Anda di halaman 1dari 10

KODE ETIK

PROPESI DAN
LAINNYA
Mata kuliah
“Etika Bisnis Dan
Anti Korupsi”
Dosen Pengampu :
Any
1. Nadhirah,
Silfa Ismalia
S.E., M.M.
2. Rosela Palupi
3. Dwi Indar Wati
4. Mutia Feladisa
5. Marselda Nurul
Keberadaan Berbagai Profesi

Setiap organisasi profesi mempunyai pedoman kode etik untuk menjadi


standar/acuan perilaku bagi para anggotanya. Contoh
kode etik dari beberapa organisasi profesi, yaitu profesi Badan Pemeriksa
Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI), Perhimpunan Auditor Internal Indonesia
(PAII), Himpunan Psikologi Indonesia, dan Advokat Indonesia.

Tujuan khusus dari setiap organisasi profesi adalah untuk mengembangkan


kompetensi para anggota secara berkelanjutan sekaligus untuk melakukan
pengendalian perilaku para anggotanya dengan berpedoman pada kode etik yang
telah disepakati bersama. Kelompok-kelompok organisasi profesi seperti ini tidak
membeda-bedakan latar belakang status para anggota mereka, baik dari sektor
swasta atau sektor publik.
Kode Etik Profesi Lainnya
1). Kode Etik Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI)
Kode Etik BPK dituangkan dalam Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2007, serta telah diumumkan dalam
Lembaran Berita Negara Republik Indonesia Nomor 110 Tahun 2007. Kode
Etik ini berlaku untuk Anggota dan Pemeriksa BPK.

Proses penalaran atas kode etik BPK-RI ini dengan mengacu pada
ciri-ciri utama suatu profesi. Pasal 2 kode etik BPK mengatur tentang nilainilai dasar yang
wajib dimiliki oleh anggota dan pemeriksa BPK. Nilai-nilai
dasar ini terdiri atas:
a. Mematuhi peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang
berlaku.
b. Mengutamakan kepentingan Negara di atas kepentingan pribadi atau
golongan.
c. Menjunjung tinggi indepedensi, integritas, dan profesionalitas.
d. Menjunjung tinggi martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas BPK
2) Kode Etik Perhimpunan Auditor
Internal Indonesia (PAII)

Ada dua kategori kode etik yang


diterapkan oleh PAII, yaitu kode etik
PAII dan kode etik Qualified Internal
Auditor (QIA). Kode etik PAII berlaku
bagi organisasi profesi dan semua
3) Kode Etik Psikologi Indonesia

Kode etik yang berlaku bagi Ilmuwan psikologi dan


psikolog dibedakan berdasarkan latar belakang
pendidikan mereka, di mana latar belakang pendidikan
ini menetukan boleh atau tidaknya seseorang
melakukan praktik psikologi. Para Ilmuwan psikologi
dalam batas-batas tertentu dapat memberika jasa
psikologi, tetapi tidak boleh menjalankan praktik
psikologi. Praktik psikologi hanya boleh dilakukan oleh
para psikolog.
4) Kode Etik Profesi Advokat

Advokat merupakan salah satu subprofesi di bidang hukum.


Sebagaimana dikatakan oleh Abdulkadir Muhammad (2006), peraturan
hukum mengatur dan menjelaskan bagaimana seharusnya:
a) Legislator menciptakan hukum
b) Pejabat melaksanakan administrasi Negara
c) Notaris merumuskan kontrak-kontrak harta kekayaan
d) Polisi dan jaksa menegakkan ketertiban hokum
e) Pengacara membela kliennya dalam menginterpretasikan hokum
f) Hakim menerapkan hukum dan menetapkan keputusannya
g) Pengusaha menjalankan kegiatan bisnisnya
h) Konsultan hukum memberikan nasihat hukum kepada kliennya
i) Pendidik hukum menghasilkan ahli hukum
Menurut Notohamidjojo (dalam Abdulkadir Muhammad,
2006),
seorang profesional di bidang hukum perlu memiliki :
a. Sikap manusiawi, artinya tidak hanya menghadapi
hukum secara formal, melainkan kebenaran yang
sesuai dengan hati nurani.
b. Sikap adil, artinya mencari kelayakan yang dengan
perasaan masyarakat.
c. Sikap patut, artinya mencari pertimbangan untuk
menentukan keadilan dalam suatu perkara konkret.
d. Sikap jujur, artinya menyatakan suatu hal benar
menurut apa adanya, serta menjauhi yang tidak benar
dan tidak patut.
5) Perbandingan Kode Etik

Dengan membandingkan keempat contoh kode etik profesi ( profesi BPK, auditor internal, psikologi,
dan advokat),tidaklah mudah untuk mencoba memahami apakah ada nilai-nilai, prinsip, atau norma-
norma dasar yang berlaku universal untuk semua profesi. Hal ini mengingat adanya keragaman
menggunakan penulisan, isi, dan konsep-konsep yang digunakan. Dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut:
1) Semua profesi berdampak atau bermanfaat bagi kepentingan umum, meskipun arti umum
mempunyai tingkat keluasan yang berbeda.
2) Untuk menjaga kepercayaan publik dalam setiap kode etik profesi pada umumnya ditekankan
pentingnya memelihara kompetensi tinggi secara berkelanjutan.
3) Kompetensi mencakup pengetahuan melalui pendidikan formal sesuai dengan latar belakang
profesinya, keterampilan teknis, dan sikap perilaku.
4) Aturan mengenai sikap perilaku umumnya menyangkut tanggung jawab dan kesadaran diri
sebagai pribadi, hubungan dengan rekan sejawat, hubungan dengan klien, dan hubungan lainnya.
5) Tanggung jawab dan kesadaran diri berkaitan dengan karakter utama, prinsip-prinsip, atau nilai-
nilai dasar yang harus dimiliki seorang profesional untuk menunjang citra dan martabat rofesinya
yang luhur.
Thank YOU

Anda mungkin juga menyukai