Anda di halaman 1dari 33

Kode Etik Profesi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tujuan utama dari kode etik adalah memberi pelayanan khusus dalam

masyarakat tanpa mementingkan kepentingan pribadi atau kelompok. Dengan

demikian kode etik dan tanggung jawab profesi adalah sistem norma atau aturan

yang ditulis secara jelas dan tegas serta terperinci tentang apa yang baik dan tidak

baik, apa yang benar dan apa yang salah dan perbuatan apa yang harus dilakukan

dan tidak boleh dilakukan oleh seorang profesional.

Perkataan profesi dan profesional sudah sering digunakan dan mempunyai

beberapa arti. Dalam percakapan sehari-hari, perkataan profesi diartikan sebagai

pekerjaan (tetap) untuk memperoleh nafkah (Belanda; baan; Inggeris: job atau

occupation), yang legal maupun yang tidak. Jadi, profesi diartikan sebagai setiap

kegiatan tetap tertentu untuk memperoleh nafkah yang dilaksanakan secara

berkeahlian yang berkaitan dengan cara berkarya dan hasil karya yang bermutu

tinggi dengan menerima bayaran yang tinggi. Keahlian tersebut diperoleh melalui

proses pengalaman, belajar pada lembaga pendidikan (tinggi) tertentu, latihan

secara intensif, atau kombinasi dari semuanya itu.

Pengemban profesi adalah orang yang memiliki keahlian yang berkeilmuan

dalam bidang tertentu. Karena itu, ia secara mandiri mampu memenuhi kebutuhan

warga masyarakat yang memerlukan pelayanan dalam bidang yang memerlukan

keahlian berkeilmuan itu. Pengemban profesi yang bersangkutan sendiri yang


Fachrul Rasyidin Kadir Thalib / D21116301
1
Kode Etik Profesi
memutuskan tentang apa yang harus dilakukannya dalam melaksanakan tindakan

pengembanan profesionalnya. Ia secara pribadi bertanggung jawab atas mutu

pelayanan jasa yang dijalankannya. Karena itu, hakikat hubungan antara

pengemban profesi dan pasien atau kliennya adalah hubungan personal, yakni

hubungan antar subyek pendukung nilai.

Makalah ini memuat tentang pentingnya etika profesi, kode etik dan

tanggung jawab profesi. Kode etik di susun oleh organisasi profesi sehingga

masing-masing profesi memiliki kode etik tersendiri. Misalnya kode etik dokter,

guru, pustakawan, pengacara dan pelanggaran kode etik tidak diadili oleh

pengadilan karena melanggar kode etik tidak selalu berarti melanggar hukum. Bila

seorang dokter di anggap melanggar kode etik tersebut, maka dia akan di periksa

oleh majelis kode etik kedokteran indonesia bukannya oleh pengadilan.

Ketaatan tenaga profesional terhadap kode etik merupakan ketaatan naluriah

yang telah bersatu dengan pikiran, jiwa, dan perilaku tenaga professional. Dengan

membaca makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami dan mengerti tentang

yang disebut etika profesi dan juga dapat memahami faktor dan hal hal yang

berhubungan dengan etika dan tangguprofesi. Oleh karena itu dapatlah

disimpulkan bahwa sebuah profesi hanya dapat memperoleh kepercayaan dari

masyarakat, bilamana dalam diri para elit professional tersebut ada kesadaran kuat

untuk mengindahkan etika profesi pada saat mereka ingin memberikan jasa

keahlian profesi kepada masyarakat yang memerlukannya.

B. Batasan Masalah
Fachrul Rasyidin Kadir Thalib / D21116301
2
Kode Etik Profesi
Pembahasan dalam makalah ini mengenai tentang kode etik dari berbagai

macam profesi seperti kode etik insinyur, kedokteran, jurnalistik, dan hakim serta

contoh-contoh pelanggaran kode etik yang sering terjadi dalam dunia

kerja/industri.

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini ialah:
1. Untuk mengetahui kode etik insinyur Indonesia.
2. Untuk mengetahui kode etik kedokteran Indonesia.
3. Untuk mengetahui kode etik jurnalistik wartawan Indonesia.
4. Untuk mengetahui kode etik hakim.
5. Untuk mengetahui contoh kasus pelanggaran kode etik yang sering

terjadi dalam dunia kerja/industri.

Fachrul Rasyidin Kadir Thalib / D21116301


3
Kode Etik Profesi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kode Etik Berbagai Macam Profesi


1. Kode Etik Insinyur Indonesia

Persatuan Insinyur Indonesia (PII) adalah organisasi yang berdiri sejak

Tahun 1952 didirikan oleh Bapak Ir. Djuanda Kartawidjaja dan Bapak Ir.

Rooseno Soeryohadikoesoemo di Bandung, merupakan organisasi profesi

tertua kedua di Indonesia setelah Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Dalam

sejarahnya PII telah banyak menelurkan cendekiawan-cendekiawan dan

profesional-profesional yang memegang peranan penting di tanah air kita

dalam beberapa dekade ini. PII di dalam menjalankan proses kaderisasi

insinyur melalui continuous development program (CPD) yang isi

programnya selain berisikan pengetahuan keinsinyuran (sains dan teknologi)

juga menitikberatkan pada pengenalan dan pemantapan pembahasan

mengenai etika profesi Insinyur. Sarjana Teknik diharapkan setelah menjadi

Anggota PII diwajibkan memegang teguh etika profesi keinsinyuran yang

dituliskan dalam Kode Etik Insinyur Indonesia, Catur Karsa Sapta Dharma

Insinyur Indonesia*.

Catur karsa adalah 4 prinsip dasar yang wajib dimiliki oleh Insinyur

Indonesia antara lain: (1) mengutamakan keluhuran budi, (2) menggunakan

pengetahuan dan kemampuannya untuk kepentingan kesejahteraan umat

manusia, (3) bekerja secara sungguh-sungguh untuk kepentingan masyarakat

sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya dan (4) meningkatkan

kompetensi dan martabat berdasarkan keahlian profesional

Fachrul Rasyidin Kadir Thalib / D21116301


4
Kode Etik Profesi
keinsinyuran. Saya membaca 4 prinsip dasar ini menyimpulkan Insinyur

Indonesia dituntut menjadi insan yang memiliki integritas (budi pekerti luhur)

dan semata-mata bekerja mendahulukan kepentingan masyarakat dan umat

manusia dari kepentingan pribadi dengan senantiasa mengembangkan

kompetensi dan keahlian engineeringnya.

Sapta Dharma adalah 7 tuntunan sikap dan perilaku Insinyur yang

merupakan pengejawantahan dari catur karsa tadi antara lain: (1)

mengutamakan keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, (2)

bekerja sesuai dengan kompetensinya, (3) hanya menyatakan pendapat yang

dapat dipertanggungjawabkan, (4) menghindari pertentangan kepentingan

dalam tanggung jawab tugasnya, (5) membangun reputasi profesi berdasarkan

kemampuan masing-masing, (6) memegang teguh kehormatan dan martabat

profesi dan (7) mengembangkan kemampuan profesional. Apabila kita baca

lagi lebih seksama, sapta dharma substansinya adalah sama dan

seiring dengan catur karsa, bahwa Insinyur Indonesia dituntut untuk

memegang teguh etika dan integritas di dalam menjalankan tugas dan

tanggung jawabnya di mana pun dia bekerja sehingga dia bisa tetap

mempertahankan reputasi profesinya dari waktu ke waktu. Substansi utama

kode etik Insinyur menurut saya tidak lain adalah etika dan integritas. Apa

pun yang Insinyur lakukan entah itu dalam rangka pengembangan kompetensi

keinsinyuran atau pun dalam rangka membangun hasil karya keinsinyuran

tetap saja selalu mengacu pada prinsip etika dan integritas.

Fachrul Rasyidin Kadir Thalib / D21116301


5
Kode Etik Profesi
Penulis lebih dalam lagi mengupas salah satu tuntunan sikap dan

perilaku Insinyur yakni membangun reputasi profesi berdasarkan kemampuan

masing-masing. Beberapa uraian dari sikap dan perilaku ini adalah antara

lain: memprakarsai pemberantasan praktek-praktek kecurangan dan penipuan;

tidak menawarkan, memberi, meminta atau menerima segala macam bentuk

perlakuan yang menyalahi ketentuan dan prosedur yang berlaku, baik dalam

rangka mendapatkan kontrak atau untuk mempengaruhi proses evaluasi

penyelesaian pekerjaan. Dua uraian ini memaparkan betapa perlunya

seorang Insinyur di dalam menjalankan praktek-praktek

keinsinyuran mengikuti etika dan aturan hukum yang berlaku, on how the

engineers should act. Insinyur dituntut untuk tidak tergoda dengan segala

bentuk penyuapan atau gratifikasi atau bribe dalam istilah Inggris. Bahkan

Insinyur dituntut untuk memkampanyekan anti-kecurangan, anti-penipuan

termasuk anti-penyuapan dan berbagai bentuk korupsi dalam ruang lingkup

organisasi di mana dia berada, ruang lingkup masyarakat, bangsa dan negara

bahkan dalam ruang lingkup proyek-proyek internasional yang melibatkan

banyak negara.

Kode etik profesi keinsinyuran yang dikeluarkan oleh Persatuan

Insinyur Indonesia adalah sangat relevan dengan cita-cita Pancasila dan UUD

1945, seiring sejalan dengan program-program yang dicanangkan

oleh lembaga -lembaga anti-korupsi di dalam mengurangi bahkan

memberantas praktek-praktek korupsi di bumi nusantara. Korupsi, suap dan

segala bentuk lainnya bukan hanya mengganggu keberlanjutan pembangunan

Fachrul Rasyidin Kadir Thalib / D21116301


6
Kode Etik Profesi
nasional Indonesia tetapi juga bisa menjadi contoh buruk dan tidak

terpuji yang akan kita tularkan ke generasi penerus selanjutnya, sehingga

menjadi tugas kita bersama, korupsi dan segala bentuknya ini harus

diberantas dan dibumihanguskan dari tanah air tercinta. Kode etik Insinyur

ini memang hanya berlaku untuk Insinyur Indonesia saja tetapi apabila semua

anggota Persatuan Insinyur Indonesia (PII) yang selanjutnya diberi gelar

sebagai Insinyur bisa memberikan keteladanan kepada profesi-profesi lainnya

di Indonesia saya yakin ini bisa menjadi preseden positif di dalam menggiring

bangsa ini menuju bangsa yang lebih sejahtera dan bermartabat.

Tahun 2011 lalu Pemerintah mencanangkan program MP3EI dengan

tujuan mempercepat dan memperluas pembangunan ekonomi melalui

pengembangan delapan (8) program utama meliputi sektor industri

manufaktur, pertambangan, pertanian, kelautan, pariwisata, telekomunikasi,

energi dan pengembangan kawasan strategis nasional. Target yang ingin

diraih bukanlah main-main. Tahun 2011 PDB kita US$846 miliar dengan

PDB per kapita US$3.495 dan menjadikan Indonesia peringkat ke-16 dunia,

maka pada 2025 PDB Indonesia diperkirakan akan mencapai US$4.000 miliar

dengan PDB per kapita US$14.250 dan berada di peringkat ke-11 dunia.

Prediksi yang lebih jauh lagi pada 2045, saat 100 tahun kemerdekaan

Indonesia, PDB ditargetkan akan mencapai US$15.000 atau berada di

peringkat ke-6 dunia dengan PDB per kapita US$44.500. Untuk mengarah

kesana ada beberapa hal yang bisa menjadi pendorong percepatan, yakni: (1)

investasi berbagai kegiatan ekonomi di 6 koridor ekonomi: Sumatera, Jawa,

Fachrul Rasyidin Kadir Thalib / D21116301


7
Kode Etik Profesi
Kalimantan, Sulawesi, Bali-Nusa Tenggara dan Papua-Kepulauan Maluku,

semuanya senilai Rp2.226 triliun; (2) konektivitas yang sejatinya adalah

pelengkapan infrastruktur senilai Rp1.786 triliun; dan (3) penyiapan SDM

nasional dan penguasaan Iptek.

Insinyur dalam kerangka MP3EI adalah sebagai aktor utama

pembangunan, menjalankan profesi keinsinyuran pada proyek-proyek

infrastruktur mulai terlibat dari fase inisiasi, fase perencanaan, fase eksekusi

dan monitoring dan fase project close-out dan ini tidak main-main,

pemerintah membutuhkan insinyur-insinyur handal yang mengedepankan

profesionalisme, etika dan integritas dengan menjunjung tinggi dan

menjalankan kode etik profesi Insinyur. Insinyur-insinyur

Indonesia diharapkan menjamin kehandalan serta keunggulan mutu, biaya

dan waktu penyerahan hasil dari setiap pekerjaan dan karyanya, salah satu

uraian dari tuntunan sikap dan perilaku Insinyur. Output dari proyek-proyek

MP3EI ini sangat bergantung pada kualitas Insinyur-insinyur kita,

semakin mature mereka (from technical and attitudes stand point) maka

semakin bagus pula product deliverables proyek-proyek yang terselesaikan.

Ini juga menjawab betapa pentingnya eksistensi organisasi PII di dalam

mendidik dan membina Insinyur-insinyur pembangunan yang juga pastinya

akan memegang peranan strategis pada segala lini kehidupan masyarakat,

berbangsa dan bernegara.

Muncul satu pertanyaan pamungkas seorang mahasiswa kepada saya

beberapa waktu lalu Bagaimana dengan Insinyur-insinyur yang bekerja pada

Fachrul Rasyidin Kadir Thalib / D21116301


8
Kode Etik Profesi
suatu lembaga kementerian atau lembaga pemerintahan misalnya, walaupun

sudah tidak terlibat langsung dalam pelaksanaan proyek di lapangan apakah

mereka masih diikat oleh kode etik Insinyur tadi?. Jawabannya iya, di mana

pun mereka berada, apa pun posisi dan jabatannya, sekali insinyur dia tetap

adalah Insinyur dan akan tetap memegang teguh kode etiknya sebagai

insinyur bahkan ketika menduduki posisi strategis di negeri ini mereka

harusnya diharapkan lebih leluasa mengkampanyekan program

pemberantasan praktek-praktek kecurangan, penipuan, bahkan praktek

korupsi. Mereka harus menjadi leader yang memberikan keteladanan tentang

bagaimana Insinyur bersikap dan berperilaku sesuai dengan catur karsa sapta

dharma Insinyur Indonesia.

Penulis berandai-andai, seandainya periode depan ternyata yang terpilih

menjadi Presiden Indonesia adalah Insinyur maka sepantasnyalah dia terus

bersikap dan berperilaku sebagai Insinyur Indonesia dengan

mengimplementasikan kode etik Insinyur di dalam menjalankan tugas dan

tanggung jawabnya sebagai pemimpin negara dan teladan rakyat.

2. Kode Etik Kedokteran Indonesia

Fachrul Rasyidin Kadir Thalib / D21116301


9
Kode Etik Profesi
Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, dengan maksud untuk lebih

nyata menjamin dan mewujudkan kesungguhan dan keluhuran ilmu

kedokteran sebagaimana dimaksud di atas, kami para dokter Indonesia yang

tergabung dalam Ikatan Dokter Indonesia, membakukan dan membukukan

nilai-nilai tanggungjawab profesional profesi kedokteran dalam suatu Kode

Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI), yang diuraikan dalam pasal-pasal

berikut :

KEWAJIBAN UMUM

Pasal 1

Setiap dokter wajib menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan

sumpah dan atau janji dokter.

Pasal 2

Seorang dokter wajib selalu melakukan pengambilan keputusan

profesional secara independen, dan mempertahankan perilaku profesional

dalam ukuran yang tertinggi.

Pasal 3

Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh

dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan

kemandirian profesi.

Pasal 4
Fachrul Rasyidin Kadir Thalib / D21116301
10
Kode Etik Profesi
Seorang dokter wajib menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat

memuji diri.

Pasal 5

Tiap perbuatan atau nasihat dokter yang mungkin melemahkan daya tahan

psikis maupun sik, wajib memperoleh persetujuan pasien/ keluarganya dan

hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien tersebut.

Pasal 6

Setiap dokter wajib senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan atau

menerapkan setiap penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji

kebenarannya dan terhadap hal-hal yang dapat menimbulkan keresahan

masyarakat.

Pasal 7

Seorang dokter waajib hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang

telah diperiksa sendiri kebenarannya.

Pasal 8

Seorang dokter wajib, dalam setiap praktik medisnya, memberikan

pelayanan secara kompeten dengan kebebasan teknis dan moral

sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang (compassion) dan penghormatan atas

martabat manusia.

Pasal 9

Fachrul Rasyidin Kadir Thalib / D21116301


11
Kode Etik Profesi
Seorang dokter wajib bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan

sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya pada saat

menangani pasien dia ketahui memiliki kekurangan dalam karakter atau

kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau penggelapan.

Pasal 10

Seorang dokter wajib menghormati hak-hak- pasien, teman sejawatnya, dan

tenaga kesehatan lainnya, serta wajib menjaga kepercayaan pasien.

Pasal 11

Setiap dokter wajib senantiasa mengingat kewajiban dirinya melindungi

hidup makhluk insani.

Pasal 12

Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter wajib memperhatikan

keseluruhan aspek pelayanan kesehatan (promotif, preventif, kuratif, dan

rehabilitatif ), baik sik maupun psiko-sosial-kultural pasiennya serta berusaha

menjadi pendidik dan pengabdi sejati masyarakat.

Pasal 13

Setiap dokter dalam bekerjasama dengan para pejabat lintas sektoral di

bidang kesehatan, bidang lainnya dan masyarakat, wajib saling

menghormati.

KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP PASIEN

Fachrul Rasyidin Kadir Thalib / D21116301


12
Kode Etik Profesi
Pasal 14

Seorang dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan seluruh

keilmuan dan ketrampilannya untuk kepentingan pasien, yang ketika ia tidak

mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, atas persetujuan

pasien/ keluarganya, ia wajib merujuk pasien kepada dokter yang mempunyai

keahlian untuk itu.

Pasal 15

Setiap dokter wajib memberikan kesempatan pasiennya agar senantiasa dapat

berinteraksi dengan keluarga dan penasihatnya, termasuk dalam beribadat

dan atau penyelesaian masalah pribadi lainnya.

Pasal 16

Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang

seorang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.

Pasal 17

Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu wujud tugas

perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu

memberikannya.

KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP TEMAN SEJAWAT

Fachrul Rasyidin Kadir Thalib / D21116301


13
Kode Etik Profesi
Pasal 18

Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin

diperlakukan.

Pasal 19

Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman sejawat, kecuali

dengan persetujuan keduanya atau berdasarkan prosedur yang etis.

KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP DIRI SENDIRI

Pasal 20

Setiap dokter wajib selalu memelihara kesehatannya, supaya dapat

bekerja dengan baik.

Pasal 21

Setiap dokter wajib senantiasa mengikuti perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi kedokteran/ kesehatan.

3. Kode Etik Jurnalistik Wartawan Indonesia


Fachrul Rasyidin Kadir Thalib / D21116301
14
Kode Etik Profesi
PEMBUKAAN

Bahwa sesungguhnya salah satu perwujudan kemerdekaan Negara

Republik Indonesia adalah kemerdekaan mengeluarkan pikiran dengan lisan

dan tulisan sebagaimana diamanatkan oleh pasal 28 Undang-Undang Dasar

1945. Oleh sebab itu kemerdekaan pers wajib dihormati oleh semua pihak.

Mengingat Negara Republik Indonesia adalah negara berdasar atas

hukum sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945,

seluruh wartawan menjunjung tinggi konstitusi dan menegakkan

kemerdekaan pers yang bertanggungjawab, mematuhi normanorma profesi

kewartawanan, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan

kehidupan bangsa, serta memperjuangkan ketertiban dunia berdasarkan

kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial berdasarkan Pancasila.

Maka atas dasar itu, demi tegaknya harkat, martabat, integritas, dan

mutu kewartawanan Indonesia serta bertumpu pada kepercayaan masyarakat,

dengan ini Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) menetapkan Kode Etik

Jurnalistik yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh seluruh wartawan

Indonesia.

KEKUATAN KODE ETIK JURNALISTIK

Fachrul Rasyidin Kadir Thalib / D21116301


15
Kode Etik Profesi

BAB I
KEPRIBADIAN DAN INTEGRITAS
Pasal 1

Wartawan Indonesia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berjiwa Pancasila , taat kepada Undang-Undang Dasar Negara, Ksatria,

menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia dan lingkungannya,

mengabdi pada kepentingan bangsa dan negara serta terpecaya dalam

mengemban profesinya.

Pasal 2

Wartawan Indonesia dengan penuh rasa tanggung jawab dan bijaksana

mempertimbangkan patut tidaknya menyiarkan berita, tulisan atau gambar,

yang dapat membahayakan keselamatan dan keamanan negara, persatuan dan

kesatuan bangsa, menyinggung perasaan agama, kepercayaan dan keyakinan

suatu golongan yang dilindumgi oleh Undang-undang.

Pasal 3

Wartawan Indonesia tidak menyiarkan berita, tulisan atau gambar yang

menyesatkan, memutarbalikkan fakta, bersifat fitnah, cabul, sadis dan sensasi

berlebihan.

Fachrul Rasyidin Kadir Thalib / D21116301


16
Kode Etik Profesi
Pasal 4

Wartawan Indonesia tidak menerima imbalan untuk menyiarkan atau tidak

menyiarkan berita, tulisan atau gambar yang dapat menguntungkan atau

merugikan seseorang atau sesuatu pihak.

BAB II
CARA PEMBERITAAN
Pasal 5

Wartawan Indonesia menyajikan berita secara berimbang dan adil,

mengutamakan kecermatan dari kecepatan serta mencampuradukkan fakta

dan opini sendiri. Tulisan berisi interpretasi dan opini wartawan agar

disajikan dengan menggunakan nama jelas penulisnya.

Pasal 6

Wartawan Indonesia menghormati dan menjunjung tinggi kehidupan pribadi

dengan tidak menyiarkan berita, tulisan, atau gambar yang merugikan nama

baik atau perasaan susila seseorang, kecuali menyangkut kepentingan umum.

Pasal 7

Wartawan Indonesia dalam pemberitaan peristiwa yang diduga menyangkut

pelanggaran hukum dan atau proses peradilan harus menghormati asas

praduga tak bersalah, prinsip adil, jujur, dan penyajian yang berimbang.

Fachrul Rasyidin Kadir Thalib / D21116301


17
Kode Etik Profesi
Pasal 8

Wartawan Indonesia dalam memberitakan kejahatan susila tidak menyebut

nama dan identitas korban. Penyebutan nama dan identitas pelaku kejahatan

yang masih dibawah umur, dilarang.

Pasal 9

Wartawan Indonesia menulis judul yang mencerminkan isi berita.

BAB III
SUMBER BERITA
Pasal 10

Wartawan Indonesia menempuh cara yang sopan dan terhormat untuk

memperoleh bahan berita, gambar, atau tulisan dan selalu menyatakan

identitasnya kepada sumber berita.

Pasal 11

Wartawan Indonesia dengan kesadaran sendiri secepatnya mencabut atau

meralat setiap pemberitaan yang kemudian ternyata tidak akurat, dan

memberi kesempatan hak jawab serta proporsional kepada sumber dan atau

obyek berita.

Pasal 12

Wartawan Indonesia meneliti kebenaran bahan berita dan memperhatikan

kredibilitas serta kompetensi sumber berita.

Fachrul Rasyidin Kadir Thalib / D21116301


18
Kode Etik Profesi
Pasal 13

Wartawan Indonesia tidak melakukan tindakan plagiat, tidak mengutip berita,

tulisan, atau gambar tanpa menyebut sumbernya.

Pasal 14

Wartawan Indonesia harus menyebut sumber berita, kecuali atas permintaan

yang bersangkutan untuk tidak disebut nama dan identitasnya sepanjang

menyangkut fakta dan data bukan opini. Apabila nama dan identitas sumber

berita tidak disebutkan, segala tanggung jawab ada pada wartawan yang

bersangkutan.

Pasal 15

Wartawan Indonesia menghormati ketentuan embargo, bahan latar belakang,

dan tidak menyiarkan informasi yang oleh sumber berita tidak dimasukkan

sebagai bahan berita serta atas kesepakatan dengan sumber berita tidak

menyiarkan keterangan off the record.

BAB IV
KEKUATAN KODE ETIK JURNALISTIK
Pasal 16

Wartawan Indonesia menyadari sepenuhnya bahwa penataan Kode Etik

Jurnalistik ini terutama berada pada hati nurani masing-masing.

Fachrul Rasyidin Kadir Thalib / D21116301


19
Kode Etik Profesi
Pasal 17

Wartawan Indonesia mengakui bahwa pengawasan dan penetapan sanksi

pelanggaran Kode Etik Jurnalistik ini adalah sepenuhnya hak organisasi dari

Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan dilaksanakan oleh Dewan

Kehormatan PWI. Tidak satu pihak pun di luar PWI yang dapat mengambil

tindakan terhadap wartawan Indonesia dan atau medianya berdasarkan pasal-

pasal dalam Kode Etik Jurnalistik ini.

KODE ETIK AJI


(ALIANSI JURNALIS INDEPENDEN)
1. Jurnalis menghormati hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang

benar.

2. Jurnalis senantiasa mempertahankan prinsip-prinsip kebebasan dan

keberimbangan dalam peliputan dan pemberitaan serta kritik dan

komentar.

3. Jurnalis memberi tempat bagi pihak yang kurang memiliki daya dan

kesempatan untuk menyuarakan pendapatnya.

4. Jurnalis hanya melaporkan fakta dan pendapat yang jelas sumbernya.

5. Jurnalis tidak menyembunyikan informasi penting yang perlu diketahui

masyarakat.

6. Jurnalis menggunakan cara-cara yang etis untuk memperoleh berita, foto

dan dokumen.

Fachrul Rasyidin Kadir Thalib / D21116301


20
Kode Etik Profesi
7. Jurnalis menghormati hak nara sumber untuk memberi informasi latar

belakang, off the record, dan embargo.

8. Jurnalis segera meralat setiap pemberitaan yang diketahuinya tidak akurat.

9. Jurnalis menjaga kerahasiaan sumber informasi konfidensial, identitas

korban kejahatan seksual, dan pelaku tindak pidana di bawah umur.

10. Jurnalis menghindari kebencian, prasangka, sikap merendahkan,

diskriminasi, dalam masalah suku, ras, bangsa, politik, cacat/sakit jasmani,

cacat/sakit mental atau latar belakang sosial lainnya.

11. Jurnalis menghormati privasi, kecuali hal-hal itu bisa merugikan

masyarakat.

12. Jurnalis tidak menyajikan berita dengan mengumbar kecabulan, kekejaman

kekerasan fisik dan seksual.

13. Jurnalis tidak memanfaatkan posisi dan informasi yang dimilikinya untuk

mencari keuntungan pribadi.

14. Jurnalis tidak dibenarkan menerima sogokan. Catatan: yang dimaksud

dengan sogokan adalah semua bentuk pemberian berupa uang, barang dan

atau fasilitas lain, yang secara langsung atau tidak langsung, dapat

mempengaruhi jurnalis dalam membuat kerja jurnalistik.

15. Jurnalis tidak dibenarkan menjiplak.

16. Jurnalis menghindari fitnah dan pencemaran nama baik.

Fachrul Rasyidin Kadir Thalib / D21116301


21
Kode Etik Profesi
17. Jurnalis menghindari setiap campur tangan pihak-pihak lain yang

menghambat pelaksanaan prinsip-prinsip di atas.

18. Kasus-kasus yang berhubungan dengan kode etik akan diselesaikan oleh

Majelis Kode Etik.

4. Kode Etik Hakim

Pengadilan yang mandiri, netral (tidak memihak), kompeten,

transparan, akuntabel dan berwibawa, yang mampu menegakkan wibawa

hukum, pengayoman hukum, kepastian hukum dan keadilan merupakan

conditio sine qua non atau persyaratan mutlak dalam sebuah negara yang

berdasarkan hukum. Pengadilan sebagai pilar utama dalam penegakan hukum

dan keadilan serta proses pembangunan peradaban bangsa. Tegaknya hukum

dan keadilan serta penghormatan terhadap keluhuran nilai kemanusiaan

menjadi prasyarat tegaknya martabat dan integritas Negara. Dan hakim

sebagai aktor utama atau figure sentral dalam proses peradilan senantiasa

dituntut untuk mengasah kepekaan nurani, memelihara integritas, kecerdasan

moral dan meningkatkan profesionalisme dalam menegakkan hukum dan

keadilan bagi rakyat banyak. Oleh sebab itu, semua wewenang dan tugas

yang dimiliki oleh hakim harus dilaksanakan dalam rangka menegakkan

hukum, kebenaran dan keadilan tanpa pandang bulu dengan tidak membeda-

bedakan orang seperti diatur dalam lafal sumpah seorang hakim, di mana

setiap orang sama kedudukannya di depan hukum dan hakim. Wewenang dan

tugas hakim yang sangat besar itu menuntut tanggungjawab yang tinggi,

sehingga putusan pengadilan yang diucapkan dengan irah-irah Demi


Fachrul Rasyidin Kadir Thalib / D21116301
22
Kode Etik Profesi
Keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa menunjukkan kewajiban

menegakkan hukum, kebenaran dan keadilan itu wajib

dipertanggungjawabkan secara horizontal kepada semua manusia, dan secara

vertikal dipertanggungjawabkan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Untuk mewujudkan suatu pengadilan sebagaimana di atas, perlu terus

diupayakan secara maksimal tugas pengawasan secara internal dan eksternal,

oleh Mahkamah Agung RI dan Komisi Yudisial RI. Wewenang dan tugas

pengawasan tersebut diorientasikan untuk memastikan bahwa semua hakim

sebagai pelaksana utama dari fungsi pengadilan itu berintegritas tinggi, jujur,

dan profesional, sehingga memperoleh kepercayaan dari masyarakat dan

pencari keadilan. Salah satu hal penting yang disorot masyarakat untuk

mempercayai hakim, adalah perilaku dari hakim yang bersangkutan, baik

dalam menjalankan tugas yudisialnya maupun dalam 3 kesehariannya.

Sejalan dengan tugas dan wewenangnya itu, hakim dituntut untuk selalu

menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta etika dan

perilaku hakim.

Berdasarkan wewenang dan tugasnya sebagai pelaku utama fungsi

pengadilan, maka sikap hakim yang dilambangkan dalam kartika, cakra,

candra, sari, dan tirta itu merupakan cerminan perilaku hakim yang harus

senantiasa diimplementasikan dan direalisasikan oleh semua hakim dalam

sikap dan perilaku hakim yang berlandaskan pada prinsip Ketuhanan Yang

Maha Esa, adil, bijaksana dan berwibawa, berbudi luhur, dan jujur.

Ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang melandasi prinsip-prinsip

Fachrul Rasyidin Kadir Thalib / D21116301


23
Kode Etik Profesi
kode etik dan pedoman perilaku hakim ini bermakna pengamalan tingkah

laku sesuai agama dan kepercayaan masing-masing menurut dasar

kemanusiaan yang adil dan beradab. Ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha

Esa ini akan mampu mendorong hakim untuk berperilaku baik dan penuh

tanggung jawab sesuai ajaran dan tuntunan agama dan kepercayaan yang

dianutnya.

Prinsip-prinsip dasar Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim

diimplementasikan dalam 10 (sepuluh) aturan perilaku sebagai berikut : (a)

Berperilaku Adil, (b) Berperilaku Jujur, (c) Berperilaku Arif dan Bijaksana,

(d) Bersikap Mandiri, (e) Berintegritas Tinggi, (f) Bertanggung Jawab, (g)

Menjunjung Tinggi Harga Diri, (h) Berdisplin Tinggi, (i) Berperilaku Rendah

Hati, (j) Bersikap Profesional,

a. Berperilaku Adil

Adil bermakna menempatkan sesuatu pada tempatnya dan

memberikan yang menjadi haknya, yang didasarkan pada suatu prinsip

bahwa semua orang sama kedudukannya di depan hukum. Dengan

demikian, tuntutan yang paling mendasar dari keadilan adalah memberikan

perlakuan dan memberi kesempatan yang sama (equality and fairness)

terhadap setiap orang. Oleh karenanya, seseorang yang melaksanakan

tugas atau profesi di bidang peradilan yang memikul tanggung jawab

menegakkan hukum yang adil dan benar harus selalu berlaku adil dengan

tidak membeda-bedakan orang.

Fachrul Rasyidin Kadir Thalib / D21116301


24
Kode Etik Profesi
b. Berperilaku Jujur

Kejujuran bermakna dapat dan berani menyatakan bahwa yang benar

adalah benar dan yang salah adalah salah. Kejujuran mendorong terbentuknya

pribadi yang kuat dan membangkitkan kesadaran akan hakekat yang hak dan

yang batil. Dengan demikian, akan terwujud sikap pribadi yang tidak berpihak

terhadap setiap orang baik dalam persidangan maupun diluar persidangan.

c. Berperilaku Arif dan Bijaksana

Arif dan bijaksana bermakna mampu bertindak sesuai dengan norma-

norma yang hidup dalam masyarakat baik norma-norma hukum, norma-norma

keagamaan, kebiasan-kebiasan maupun kesusilaan dengan memperhatikan situasi

dan kondisi pada saat itu, serta mampu memperhitungkan akibat dari

tindakannya.

d. Bersikap Mandiri

Mandiri bermakna mampu bertindak sendiri tanpa bantuan pihak lain,

bebas dari campur tangan siapapun dan bebas dari pengaruh apapun. Sikap

mandiri mendorong terbentuknya perilaku Hakim yang tangguh, berpegang teguh

pada prinsip dan keyakinan atas kebenaran sesuai tuntutan moral dan ketentuan

hukum yang berlaku.

e. Berintegritas Tinggi

Integritas bermakna sikap dan kepribadian yang utuh, berwibawa, jujur dan

tidak tergoyahkan. Integritas tinggi pada hakekatnya terwujud pada sikap setia

dan tangguh berpegang pada nilai-nilai atau norma-norma yang berlaku dalam

melaksanakan tugas. Integritas tinggi akan

Fachrul Rasyidin Kadir Thalib / D21116301


25
Kode Etik Profesi
f. Bertanggungjawab

Bertanggungjawab bermakna kesediaan untuk melaksanakan sebaik-

baiknya segala sesuatu yang menjadi wewenang dan tugasnya, serta memiliki

keberanian untuk menanggung segala akibat atas pelaksanaan wewenang dan

tugasnya tersebut.

g. Menjunjung Tinggi Harga Diri

Harga diri bermakna bahwa pada diri manusia melekat martabat dan

kehormatan yang harus dipertahankan dan dijunjung tinggi oleh setiap orang.

Prinsip menjunjung tinggi harga diri, khususnya Hakim, akan mendorong dan

membentuk pribadi yang kuat dan tangguh, sehingga terbentuk pribadi yang

senantiasa menjaga kehormatan dan martabat sebagai aparatur Peradilan.

h. Berdisiplin Tinggi

Disiplin bermakna ketaatan pada norma-norma atau kaidah-kaidah yang

diyakini sebagai panggilan luhur untuk mengemban amanah serta kepercayaan

masyarakat pencari keadilan. Disiplin tinggi akan mendorong terbentuknya

pribadi yang tertib di dalam melaksanakan tugas, ikhlas dalam pengabdian dan

berusaha untuk menjadi teladan dalam lingkungannya, serta tidak

menyalahgunakan amanah yang dipercayakan kepadanya.

i. Berperilaku Rendah Hati

Rendah hati bermakna kesadaran akan keterbatasan kemampuan diri, jauh

dari kesempurnaan dan terhindar dari setiap bentuk keangkuhan. Rendah hati

akan mendorong terbentuknya sikap realistis, mau membuka diri untuk terus

belajar, menghargai pendapat orang lain, menumbuh kembangkan sikap tenggang

Fachrul Rasyidin Kadir Thalib / D21116301


26
Kode Etik Profesi
rasa, serta mewujudkan kesederhanaan, penuh rasa syukur dan ikhlas di dalam

mengemban tugas.

j. Bersikap Profesional

Profesional bermakna suatu sikap moral yang dilandasi oleh tekad untuk

melaksanakan pekerjaan yang dipilihnya dengan kesungguhan, yang didukung

oleh keahlian atas dasar pengetahuan, keterampilan dan wawasan luas.

B. Contoh Kasus Pelanggaran Kode Etik

1. Ketidakpedulian dalam Perlindungan Kesehatan.

Kasus yang pertama yaitu pada bidang keteknikan dibidang industry.

Sebuah industri makanan di Jakarta, memproduksi jajanan makanan sekolah,

makanan tersebut mengunakan pewarna agar menarik anak-anak, namuan

pewarna makanan yang asli warnanya tidak begitu menarik dan mahal.

Pembuat makanan tersebut melakukan hal nakal dengan menganti pewarna

makanan tersebut dengan pewarna baju atau rodamin B. Hal itu dilakukan

karena pewarna baju lebih menarik warnanya dan harganya lebih murah.

Pembuat makanan tersebut padahal tau bahaya dari pewarna tersebut, yaitu

dalam jangka pendek dapat menyebabkan keracunan dan dalam jangka

panjang dapat menyebabakan penyakit kanker. Namun, walapun sudah

mengetahui hal tersebut dia tetap mencampurkan zat berbahaya tersebut

kedalam jajanan anak-anak tersebut. Etika profesi tidak digunakan sama

sekali oleh mereka, karen mereka sudah tidak bertanggung jawab terhadap

pekerjaan yang dia lakukan dan tidak meperdulikan kesehatan anak-anak.

Fachrul Rasyidin Kadir Thalib / D21116301


27
Kode Etik Profesi
2. Ketidakjujuran dalam Pengujian.

Kasus yang kedua yaitu pada seorang yang bekerja di bagian Quality

Control. Orang tersebut melakukan hal yang dianggap tidak baik, yaitu

dengan meloloskan seuatu produk yang sebenarnya dianggap cacat atau tidak

layak. Hal ini disebut pelanggaran etika karena didalam diri orang tersebut

tidak ditanamkan norma-norma yang berlaku dalam etika profesi. Dampak

yang akna di timbulkan berdasarkan kasus tersebut yaitu perusahaan dimana

produk tersebut diciptakan akan di tinggalkan oleh konsumennya, karena

meloloskan suatu produk yang seharusnya di tolak di bagian quality

control tersebut, selain itu nama baik dari perusahaan tersebut akan tercoreng

karena tindakan dari oknum yang melakukan hal-hal tidak terpuji itu.

Fachrul Rasyidin Kadir Thalib / D21116301


28
Kode Etik Profesi
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kode etik bisa dilihat sebagai produk dari etika terapan, sebab dihasilkan

berkat penerapan pemikiran etis atas suatu wilayah tertentu, yaitu profesi. Tetapi

setelah kode etik ada, pemikiran etis tidak berhenti. Kode etik tidak menggantikan

pemikiran etis, tapi sebaliknya selalu didampingi refleksi etis.

Supaya kode etik dapat berfungsi dengan semestinya, salah satu syarat

mutlak adalah bahwa kode etik itu dibuat oleh profesi sendiri. Kode etik tidak

akan efektif kalau di drop begitu saja dari atas yaitu instansi pemerintah atau

instansi-instansi lain; karena tidak akan dijiwai oleh cita-cita dan nilai-nilai yang

hidup dalam kalangan profesi itu sendiri. Instansi dari luar bisa menganjurkan

membuat kode etik dan barang kali dapat juga membantu dalam merumuskan,

tetapi pembuatan kode etik itu sendiri harus dilakukan oleh profesi yang

bersangkutan. Supaya dapat berfungsi dengan baik, kode etik itu sendiri harus

menjadi hasil SELF REGULATION (pengaturan diri) dari profesi.

Dengan membuat kode etik, tanggung jawab profesi sendiri akan

menetapkan hitam atas putih niatnya untuk mewujudkan nilai nilai moral yang

dianggapnya hakiki. Hal ini tidak akan pernah bisa dipaksakan dari luar. Hanya

kode etik yang berisikan nilainilai dan cita-cita yang diterima oleh profesi itu

sendiri yang bisa mendarah daging dengannya dan menjadi tumpuan harapan

untuk dilaksanakan untuk dilaksanakan juga dengan tekun dan konsekuen. Syarat
Fachrul Rasyidin Kadir Thalib / D21116301
29
Kode Etik Profesi
lain yang harus dipenuhi agar kode etik dapat berhasil dengan baik adalah bahwa

pelaksanaannya di awasi terus menerus.

Kesadaran itu penting dan lebih penting lagi kesadaran itu timbul dari Diri

kita masing - masing yang sebentar lagi akan menjadi pelaksana profesi di bidang

komputer disetiap tempat kita bekerja, dan selalu memahami dengan baik atas

Etika Profesi yang membangun dan bukan untuk merugikan orang lain.

B. Saran

Adapun saran-saran yang dapat diberikan kepada pembaca makalah ini

sebagai berikut : Dalam pembuatan makalah diperlukan kerja keras dalam mencari

berbagai referensi agar makalah yang dibuat lebih baik. Pelajari makalah yang

telah dibuat, agar dapat menambah wawasan lagi.

Fachrul Rasyidin Kadir Thalib / D21116301


30
Kode Etik Profesi
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha

Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah tentang Kode Etik Profesi.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan

dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk

itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah

berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada

kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena

itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca

agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Kode Etik Profesi ini

dapat memberikan manfaat.

Makassar, 26 September 2017

Penulis

Fachrul Rasyidin Kadir Thalib / D21116301


31
Kode Etik Profesi
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................................i

DAFTAR ISI ..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................................1


B. Batasan Masalah ..............................................................................................2
C. Tujuan Pembahasan..........................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

A. Kode Etik Berbagai Macam Profesi............................................................ 4


1. Kode Etik Insinyur Indonesia............................................. 4
2. Kode Etik Kedokteran Indonesia............................................................ 10
3. Kode Etik Jurnalistik Wartawan Indonesia ........................................... 15
4. Kode Etik Hakim................................................................................ 22
B. Contoh Kasus Pelanggaran Kode Etik........................................................ 27
1. Ketidakpedulian dalam Perlindungan Kesehatan................................... 27
2. Ketidakjujuran dalam Pengujian............................................................ 28
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... 29
B. Saran ......................................................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA

Razak, Habibie. Kode Etik Insinyur Indonesia. Di akses pada 26 September 2017.

http://habibierazak.com/2013/08/kode-etik-insinyur-indonesia-dan-seberapa-jauh-

pengaruhnya-terhadap-profesi-keinsinyuran-dan-kehidupan-berbangsa-dan-

bernegara/

Fachrul Rasyidin Kadir Thalib / D21116301


32
Kode Etik Profesi

MKEK PB IDI Kode Etik Kedokteran Indonesia. Di akses pada 26 September

2017.

http://mkekpbidi.org/kode-etik-kedokteran-indonesia/

PRAHUM VII. Kode Etik Jurnalistik Wartawan Indonesia. Di akses pada 26


September 2017.
https://prahumvii.files.wordpress.com/2014/11/kode-etik-jurnalistik-wartawan-
indonesia-pwi.pdf

Kepaniteraan Mahkamah Agung. Kode Etik dan Perilaku Hakim. Di akses pada
26 September 2017.
https://kepaniteraan.mahkamahagung.go.id/images/artikel/kode%20etik%20dan

%20pedoman%20perilaku%20hakim%20ma%20ky.pdf

Fachrul Rasyidin Kadir Thalib / D21116301


33

Anda mungkin juga menyukai