Anda di halaman 1dari 40

MUTUAL LEGAL ASSISTANCE

DAN EKSTRADISI

DIREKTORAT HUKUM INTERNASIONAL DAN OTORITAS PUSAT


DIREKTORAT JENDERAL ADMINISTRASI HUKUM UMUM
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA
LATAR BELAKANG

• Pada masa sekarang ini, tidak ada satu negara pun yang
dapat menutup diri dari perkembangan akibat pengaruh
globalisasi, derasnya arus informasi, dan kemajuan
teknologi yang pesat.
• Efek negatif dari perkembangan tersebut adalah semakin
cepatnya manusia melakukan hubungan dengan manusia
lain sehingga batas-batas wilayah antar negara sangat
kabur dan mekanisme pengawasan antar negara semakin
sulit.
• tindak pidana terutama yang bersifat transnasional atau
lintas negara mengakibatkan timbulnya permasalahan
hukum suatu negara dengan negara lain yang memerlukan
penanganan melalui hubungan baik berdasarkan hukum di
masing-masing negara.
kejahatan yang bersifat Transnasional

Upaya antisipasi terhadap kejahatan tersebut :


dibutuhkan suatu kerjasama antar negara,
(bilateral maupun multilateral, negara-
negarasatu kawasan maupun tidak)

3
Kerjasama Antar Pemerintah (Government to Government)
untuk Pemberantasan Kejahatan Lintas Negara

Mengapa Diperlukan?
• Saling Menghormati Jurisdiksi;
• Dukungan Proses Penegakan Hukum di Negara
Kondisi Peminta (Respecting Procedure to be Follow);
• Prinsip Timbal Balik (Reciprocity);
terkait
• Adanya kewenangan kohersif (perintah
/ijin/persetujuan) sesuai prosedur hukum dalam
Jurisdiksi Negara Diminta dalam memenuhi
permintaan dari Negara Peminta;
• Membantu proses penegakan hukum secara formal
(Formal Cooperation) atas nama Pemerintah
Lingkup Kerjasama (Government to Government)

KEJAHATA PENEGAKAN
N HUKUM

Untuk Tujuan (Garis Besar):

a. Meminta pertanggungjawaban tersangka pelaku


atau pelaku tindak pidana (kejahatan)

b. Mendapatkan bukti atau mengembalikan instrumen atau


akibat dari kejahatan
BENTUK KERJASAMA

a. Mendapatkan bukti atau mengembalikan instrumen atau


akibat dari kejahatan

Alat
[Benda] MLA

b. Meminta pertanggungjawaban tersangka pelaku


atau pelaku tindak pidana (kejahatan)

Manusia
[Buronan] EKSTRADISI
BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM
MASALAH PIDANA
MUTUAL LEGAL ASSISTANCE
IN CRIMINAL MATTERS
Dasar Hukum

Undang-Undang Nomor 1 Tahun


2006 tentang Bantuan Timbal
Balik dalam Masalah Pidana
PENGERTIAN

Bantuan Timbal Balik dalam Masalah Pidana


(Mutual Legal Assistance in Criminal Matters/
MLA)

“merupakan permintaan Bantuan berkenaan dengan


penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di
sidang pengadilan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan Negara Diminta”
LINGKUP KERJASAMA MLA

1. mengidentifikasi dan mencari orang;


2. mendapatkan pernyataan, dokumen dan alat bukti
lainnya;
3. mengupayakan kehadiran orang untuk memberikan
keterangan;
4. menyampaikan surat;
5. melaksanakan permintaan penggeledahan;
6. Pembekuan, penyitaan dan perampasan aset hasil
tindak pidana.
DASAR PELAKSANAAN MLA

• Bantuan MLA dapat dilakukan berdasarkan


suatu perjanjian.
• Dalam hal belum ada perjanjian maka
Bantuan MLA dapat dilakukan atas dasar
hubungan baik berdasarkan prinsip
resiprositas.
PERJANJIAN MLA

 Perjanjian Bilateral:
◦ Australia : Ditandatangani 27 Oktober 1995
Diratifikasi dengan UU No.1 Tahun 1999
◦ Republik Rakyat China : Ditandatangani 24 Juli 2000
Diratifikasi dengan UU No.8 Tahun 2006
◦ Hong Kong : Ditandatangani 3 April 2008
Diratifikasi dengan UU No.3 Tahun 2012
◦ Korea Selatan : Ditandatangani 30 Maret 2002
Proses Ratifikasi
◦ India : Ditandatangani 25 Januari 2011
Proses Ratifikasi
PERJANJIAN MLA

 Perjanjian Multilateral:

ASEAN MLA Treaty : Ditandatangani 29 Nopember 2004


Diratifikasi dengan UU No.15 Tahun 2008

ASEAN (Brunei Darussalam, Kerajaan Kamboja, Republik Indonesia,


Republik Demokratik Rakyat Laos, Malaysia, Uni Myanmar, Republik
Philipina, Republik Singapura, Kerajaan Thailand dan Republik Sosialis
Vietnam).
PERJANJIAN MLA

Konvensi Internasional:
1.United Nations Convention Against Transnational
Organized Crime
(Konvensi PBB Menentang Tindak Pidana Transnasional
yang Terorganisasi)
(Diratifikasi dengan UU No.5 Tahun 2009)
2.United Nations Convention Against Corruption
(Konvensi PBB Menentang Korupsi)
(Diratifikasi dengan UU No.7 Tahun 2006)
1.United Nations Convention Against Illicit Traffic in
Narcotic Drugs and Psychotropic Substances
(Konvensi PBB Tentang Pemberantasan Peredaran
Gelap Narkotika dan Psikotropika)
(Diratifikasi dengan UU No. 7 Tahun 1997)
YANG BERTANGGUNG
JAWAB ATAS MLA
PERMINTAAN MLA DITOLAK

a. permintaan Bantuan berkaitan dengan orang atas tindak pidana yang dianggap
sebagai :
1. tindak pidana politik, kecuali pembunuhan atau percobaan pembunuhan
terhadap kepala negara/kepala pemerintahan, terorisme; atau
2. tindak pidana berdasarkan hukum militer;
b. permintaan Bantuan berkaitan dengan orang atas tindak pidana yang
pelakunya telah dibebaskan, diberi grasi, atau telah selesai menjalani
pemidanaan;
c. permintaan Bantuan terhadap orang atas tindak pidana yang jika dilakukan di
Indonesia tidak dapat dituntut;
d. permintaan Bantuan diajukan untuk menuntut atau mengadili orang karena
alasan suku, jenis kelamin, agama, kewarganegaraan, atau pandangan politik;
e. persetujuan pemberian Bantuan atas permintaan Bantuan tersebut akan
merugikan kedaulatan, keamanan, kepentingan, dan hukum nasional;
f. negara asing tidak dapat memberikan jaminan bahwa hal yang dimintakan
Bantuan tidak digunakan untuk penanganan perkara yang dimintakan; atau
g. negara asing tidak dapat memberikan jaminan pengembalian barang bukti yang
diperoleh berdasarkan Bantuan apabila diminta.
INDONESIA SEBAGAI NEGARA PEMINTA

Kemlu
Kemenkumham

Koordinasi dan
Komunikasi

CENTRAL
AUTHORITY
Koordinasi Negara
Proses Koordinasi dan
Teknis Diminta
Telaahan Komunikasi
Untuk
persiapan dan drafting
draft permintaan
dokumen MLA
permintaan
PERSYARATAN PENGAJUAN
PERMINTAAN MLA

a. identitas dari institusi yang meminta;


b. pokok masalah dan hakekat dari penyidikan, penuntutan,
atau pemeriksaan di sidang pengadilan yang berhubungan
dengan permintaan tersebut, serta nama dan fungsi institusi
yang melakukan penyidikan, penuntutan, dan proses
peradilan;
c. ringkasan dari fakta-fakta yang terkait kecuali permintaan
Bantuan yang berkaitan dengan dokumen yuridis;
d. ketentuan undang-undang yang terkait, isi pasal, dan
ancaman pidananya;
e. uraian tentang Bantuan yang diminta dan rincian mengenai
prosedur khusus yang dikehendaki termasuk kerahasiaan;
f. tujuan dari Bantuan yang diminta; dan
g. syarat-syarat lain yang ditentukan oleh Negara Diminta.
INDONESIA SEBAGAI NEGARA DIMINTA

Kemlu
RI
Koordinasi dan
Komunikasi

Kemenkumham POLRI

Diterima
Assesment
Koordinasi dan Telaahan, Kejagung
Komunikasi Informasi Komunikasi dan
Tambahan Surat Tindak
Lanjut

Koordinasi dan
Ditolak Komunikasi
KOORDINASI
Hubungan kerja sehari-hari

(Nasional)
-Kepolisian : Interpol, Bareskrim
-Kejaksaan Agung: Biro Hukum dan Kerjasama Luar Negeri;
-Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK): PJKAKI;
-Kementerian Luar Negeri: Direktorat Perjanjian Politik, Keamanan dan
Kewilayahan, Ditjen Hukum dan Perjanjian Internasional;
-Perwakilan RI di Luar Negeri;
-Pusat Pelaporan dan Analasis Transaksi Keuangan (PPATK).

(Internasional)
-Central Authority Negara-Negara Asing;
-Perwakilan Negara Sahabat di Indonesia;
-UNODC (United Nations on Drugs and Crime);
-Law Enforcement negara asing (FBI, AFP, Serious Fraud Office, dll)
PERMINTAAN MLA KE NEGARA LAIN

- Kasus Century ke 14 yurisdiksi (Hongkong, Swiss, Guernssey, Inggris,


Kepulauan Mauritius, Luxemburg, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, British Virgin
Island, Jersey, Singapura, Bahrain, Australia, Kepulauan Bahamas);
- Kasus Gayus Tambunan ke 3 negara (Hongkong, Macau, Singapura);
- Kasus Nunun Nurbaetie ke 9 negara (Singapura, Australia, Hongkong,
Kamboja, Laos, Malaysia, RRC, Thailand, Vietnam);
- Kasus Neneng ke Malaysia dan Singapura;
- Kasus Muhammad Nazarudin ke Singapura;
- Kasus Joko Soegiarto Chandra ke Singapura;
- Kasus Peter Kurniawan ke 2 negara (Singapura dan Belanda);
- Kasus Noordian Moeloek ke Singapura;
- Kasus Chris Chew ke Singapura;
- Kasus Syarifudin ke Singapura;
- Kasus Scoot Donovan ke RRC;
- Kasus Imran Firasat ke Spanyol;
- Kasus Adrian Waworuntu ke 3 negara (Uni Emirat Arab, Hongkong, Italia);
- Kasus Neloe ke Swiss.
- Kasus Emitrade ke USA;
- Kasus Kereta Api ke Jepang.
PERMINTAAN MLA DARI NEGARA LAIN
KE INDONESIA

Terdapat lebih dari 100 permintaan MLA dari


negara lain yaitu negara:
Amerika Serikat; Australia; Austria;
Belanda; Belgia; Brazil; Finlandia; HKSAR;
Inggris; Jerman; Repulik Korea; Perancis;
Malaysia; Polandia; RRC; Spanyol; Swiss;
Vietnam; Singapura; Italia; Belgia; DLL.

22
22
EKSTRADISI
EXTRADITION
EKSTRADISI DI INDONESIA

Definisi (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1979 tentang Ekstradisi):


“ Penyerahan oleh suatu negara kepada negara yang meminta penyerahan seseorang
yang disangka atau dipidana karena melakukan suatu kejahatan di luar wilayah
negara yang menyerahkan dan di dalam yurisdiksi wilayah negara yang meminta
penyerahan tersebut, karena berwenang untuk mengadili dan memidananya.”

Pokok penting ekstradisi di Indonesia:


•Adanya keputusan resmi negara untuk menyerahkan pelaku kejahatan;
•Berlaku bagi tersangka pelaku maupun terpidana pelaku kejahatan;
•Adanya kondisi pelaku melarikan diri dari Jurisdiksi asing (kejahatan bukan
dilakukan di Indonesia);
•Indonesia tidak memiliki kewenangan untuk mengadili perbuatan tindak pidana;
PENYERAHAN TSK/TPD DARI NEG DIMINTA
KPD NEG PEMINTA

LAKUKAN TINDAK PIDANA

DI WILAYAH NEGARA PEMINTA

UTK DIADILI/JALANI HUKUMAN


UU NASIONAL PERJANJIAN BILATERAL/
(RI UU NO 1/1979) MULTILATERAL
MALAYSIA, UU 9/1974

PHILIPINA, UU 10/1976

THAILAND, UU 2/1978

AUSTRALIA, UU 8/1994

PEMERINTAH HONGKONG, UU 1/2001 (SFO)

KOREA SELATAN, UU 42/2007

SINGAPURA, BELUM DIRATIFIKASI

RRC, BELUM DIRATIFIKASI


AZAS EKSTRADISI (INDONESIA)

• Absence of the Treaty : Ekstradisi Dengan Perjanjian atau Tanpa Perjanjian (Hubungan Baik
dan Resiprositas);
• Variable of Crime : Buat Pelaku Kejahatan (Pleger), Percobaan Melakukan Kejahatan,
Permufakatan Melakukan Kejahatan (Doen Pleger, Medepleger, Uitlokker, dan Medeplichtige);
• Dual Criminality: Bagi jenis kejahatan yang ditentukan (list of crime) maupun tidak (dual
criminality);
• Tidak berlaku bagi Kejahatan Politik dan militer;
• Nationality: Diskresi terhadap Ekstradisi Warga Negara Indonesia;
• Non- Self Teritorial: Ditolak jika kejahatan yang dituduhkan dilakukan seluruhnya atau
sebagiannya dalam wilayah Negara Republik Indonesia;
• Nebis in Idem / Double Jeopardy : Ditolak jika orang yang diminta sedang di proses di Negara
Republik Indonesia untuk kejahatan yang sama, jika putusan yang dijatuhkan olehPengadilan
Republik Indonesia yang berwenang mengenai kejahatan yang dimintakan ekstradisinya telah
mempunyai kekuatan hukum yang pasti, atau apabila orang yang dimintakan ekstradisinya telah
diadili dan dibebaskan atau telah selesai menjalani pidananya di negara lain mengenai kejahatan
yang dimintakan ekstradisinya;
AZAS EKSTRADISI (INDONESIA)

• Non-Daluarsa: Ditolak, jika menurut hukum Negara Republik Indonesia hak untuk menuntut
atau hak untuk melaksanakan putusanpidana telah kedaluwarsa;
• Non-Capital Punishment: Ditolak, jika kejahatan yang dimintakan ekstradisi, diancam dengan
pidana mati);
• Non-Disriminatio: Ditolak, jika menurut instansi yang berwenang terdapat sangkaan yang
cukup kuat, bahwa orang yang dimintakan ekstradisinya akan dituntut, dipidana, atau dikenakan
tindakan lain karena alasan yang bertalian dengan agamanya, keyakinan politiknya, atau
kewarganegaraannya, ataupun karena ia termasuk suku bangsa atau golongan penduduk tertentu;
• Rule of Speciality : Ditolak, jika orang yang dimintakan ekstradisiakan dituntut, dipidana, atau
ditahan karena melakukan kejahatan laindaripada kejahatan yang karenanya ia dimintakan
ekstradisinya;
• Non-Transfer : Ditolak, jika orang yang dimintakan ekstradisinya akan diserahkan kepada
negara ketiga untuk kejahatan-kejahatan lain yang dilakukan sebelum ia dimintakan ekstradisi.
PENCARIAN/PENANGKAPAN
UNTUK DIEKSTRADISI

TERSANGKA TERPIDANA
URAIAN TP YG DISANGKAKAN
URAIAN TP YG DISANGKAKAN SCR RINCI
SCR RINCI
PASAL YG DISANGKAKAN DAN
PASAL YG DISANGKAKAN DAN BUNYINYA
BUNYINYA
SP PENANGKAPAN
SP PENANGKAPAN
IDENTITAS TSK (FOTO, SIDIK JARI
IDENTITAS TSK (FOTO, SIDIK JARI COPY KTP/PASPOR
COPY KTP/PASPOR
INFORMASI KEBERADAAN TSK
INFORMASI KEBERADAAN TSK
FORM RED NOTICE (BILA DIPERLUKAN)
FORM RED NOTICE (BILA DIPERLUKAN)
COPY KEPUTUSAN PENGADILAN (LEGALISIR)
TERPIDANA TERSANGKA

PUTUSAN PENGADILAN (ASLI) SP PENAHANAN (ASLI)

URAIAN KJHT & BUKTI-BUKTI


KET IDENTITAS & WN
BUNYI KETENTUAN HUKUM
SP PENAHANAN (ASLI) DR PASAL YG DISANGKAKAN

PS 22 (3) KET SAKSI

KET IDENTITAS & WN

PERMOHONAN PENYITAAN

PS 22 (4)
DARI NEG LAIN YG MILIKI
PERJANJIAN EKSTRADISI DG RI

NEG PEMINTA PRESIDEN

KEMLU KEMENKUMHAM

KEMENKUMHAM
TDK PENGADILAN NEGERI

LKP
SYARAT KEJAKSAAN

LKP

POLRI
DARI NEG LAIN YG TIDAK MILIKI
PERJANJIAN EKSTRADISI DG RI

NEG PEMINTA PRESIDEN

KEMLU KEMENKUMHAM

LKP

KEMENKUMHAM
T
D PENGADILAN NEGERI
K T L
E K
R P
SYARAT I
M
T
A KEJAKSAAN
O
L LKP
A
K PRESIDEN
POLRI
DARI RI KPD NEG LAIN

KAPOLRI/JAKGUNG KEMLU/INTERPOL

KEMENKUMHAM

TSK/TPD TLH
KEMLU NEG DIMINTA DITANGKAP
CARI DAN TANGKAP

PERIKSA TERSANGKA/ TERPIDANA

BUAT BAP
KEWAJIBAN
PENYIDIK
POLRI
KIRIM KE PENUNTUT UMUM

PS 26
LAPORKAN KE KAPOLRI

MONITOR PERKEMBANGAN
KIRIM BAP KE PENGADILAN NEGERI
7 HR STLH TRM DR PENYIDIK
PS 27

KEWAJIBAN KIRIM SRT PANGGILAN SIDANG KPD TSK


PENUNTUT 3 HARI SBLM SIDANG DITRM TSK
UMUM
PS 29

HADIRI SIDANG DAN BERIKAN PENDAPAT

PS 31 (2)
MENETAPKAN TGL & HARI PERSIDANGAN
SIDANG TERBUKA/TERTUTUP

IDENTITAS DAN
KEWARGANEGARAAN

JENIS KJHT APAKAH DPT/


TDK DIEKSTRADISI

PERIKSA HAK PENUNTUTAN SDH/


BLM KADALUARSA
KEWAJIBAN PS 32
HAKIM KJHT TSB TLH/BLM MILIKI
KEKUATAN HKM PASTI
TETAPKAN DPT/TDK
DIEKSTRADISI KJHT DIANCAM PIDANA
BERDSR HSL RIKSA MATI/TDK DI INDONESIA
PS 33 (1)
KJHT DIANCAM PIDANA
MATI DI NEG PEMINTA
KRM PENETAPAN & TTP TDK DI INDONESIA
SRTS TERKAIT KPD
MENKUMHAM SDG DIPERIKSA ATAS
KJHT YG SAMA DI IND
PS 33 (2)
PELAKSANAAN ATAU PEMANTAUAN PERMINTAAN
EKSTRADISI DARI PEMERINTAH RI YANG TELAH DIAJUKAN
SEBELUM TAHUN 2012:

1. A.K.A, Warga Negara Indonesia, (KORUPTOR BLBI);


2. B. K. G., Warga Negara Australia, (PENGGELAPAN);
3. E.T., Warga Negara Indonesia, (KORUPTOR BLBI);
4. H.a. W, Warga Negara Saudi Arabia (KASUS BANK
CENTURY);
5. R.A.R, Warga Negara Inggris, (KASUS BANK CENTURY);
6. B.S. Warga Negara Indonesia, (KORUPTOR BLBI);
7. S.H. Warga Negara Indonesia, (KORUPTOR BLBI).
Ekstradisi : Angka Statistik Penanganan Ekstradisi di
Direktorat Hukum Internasional dan Otoritas Pusat
(2005 – Sekarang)

• Menghasilkan 9 (Sembilan) Keputusan Presiden tentang Ekstradisi Buronan Negara


Lain dari Indonesia
1. Charles Alfred Barnett; 6. Timothy Geoffrey Lee;
2. Paul Francis Callahan; 7. Paik Bo Hyun;
3. Christian Burger;
8.Eva Horvath;
4. Robert James Mc. Niece;
5. Hadi Ahmadi El Irani; 9.Popa Nicolae;

• Mengembalikan 3 (tiga) buronan Penegak Hukum Indonesia dari Negara Lain

1. Peter Dundas
Walbran;
2. Nunun Nurbaeti.
Oleh:
Dhani Ershiano, S.H., M.H.
Seksi Bantuan Hukum Timbal Balik
Direktorat Hukum Internasional dan Otoritas Pusat
Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia
Jl. H.R. Rasuna Said Kav. 6-7 Kuningan Jakarta 12940
Telp/Fax: (+62-21) 522 1619/ 529 63996
Email: direktorathi@gmail.com/ ershiano.stredo@yahoo.com

Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai