Anda di halaman 1dari 2

Fenomena Strong Dollar dan Pengetatan Kebijakan Moneter yang semakin

Meluas dan Ketat

Sumber: ADO Update September 2022, ADB


Ekonomi Indonesia diproyeksikan masih tumbuh di kisaran 5% pada 2022-2023, melampaui pertumbuhan ekonomi global (di
kisaran 3%)

Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2022 diproyeksikan tumbuh 5,1 s.d. 5,4% dan tahun 2023 tumbuh 4,7% s.d. 5,1%.
Asian Development Outlook menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 0,2% menjadi 4,8% yoy pada 2023 di
tengah memburuknya kondisi global.

Upside Risk
Global Indonesia
 Pandemi COVID-19 yang lebih terkendali baik global maupun domestik;
 Indonesia:
2022 2023 2022 2023  Konsumsi rumah tangga masih kuat seiring dengan mobilitas tinggi.
 Reformasi structural berlanjut
IMF (WEO Oktober) 3,2 2,7 5,3 5,0  Winfall ekspor komoditas

Bank Dunia (EAP


Downside Risks
2,9 3,0 5,1 5,1
Oktober)
4,8
 Pelemahan ekonomi global (Slow growth) & global uncertainty
ADB (ADO Dec) - - 5,4 (revised  Inflasi tinggi (high inflation), utamanya harga energi, pupuk, dan pangan.
down 0,2)  Pengetatan likuiditas  kontraksi fiskal dan moneter global.
Bloomberg Consensus  Suku bunga tinggi utamanya di negara maju  disparitas.
- - 5,2 5,0
(Okt)  Strong Dollar  depresiasi Rupiah
 Penurunan permintaan global  harga komoditas ekspor ternormalisasi,
OECD (Nov) 3,1 2,2 5,3 4,7 penurunan ekspor, dan penurunan kinerja sektor manufaktur.
 Potensi social unrest menuju Pemilu 2024

Anda mungkin juga menyukai