahatan yang ditentukan (list of crime) maupun tidak (dual
criminality);
• Tidak berlaku bagi Kejahatan Politik dan militer;
• Nationality: Diskresi terhadap Ekstradisi Warga Negara Indonesia;
• Non- Self Teritorial: Ditolak jika kejahatan yang dituduhkan dilakukan seluruhnya atau
sebagiannya dalam wilayah Negara Republik Indonesia;
• Nebis in Idem / Double Jeopardy : Ditolak jika orang yang diminta sedang di proses di Negara
Republik Indonesia untuk kejahatan yang sama, jika putusan yang dijatuhkan olehPengadilan
Republik Indonesia yang berwenang mengenai kejahatan yang dimintakan ekstradisinya telah
mempunyai kekuatan hukum yang pasti, atau apabila orang yang dimintakan ekstradisinya telah
diadili dan dibebaskan atau telah selesai menjalani pidananya di negara lain mengenai kejahatan
yang dimintakan ekstradisinya;
AZAS EKSTRADISI (INDONESIA)
• Non-Daluarsa: Ditolak, jika menurut hukum Negara Republik Indonesia hak untuk menuntut
atau hak untuk melaksanakan putusanpidana telah kedaluwarsa;
• Non-Capital Punishment: Ditolak, jika kejahatan yang dimintakan ekstradisi, diancam dengan
pidana mati);
• Non-Disriminatio: Ditolak, jika menurut instansi yang berwenang terdapat sangkaan yang
cukup kuat, bahwa orang yang dimintakan ekstradisinya akan dituntut, dipidana, atau dikenakan
tindakan lain karena alasan yang bertalian dengan agamanya, keyakinan politiknya, atau
kewarganegaraannya, ataupun karena ia termasuk suku bangsa atau golongan penduduk tertentu;
• Rule of Speciality : Ditolak, jika orang yang dimintakan ekstradisiakan dituntut, dipidana, atau
ditahan karena melakukan kejahatan laindaripada kejahatan yang karenanya ia dimintakan
ekstradisinya;
• Non-Transfer : Ditolak, jika orang yang dimintakan ekstradisinya akan diserahkan kepada
negara ketiga untuk kejahatan-kejahatan lain yang dilakukan sebelum ia dimintakan ekstradisi.
PENCARIAN/PENANGKAPAN
UNTUK DIEKSTRADISI
TERSANGKA TERPIDANA
URAIAN TP YG DISANGKAKAN
URAIAN TP YG DISANGKAKAN SCR RINCI
SCR RINCI
PASAL YG DISANGKAKAN DAN
PASAL YG DISANGKAKAN DAN BUNYINYA
BUNYINYA
SP PENANGKAPAN
SP PENANGKAPAN
IDENTITAS TSK (FOTO, SIDIK JARI
IDENTITAS TSK (FOTO, SIDIK JARI COPY KTP/PASPOR
COPY KTP/PASPOR
INFORMASI KEBERADAAN TSK
INFORMASI KEBERADAAN TSK
FORM RED NOTICE (BILA DIPERLUKAN)
FORM RED NOTICE (BILA DIPERLUKAN)
COPY KEPUTUSAN PENGADILAN (LEGALISIR)
TERPIDANA TERSANGKA
PERMOHONAN PENYITAAN
PS 22 (4)
DARI NEG LAIN YG MILIKI
PERJANJIAN EKSTRADISI DG RI
KEMLU KEMENKUMHAM
KEMENKUMHAM
TDK PENGADILAN NEGERI
LKP
SYARAT KEJAKSAAN
LKP
POLRI
DARI NEG LAIN YG TIDAK MILIKI
PERJANJIAN EKSTRADISI DG RI
KEMLU KEMENKUMHAM
LKP
KEMENKUMHAM
T
D PENGADILAN NEGERI
K T L
E K
R P
SYARAT I
M
T
A KEJAKSAAN
O
L LKP
A
K PRESIDEN
POLRI
DARI RI KPD NEG LAIN
KAPOLRI/JAKGUNG KEMLU/INTERPOL
KEMENKUMHAM
TSK/TPD TLH
KEMLU NEG DIMINTA DITANGKAP
CARI DAN TANGKAP
BUAT BAP
KEWAJIBAN
PENYIDIK
POLRI
KIRIM KE PENUNTUT UMUM
PS 26
LAPORKAN KE KAPOLRI
MONITOR PERKEMBANGAN
KIRIM BAP KE PENGADILAN NEGERI
7 HR STLH TRM DR PENYIDIK
PS 27
PS 31 (2)
MENETAPKAN TGL & HARI PERSIDANGAN
SIDANG TERBUKA/TERTUTUP
IDENTITAS DAN
KEWARGANEGARAAN
1. Peter Dundas
Walbran;
2. Nunun Nurbaeti.
Oleh:
Dhani Ershiano, S.H., M.H.
Seksi Bantuan Hukum Timbal Balik
Direktorat Hukum Internasional dan Otoritas Pusat
Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia
Jl. H.R. Rasuna Said Kav. 6-7 Kuningan Jakarta 12940
Telp/Fax: (+62-21) 522 1619/ 529 63996
Email: direktorathi@gmail.com/ ershiano.stredo@yahoo.com
Terima
Kasih