Anda di halaman 1dari 43

SOSIALISASI PANDUAN

PENYUSUNAN NOMOR STATISTIK


LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM

BAGIAN PERENCANAAN DAN DATA


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM
DEPARTEMEN AGAMA R.I
TAHUN 2009
LATAR BELAKANG
 Perlunya peningkatan tata kelola dan administrasi
di lingkungan Dep. Agama, yang meliputi bidang
kelembagaan, ketatalaksanaan, ketenagaan, serta
sarana dan prasarana.
 Pesatnya perkembangan lembaga pendidikan
Islam.
 Terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun
2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan
Keagamaan.
 Makin maraknya pemekaran wilayah baik pada
tingkat provinsi maupun kabupaten/kota di
sebagian wilayah Indonesia.
 Perlu dilakukan penyesuaian dan penggantian
terhadap panduan penyusunan Nomor Statistik
Lembaga Pendidikan Islam yang ada selama ini.
DASAR HUKUM
 UU No. 20 Thn 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
 PP RI No. 27, 28 dan 29 Thn 1990 tentang
Pendidikan Prasekolah, Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah.
 PP RI No. 19 Thn 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
 PP RI No. 55 Thn 2007 tentang Pendidikan Agama
dan Pendidikan Keagamaan.
 Keppres No. 49 Thn 2002 tentang Kedudukan,
Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata
Kerja Instansi Vertikal Departemen Agama.
 KMA RI No. 37 Thn 2000 tentang Petunjuk
Organisasi Departemen Agama.
DASAR HUKUM
 KMA RI No. 3 Thn 2006 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Departemen Agama.
 SK Dirjen Pendidikan Islam No. DJ.I/456A/2008
tentang Panduan Penyusunan Nomor Statistik
Lembaga Pendidikan Islam
TUJUAN
Tujuan penyusunan Nomor Statistik Lembaga
Pendidikan Islam adalah :
 Meningkatkan tata kelola dan tertib administrasi
bagi lembaga-lembaga pendidikan Islam.
 Membedakan antara satu lembaga pendidikan
Islam dengan lembaga lainnya.
 Memudahkan dalam pengelolaan database
lembaga pendidikan Islam.
 Memudahkan dalam pemeriksaan peta lokasi
suatu lembaga pendidikan Islam.
STRUKTUR ORGANISASI DITJEN
PENDIDIKAN ISLAM

DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN ISLAM

SEKRETRARIAT

DIREKTORAT DIREKTORAT DIREKTORAT DIREKTORAT


PENDIDIKAN PEND. DINIYAH PAI PADA PENDIDIKAN
MADRASAH & PONTREN SEKOLAH TINGGI ISLAM
PETA PENDIDIKAN ISLAM
Pendidikan Umum Berciri Pendidikan Keagamaan Islam
Jenis Islam Diniyah Pondok Pesantren

Non/In- Non/In-
Non/In- Non/In-
Formal Formal Formal Formal Tanpa Formal
Jenjang Formal Formal
Berjenjang Jenjang

Ma'had
Tinggi PT Islam Ma'had Aly DT Aly
Takhassus

Pengajian
Menengah MA, MA Ket. Paket C Diniyah Ulya DT Ulya Muadalah
Kitab Ulya

Paket A, Majelis
Paket B, Taklim, TKQ,
Wajar Diniyah Ula, TQA, TPQ, dll Pengajian
DT Awaliyah,
Dasar MI, MTs Dikdas Diniyah Kitab Ibtidai &
DT Wustha
Salafiyah Wustha Tsanawi
Ula dan
Wustha

PAUD RA Diniyah Athfal


PERBEDAAN ANTARA NSM LAMA
DENGAN NSM BARU
I. Jenis Lembaga Pendidikan Yang Dicakup
A. NSM Lama
◦ RA, MI, MTs, MA, Madrasah Diniyah dan Pondok
Pesantren.
B. NSM Baru
◦ Lembaga pendidikan umum berciri khas Islam,
yang terdiri dari RA, MI, MTs, MA, Universitas
Islam, Institut Agama Islam, Sekolah Tinggi
Agama Islam, dan Fakultas Agama Islam pada
Perguruan Tinggi Umum Swasta.
PERBEDAAN ANTARA NSM LAMA
DENGAN NSM BARU
B. NSM Baru
◦ Lembaga pendidikan diniyah jalur formal, yang
terdiri dari Diniyah Athfal, Diniyah Ula, Diniyah
Wustha, Diniyah Ulya, Ma’had Aly.
◦ Lembaga pendidikan diniyah jalur non-formal
berjenjang, yang terdiri dari Diniyah Takmiliyah
Awaliyah, Diniyah Takmiliyah Wustha, Diniyah
Takmiliyah Ulya dan Diniyah Takmiliyah Aly.
◦ Lembaga pendidikan diniyah jalur non-formal
tanpa jenjang, yang terdiri dari TKQ, TQA, TPQ,
dan Majelis Taklim.
◦ Lembaga Pondok Pesantren.
PERBEDAAN ANTARA NSM LAMA
DENGAN NSM BARU
II. Sistematika Penyusunan Nomor Statistik
KODE NSM LAMA NSM BARU KETERANGAN

Kode Jenis Semakin banyaknya jenis


2 digit 3 digit
Lembaga lembaga yang dicakup
Kode Status
1 digit 1 digit
Lembaga

Kode Provinsi 2 digit 2 digit

Kode Kab/Kota 2 digit 2 digit

Untuk meminimalisir pengaruh


pemekaran wilayah kecamatan
Kode Kecamatan 2 digit -
terhadap susunan nomor
statistik
Untuk mengantisipasi jumlah
Nomor Urut 3 digit 4 digit lembaga di satu kabupaten
mencapai angka ribuan

JUMLAH 12 digit 12 digit


PENGERTIAN ISTILAH

 Nomor Statistik PAUD (NSPAUD) merupakan


nomor identitas bagi lembaga PAUD, yaitu
Raudhatul Athfal (RA) dan Diniyah Athfal (DA).
 Nomor Statistik Madrasah (NSM) merupakan
nomor identitas bagi Madrasah Ibtidaiyah (MI),
Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah
(MA).
 Nomor Statistik Diniyah Formal (NSDF)
merupakan nomor identitas bagi Diniyah Ula (DU),
Diniyah Wustha (DW) dan Diniyah Ulya (DUy).
 Nomor Statistik Diniyah Takmiliyah (NSDT)
merupakan nomor identitas bagi Diniyah Takmiliyah
Awwaliyah (DTAw), Diniyah Takmiliyah Wustha
(DTW) dan Diniyah Takmiliyah Ulya (DTUy).
PENGERTIAN ISTILAH
 Nomor Statistik Pendidikan al-Qur’an (NSPQ)
merupakan nomor identitas bagi Taman Kanak-
Kanak al-Qur’an (TKQ) dan Ta’limul Qur’an lil ’Aulad
(TQA) dan Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ).
 Nomor Statistik Majelis Taklim (NSMT)
merupakan nomor identitas bagi Majelis Taklim.
 Nomor Statistik Pondok Pesantren (NSPP)
merupakan nomor identitas bagi Pondok Pesantren.
 Nomor Statistik Pendidikan Tinggi Islam
(NSPTI) merupakan nomor identitas bagi lembaga
pendidikan tinggi Islam, terdiri dari UIN, IAIN,
STAIN, PTAIS, Fakultas PAI pada PTU Swasta,
Ma’had Aly dan Diniyah Takmiliyah Aly.
SISTEMATIKA PENOMORAN
I. Lembaga Pendidikan Umum Berciri Khas Islam
dan Pendidikan Diniyah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Nomor Urut
Kode Jenis Kode Lembaga
Lembaga Provinsi

Kode Status Kode Kabupaten/


Lembaga Kota
 Kode Jenis Lembaga (kotak ke-1, 2, dan 3), diisi dengan kode:
101 = Rudhatul Athfal (RA)
111 = Madrasah Ibtidaiyah (MI)
121 = Madrasah Tsanawiyah (MTs)
131 = Madrasah Aliyah (MA)
141 = Universitas Islam
142 = Institut Agama Islam
143 = Sekolah Tinggi Agama Islam
144 = Fakultas Agama Islam pada PTU Swasta

201 = Diniyah Athfal (DA)


211 = Diniyah Ula (DU) 311 = Diniyah Takmiliyah Awwaliyah
(DTA)
221 = Diniyah Wustha (DW) 321 = Diniyah Takmiliyah Wustha
(DTW)
231 = Diniyah Ulya (DUy) 331 = Diniyah Takmiliyah Ulya (DTUy)
241 = Ma’had Aly (MAy) 341 = Diniyah Takmiliyah Aly (DTAy)

401 = Taman Kanak-Kanak al-Qur’an (TKQ)


411 = Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ)
421 = Ta’limul Qur’an lil ’Aulad (TQA)
431 = Majelis Taklim
 Kode Status Lembaga (kotak ke-4), diisi dengan kode:
1 = Negeri 2 = Swasta

 Kode Provinsi (kotak ke-5 dan 6)


 Kode Kabupaten/Kota (kotak ke-7 dan 8)
 Nomor Urut Lembaga (kotak ke-9 sampai 12)
SISTEMATIKA PENOMORAN
II. Lembaga Pendidikan Pondok Pesantren

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Kode Kode
Pesantren Muadalah Nomor Urut
Kode Lembaga
Kode Kode Provinsi
Pengajian Pendidikan
Kitab Kesetaraan Kode Kabupaten/
Kota
 Kode Pondok Pesantren (kotak ke-1), diisi dengan kode:
5 = Pondok Pesantren

 Kode Keberadaan Program Pengajian Kitab (Ibtidai, Tsanawi, Ulya, dan


Ma’had Takhassus) yang diselenggarakan oleh pondok pesantren (kotak ke-
2), diisi dengan kode:
0 = Tidak Ada 1 = Ada

 Kode Keberadaan Program Muadalah yang diselenggarakan oleh pondok


pesantren (kotak ke- 3), diisi dengan kode:
0 = Tidak Ada 2 = Ada

 Kode Keberadaan Program Pendidikan Kesetaraan (Wajar Dikdas Salafiyah


Ula/Wustha, Paket A, Paket B dan Paket C) yang diselenggarakan oleh
pondok pesantren (kotak ke- 3), diisi dengan kode:
0 = Tidak Ada 3 = Ada

 Kode Provinsi (kotak ke-5 dan 6)


 Kode Kabupaten/Kota (kotak ke-7 dan 8)
 Nomor Urut Lembaga (kotak ke-9 sampai 12)
PENANGGUNG JAWAB
PENYUSUNAN NOMOR STATISTIK
1. Kepala Kantor Departemen Agama Kab./Kota
dengan dibantu oleh:
• Kepala Seksi Mapenda/Kependais/TOS untuk
lembaga RA, MI dan MTs.
• Kepala Seksi Pekapontren/Kependais/TOS untuk
lembaga Diniyah Athfal, Diniyah Ula, Diniyah
Wustha, Diniyah Takmiliyah Awwaliyah, Diniyah
Takmiliyah Wustha, Pondok Pesantren
(termasuk pengajian kitab, muadalah, ma’had
takhassus dan pendidikan kesetaraan), TKQ,
TPQ, TQA dan Majelis Taklim.
PENANGGUNG JAWAB
PENYUSUNAN NOMOR STATISTIK
2. Kepala Kantor Wilayah Dep. Agama Provinsi dengan
dibantu oleh:
 Kepala Bidang Mapenda/Kependais/TOS untuk
lembaga MA.
 Kepala Bidang Pekapontren/Kependais/TOS untuk
lembaga Diniyah Ulya dan Diniyah Takmiliyah
Ulya.
PENANGGUNG JAWAB
PENYUSUNAN NOMOR STATISTIK
3. Direktorat Pendidikan Tinggi Islam untuk UIN, IAIN,
STAIN, PTAIS, dan Fakultas Agama Islam pada PTU
Swasta di seluruh wilayah Indonesia.
4. Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren
untuk Ma’had Aly dan Diniyah Takmiliyah Aly di
seluruh wilayah Indonesia.
PENANGGUNG JAWAB
PENYUSUNAN NOMOR STATISTIK
PENANGGUNG JAWAB DIBANTU OLEH JENIS LEMBAGA
RA
Kepala Seksi
MI
Mapenda/Kependais
MTs
Diniyah Athfal
Diniyah Ula
Diniyah Wustha
Kepala Kandepag
Diniyah Takmiliyah Awwaliyah
Kabupaten/Kota
Kepala Seksi Diniyah Takmiliyah Wustha
Pekapontren/Kependais Pondok Pesantren
TKQ
TPQ
TQA
Majelis Taklim
Kepala Bidang
MA
Kepala Kanwil Mapenda/Kependais
Depag Provinsi Kepala Bidang Diniyah Ulya
Pekapontren/Kependais Diniyah Takmiliyah Ulya
UIN/IAIN/STAIN
Direktur Pendidikan
Bagian Perencanaan dan Data PTAIS
Tinggi Islam
Fak. Agama Islam pada PTU
Direktur Pendidikan Diniyah Ma'had Aly
Bagian Perencanaan dan Data
dan Pondok Pesantren Diniyah Takmiliyah Aly
Contoh I :
Penyusunan NSPAUD RA Al Makmur di Kabupaten Aceh
Selatan, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam:
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. Tiga kotak pertama (kotak ke-1 s/d 3) diisi kode jenis


lembaga. Kode lembaga RA adalah “101”
2. Kotak ke-4 diisi kode status lembaga. Status semua RA
adalah swasta, sehingga kodenya adalah “2”
3. Kotak ke-5 dan 6 diisi kode provinsi. Kode untuk provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam adalah “11”
4. Kotak ke-7 dan 8 diisi kode kabupaten/kota. Kode
kabupaten/kota untuk Kab. Aceh Selatan adalah “01”
5. Empat kotak terakhir (kotak ke-9 s/d 12) diisi sesuai
dengan nomor urut lembaga yang bersangkutan.
Misalnya urutannya adalah 32, ditulis menjadi “0032”
6. Dari langkah diatas, diperoleh NSPAUD untuk RA Al
Makmur tersebut adalah :

1 0 1 2 1 1 0 1 0 0 3 2
Contoh II :
Penyusunan NSPP untuk Pondok Pesantren Nurul Huda di
Kab. Aceh Selatan, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam:
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. Kotak pertama (kotak ke-1) diisi kode jenis lembaga.


Kode lembaga Pesantren adalah “5”
2. Kotak ke-2 diisi kode keberadaan program pengajian
kitab (Ibtidai, Tsanawi, Ulya, dan Ma’had Takhassus)
yang diselenggarakan oleh pondok pesantren. Misalnya
PP Nurul Huda ini menyelenggarakan program
Pengajian Kitab (Ibtidai, Tsanawi, Ulya, dan Ma’had
Takhassus), maka kode yang dipilih adalah ”1”
3. Kotak ke-3 diisi kode keberadaan program Muadalah
yang diselenggarakan oleh pondok pesantren. Misalnya
PP Nurul Huda ini tidak menyelenggarakan program
Muadalah, maka kode yang dipilih adalah ”0”
4. Kotak ke-4 diisi kode keberadaan program Pendidikan
Kesetaraan (Wajar Dikdas Salafiyah Ula/Wustha, Paket A,
Paket B, dan Paket C) yang diselenggarakan oleh pondok
pesantren. Misalnya PP Nurul Huda ini menyelenggarakan
program Paket A dan Paket B, maka kode yang dipilih adalah
”3”
5. Kotak ke-5 dan 6 diisi kode provinsi. Kode untuk provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam adalah “11”
6. Kotak ke-7 dan 8 diisi kode kabupaten/kota. Kode
kabupaten/kota untuk Kab. Aceh Selatan adalah “01”
7. Empat kotak terakhir (kotak ke-9 s/d 12) diisi sesuai dengan
nomor urut lembaga yang bersangkutan. Misalnya urutannya
adalah 7, ditulis menjadi “0007”
8. Dari langkah diatas, diperoleh NSPP untuk PP Nurul Huda
tersebut adalah :

5 1 0 3 1 1 0 1 0 0 0 7
PENJELASAN TAMBAHAN
SURAT KEPUTUSAN
DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM
NOMOR DJ.I/456A/2008
TENTANG
PENYUSUNAN NOMOR STATISTIK
LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM

BAGIAN PERENCANAAN DAN DATA


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM
DEPARTEMEN AGAMA R.I
TAHUN 2009
WAKTU PENYUSUNAN & SOSIALISASI
NOMOR STATISTIK
 Proses penyusunan dan penetapan nomor statistik
dilakukan sejak tanggal ditetapkannya SK Dirjen
Pendidikan Islam No. DJ.I/456A/2008 tentang
Panduan Penyusunan Nomor Statistik Lembaga
Pendidikan Islam, yaitu tanggal 23 Desember 2008
s/d 31 Desember 2009.
 Sosialisasi nomor statistik kepada seluruh lembaga
pendidikan Islam mulai tanggal 2 Januari s/d 30
April 2010.
 Penyampaian laporan daftar nomor statistik
lembaga pendidikan Islam kepada Ditjen
Pendidikan Islam (Bagian Perencanaan dan Data)
selambat-lambatnya tanggal 30 Juni 2010, dengan
menggunakan format tabel yang ditetapkan.
MASA BERLAKU NOMOR STATISTIK BARU
 Nomor statistik lembaga pendidikan Islam, mulai
diberlakukan secara resmi pada awal TP 2010-
2011 (per tanggal 1 Juli 2010).
 Nomor statistik ini berlaku secara permanen
selama lembaga pendidikan yang bersangkutan
masih aktif.
PEMBERIAN NOMOR STATISTIK LEMBAGA
BARU
 Apabila terdapat lembaga pendidikan Islam yang
baru berdiri, maka unit penanggungjawab
berkewajiban untuk memberikan nomor statistik
bagi lembaga pendidikan tersebut.
 Pemberian nomor statistik dapat dilakukan apabila
lembaga pendidikan yang baru tersebut sudah
memperoleh ijin operasional dari Dep. Agama.
 Penyampaian laporan kepada Ditjen Pendidikan
Islam (Bagian Perencanaan dan Data) tentang
pemberian nomor statistik baru yang disebabkan
adanya lembaga pendidikan yang baru berdiri,
selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah proses
pemberian nomor statistik, dengan menggunakan
format tabel yang ditetapkan.
PENUTUPAN LEMBAGA
 Apabila terdapat lembaga pendidikan yang tutup,
maka unit penanggungjawab berhak untuk
mencabut dan menghapus nomor statistik yang
sudah diberikan kepada lembaga tersebut.
 Nomor statistik yang sudah dicabut dan dihapus
itu tidak dapat dipergunakan oleh lembaga lain.
 Jika suatu saat lembaga tersebut memutuskan
untuk beroperasional kembali, maka lembaga itu
harus mengajukan perijinan kembali kepada Dep.
Agama dan akan mendapat nomor statistik baru.
 Penyampaian laporan tentang penghapusan nomor
statistik kepada Ditjen Pendidikan Islam (Bagian
Perencanaan dan Data), selambat-lambatnya 1
(satu) bulan setelah proses penghapusan, dengan
menggunakan format tabel yang ditetapkan.
PENGGABUNGAN (MERGER) LEMBAGA
 Apabila terdapat dua atau lebih lembaga
pendidikan sejenis yang melakukan penggabungan
(merger), maka unit penanggungjawab berhak
untuk menetapkan nomor statistik yang
dipertahankan, dalam hal ini adalah nomor statistik
lembaga induk.
 Lembaga induk diputuskan berdasarkan
kesepakatan dari lembaga-lembaga pendidikan
yang merger.
 Selanjutnya, unit penanggungjawab berhak untuk
mencabut dan menghapus nomor statistik dari
lembaga-lembaga lain (lembaga non-induk).
 Nomor statistik yang sudah dicabut dan dihapus
itu tidak dapat dipergunakan oleh lembaga lain.
PENGGABUNGAN (MERGER) LEMBAGA
(lanjutan)
 Jika suatu saat lembaga pendidikan yang merger
tersebut memutuskan untuk beroperasional
kembali secara terpisah (berdiri sendiri), maka
lembaga itu harus mengajukan perijinan kembali
kepada Dep. Agama dan akan mendapat nomor
statistik baru.
 Penyampaian laporan kepada Ditjen Pendidikan
Islam (Bagian Perencanaan dan Data) tentang
penetapan nomor statistik lembaga induk dan
penghapusan nomor statistik lembaga non-induk,
selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah proses
penghapusan, dengan menggunakan format tabel
yang ditetapkan.
PERUBAHAN NOMOR STATISTIK
 Nomor statistik yang sudah diberikan kepada
lembaga pendidikan masih mungkin mengalami
perubahan.
 Perubahan nomor statistik harus dilakukan oleh
unit penanggungjawab dan tetap berpedoman
pada sistematika penyusunan nomor statistik yang
sudah disusun oleh Ditjen Pendidikan Islam.
 Setidaknya ada 2 alasan yang bisa menjadi dasar
untuk melakukan perubahan nomor statistik, yaitu:
1. Perubahan Status Lembaga (penegerian
lembaga; atau alih status PTAIN)
2. Pemekaran Wilayah (Provinsi;
Kabupaten/Kota)
1. Perubahan Status Lembaga
 Apabila terjadi perubahan status lembaga, maka
unit penanggungjawab berkewajiban untuk
melakukan perubahan nomor statistik bagi
lembaga pendidikan tersebut.
 Unit penanggungjawab berhak untuk mencabut
dan menghapus nomor statistik lama lembaga
tersebut.
 Nomor statistik yang sudah dicabut dan dihapus
itu tidak dapat dipergunakan oleh lembaga lain.
 Penyampaian laporan kepada Ditjen Pendidikan
Islam (Bagian Perencanaan dan Data) tentang
terjadinya perubahan nomor statistik lembaga,
selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah
proses perubahan, dengan menggunakan
format tabel yang ditetapkan.
2. Pemekaran Wilayah (1)
 Salah satu unsur yang digunakan untuk
membentuk nomor statistik lembaga pendidikan
Islam adalah kode wilayah. Kode wilayah yang
digunakan adalah yang disusun oleh Depdagri
dan BPS.
 Apabila terjadi pemekaran wilayah, maka unit
penanggungjawab tidak berkewajiban untuk
melakukan perubahan terhadap nomor statistik
lembaga-lembaga pendidikan yang masih
menjadi binaan wilayah induk.
 Nomor statistik yang berlaku bagi lembaga-
lembaga pendidikan yang masih menjadi binaan
wilayah induk adalah nomor statistik yang sudah
disusun sebelumnya (tetap).
2. Pemekaran Wilayah (2)
 Bagi lembaga pendidikan Islam yang setelah
terjadi pemekaran wilayah masuk ke wilayah
baru, maka unit penanggungjawab
berkewajiban untuk melakukan perubahan
nomor statistik bagi lembaga-lembaga
pendidikan tersebut.
 Akan tetapi proses perubahan nomor statistik ini
baru dapat dilakukan setelah Ditjen Pendidikan
Islam melakukan penyempurnaan susunan kode
wilayah sesuai dengan kode wilayah yang
dikeluarkan oleh Dedagri dan BPS.
 Sebelum ada penyesuaian kode wilayah yang
baru, maka nomor statistik yang berlaku adalah
nomor statistik yang sudah disusun sebelumnya.
2. Pemekaran Wilayah (3)
 Perubahan nomor statistik lembaga pendidikan
Islam harus tetap berpedoman kepada
sistematika penyusunan nomor statistik yang
telah disusun oleh Ditjen Pendidikan Islam.
 Unit penanggungjawab berhak untuk mencabut
dan menghapus nomor statistik lama lembaga-
lembaga tersebut.
 Nomor statistik yang sudah dicabut dan dihapus
itu tidak dapat dipergunakan oleh lembaga lain.
 Penyampaian laporan kepada Ditjen Pendidikan
Islam (Bagian Perencanaan dan Data) tentang
terjadinya perubahan nomor statistik lembaga,
selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah
proses perubahan, dengan menggunakan
format tabel yang ditetapkan.
Contoh I :
Perubahan Nomor Statistik untuk Madrasah Aliyah
Misal : MAS Persiapan Negeri Karimun di Kabupaten
Karimun, Provinsi Kepulauan Riau pada awalnya memiliki
nomor statistik ”131221020009”, dengan keterangan:
 ”131” = kode MA (digit ke-1 s/d 3)
 ”2” = kode status lembaga swasta (digit ke-
4)
 ”21” = kode Provinsi Kep. Riau (digit ke-5 &
6)
 ”02” = kode Kabupaten Karimun (digit ke-7 &
Apabila
8) suatu saat madrasah tersebut dinegerikan dan
misalnya
 ”0009” berganti nama menjadi
= nomor MAN Karimun,
urut lembaga (digit ke-9maka
s/d 12)
Kanwil Depag Prov. Kep. Riau sebagai unit
penanggungjawab, berkewajiban untuk merubah nomor
statistik madrasah tersebut dengan langkah sebagai
berikut:
1. Kode jenis lembaga untuk MA (digit ke-1 s/d 3) adalah
“131”.
2. Kode status lembaga negeri (digit ke-4) adalah “1”.
3. Kode Provinsi Kep. Riau (digit ke-5 & 6) adalah “21”.
4. Kode Kabupaten Karimun (digit ke-7 & 8) adalah “02”.
5. Nomor urut lembaga (digit ke-9 s/d 12). Misalnya:
nomor urut terakhir untuk MA Negeri di Kab. Karimun
Provinsi Kepulauan Riau adalah “0003”, maka nomor
urut untuk MAN Karimun adalah nomor urut
berikutnya, yaitu ”0004”.
6. Dari langkah-langkah diatas, diperoleh nomor statistik
untuk MAN Karimun yang baru tersebut adalah :
1 3 1 1 2 1 0 2 0 0 0 4
Contoh II :
Perubahan Nomor Statistik untuk Madrasah Ibtidaiyah
Misal : MIS Miftahul Huda di Kabupaten Cirebon, Provinsi
Jawa Barat pada awalnya memiliki nomor statistik
”111232090036”, dengan keterangan:
 ”111” = kode MI (digit ke-1 s/d 3)
 ”2” = kode status lembaga swasta (digit ke-
4)
 ”32” = kode Provinsi Jawa Barat (digit ke-5 &
6)
 ”09” = kode Kabupaten Cirebon (digit ke-7 &
Apabila
8) suatu saat madrasah tersebut dinegerikan dan
misalnya
 ”0036” berganti nama menjadi
= nomor MIN Ciuyah,
urut lembaga maka
(digit ke-9 s/d 12)
Kandepag Kab. Cirebon sebagai unit penanggungjawab,
berkewajiban untuk merubah nomor statistik madrasah
tersebut dengan langkah sebagai berikut:
1. Kode jenis lembaga untuk MI (digit ke-1 s/d 3) adalah
“111”.
2. Kode status lembaga negeri (digit ke-4) adalah “1”.
3. Kode Provinsi Jawa Barat (digit ke-5 & 6) adalah “32”.
4. Kode Kabupaten Cirebon (digit ke-7 & 8) adalah “09”.
5. Nomor urut lembaga (digit ke-9 s/d 12). Misalnya:
nomor urut terakhir untuk MI Negeri di Kabupaten
Cirebon adalah “0008”, maka nomor urut untuk MIN
Ciuyah adalah nomor urut berikutnya, yaitu ”0009”.
6. Dari langkah-langkah diatas, diperoleh nomor statistik
untuk MIN Ciuyah yang baru tersebut adalah :
1 1 1 1 3 2 0 9 0 0 0 9
DIAGRAM ALUR PENYUSUNAN NOMOR
STATISTIK
Ditjen Pendidikan Islam
(Bagian Perencanaan dan Data)

Dit. Diktis Dit. PD-Pontren


PTAI, FAI MAy, DTAy

Kanwil Depag Provinsi


Mapenda MA
Pekapontren PDMA, DTUy

Kandepag Kab./Kota
Mapenda RA, MI, MTs

PDTK, PDD, PDMP, DTA, DTW,


Pekapontren
TKQ, TQA, TPQ, MT, PP

Lembaga Pendidikan Islam


RA, MI, MTs, MA, PDTK, PDD, PDMP, PDMA, DTA, DTW, DTUy,
TKQ, TPQ, TQA, MT, PP, MAy, DTAy, PTAI, FAI

Keterangan :
: Sosialisasi Penyusunan Nomor Statistik Lembaga Pendidikan Islam dari Ditjen Pendidikan Islam (Bagian
Perencanaan dan Data) kepada Unit Penanggungjawab (Direktorat, Kanwil dan Kandepag)
: Pelaporan Daftar Nomor Statistik dari Unit Penanggungjawab (Direktorat, Kanwil dan Kandepag)
kepada Ditjen Pendidikan Islam (Bagian Perencanaan dan Data)
: Sosialisasi Nomor Statistik dari Unit Penanggungjawab (Direktorat, Kanwil dan Kandepag) kepada
setiap lembaga pendidikan yang menjadi sasaran pemberian nomor statistik
BATAS WAKTU PENYUSUNAN, PENETAPAN
DAN SOSIALISASI NOMOR STATISTIK
Kegiatan Unit Penanggungjawab Batas Waktu
Proses Penyusunan dan Penetapan Direktorat, Kanwil dan Kandepag 31 Desember 2009
Sosialisasi kepada Lembaga Pendidikan Direktorat, Kanwil dan Kandepag 30 April 2010
Laporan kepada Ditjen Pendidikan Islam Direktorat, Kanwil dan Kandepag 30 Juni 2010
Pemberlakuan Secara Resmi Lembaga Pendidikan Islam 1 Juli 2010
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai