Anda di halaman 1dari 23

KETERAMPILAN BERBAHASA

INDONESIA SD
(PDGK 4101/3 SKS)

Oleh :
INNO CAHYANING TYAS, M.Pd
DESKRIPSI MATAKULIAH

• Identitas MK
Program Studi : S1 PGSD
Kode Mata Kuliah : PDGK 4101
Nama Mata Kuliah : Keterampilan Berbahasa Indonesia SD

Jumlah sks : 3 SKS


Nama Pengembang : Inno Cahyaning Tyas, M.Pd
• Capaian Pembelajaran MK :
Setelah menempuh matakuliah Keterampilan Bebrbahasa Indonesia
SD mahasiswa mampu menerapkan empat aspek keterampilan
berbahasa untuk berbagai keperluan, baik untuk kepentingan
berkomunikasi maupun kegiatan pembelajaran.
• Deskripsi MK :
• Matakuliah ini membahas hakikat keterampilan berbahasa,
penerapan keempat keterampilan berbahasa sesuai dengan
keperluan dan pembelajarannya untuk siswa sekolah dasar di
kelas rendah maupun kelas tinggi.
DAFTAR MATERI MK

• BMP ini terdiri atas 9 Modul yaitu :


• Modul 1. Hakikat Keterampilan Berbahasa
• Modul 2. Keterampilan Menyimak
• Modul 3. Keterampilan Berbicara
• Modul 4. Keterampilan Membaca
• Modul 5. Keterampilan Menulis
• Modul 6. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa dengan Fokus
Menyimak
• Modul 7. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa dengan Fokus
Berbicara
• Modul 8. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa dengan Fokus
membaca
• Modul 9. Pembelajaran Keterampilan Bebrhasa dengan Fokus Menulis
Hakikat Tutor dan Tutorial
dalam Sistem PJJ
MODUL 1. HAKIKAT KETERAMPILAN
BERBAHASA
• Kegiatan Belajar 1
• Pengertian dan Manfaat Keterampilan Berbahasa
• Dalam berkomunikasi kita menggunakann keterampilan berbahasa yang
telah kita miliki, seberapapun tingkat atau kualitas keterampilan itu.
• Ada orang yang memiliki keterampilan berbahasa secara optimal
sehingga setiap tujuan komunikasinya mudah tercapai. Namun, ada pula
orang yang sangat lemah tingkat keterampilannya sehingga bukan
tujuan komunikasinya tercapai, tetapi malah terjadi salah pengertian
yang berakibat suasana komunikasi menjadi buruk.
• Berikut ini Anda diajak mempelajari pengertian keterampilan berbahasa
serta manfaat penguasaan terhadap keterampilan tersebut.
• A. KETERAMPILAN BERBAHASA
• Mari kita perhatikan kehidupan dalam masyarakat. Anggota-anggota suatu
masayarakat saling berhubungan dengan cara komunikasi. Secara sederhana
komunikasi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

Pengirim Penerima
Transmisi
Pesan → encoding → lambang
Lambang → decoding → pesan
(bunyi/tulisan)
(bunyi/tulisan)
Gambar 1.1 Diagram Komunikasi Satu Arah

• Seperti digambarkan melalui diagram di atas, si pengirim pesan aktif


memilih pesan yang akan disampaikan, memformulasikannya dalam wujud
lambang-lambang berupa bunyi/tulisan. Proses demikian disebut
proses encoding. Di pihak lain, si penerima melakukan
aktivitas decoding berupa pengubahan bentuk-bentuk bahasa yang berupa
bunyi-bunyi lisan tersebut kembali menjadi pesan. Aktivitas tersebut biasa
kita sebut dengan istilah mendengarkan (menyimak).
• Dalam kenyataan, aktivitas komunikasi dalam wujud berbicara,
mendengarkan, menulis, dan membaca tidaklah sederhana gambaran pada
gambar 1.1, yang bersifat satu arah. Komunikasi yang terjadi sering pula
bersifta 2 arah, seperti tergambar dalam gambar 1.2 berikut ini.

Pesan → Encoding → Lambang Lambang → Decoding → Pesan



Transmisi
Lambang ← Decoding ← Lambang Lambang ← Encoding ←
← Lambang

Gambar 1.2 Diagram komunikasi dua arah

• Bahkan, komunikasi sering pula terjadi dalam wujud multiarah, sperti digambrakn
dalam berikut ini. Diagram dapat dilihat pada modul halaman 1.5
• Gambar 1.3
• Diagram Komunikasi Multiarah
• Dalam komunikasi yang sesungguhnya, ketika melakukan
proses encodings pengirim berada dalam sutau konteks yang berupa
ruang, waktu, peran, serta konteks budaya yang menjadi latar
belakang perngirm dan penerima Keberhasilan suatu komunikasi
sangat bergantung kepada proses encoding dan decoding yang sesuai
dengan konteks komunikasi.
• Seseorang dikatakan memiliki keterampilan berbahasa dalam posisi
sebagai pengirim pesan, dalam proses encoding ia sampai terampil
memilih bentuk-bentuk bahasa yang tepat, sesuai dengan konteks
komunikasi.
• Kemudian ia dapat dikatakan memiliki keterampilan berbahasa
dalam posisi sebagai penerima pesan, dalam proses decoding ia
mampu mengubah bentuk-bentuk bahasa yang diterimanya dalam
suatu konteks komunikasi menjadi pesan yang utuh, yang sama
dengan yang dimaksudkan oleh si pengirim.
• B. MANFAAT KETERAMPILAN BERBAHASA

• Dapat dibayangkan apabila kita tidak memiliki kemampuan berbahasa. Kita


tidak dapat mengungkapkan pikiran, tidak dapat mengekspresikan
perasaan, dan tidak dapat melaporkan fakta-fakta yang kita amati. Di
pihak lain, kita tidak dapat memahami pikiran, perasaan, gagasan, dan fakta
yang disampaikan oleh orang kepada kita.
• Sebagai guru, kita akan mengalami kesulitan dalam menyajikan materi
pelajaran kepada para siswa bila keterampilan berbicara yang kita miliki
tidak memadai atau dipihak lain para siswa akan mengalami kesulitan
menangkat pelajaran yang kita sampaikan secara lisan karena keterampilan
berbicara yang kta miliki tidak memadai atau karena kemampuan siswa
rendah dalam mendengarkan.
• Profesi-profesi di bidang hubungan masyarakat, pemasaran/penjualan,
politik, hokum (jaksa, hakim, pengacara) adalah contih-contoh bidang
pekerjaan yang mensyaratkan dimilikinya keterampilan berbahsam baik
berbicara, menyimak, menulis, dan membaca.
KEGIATAN BELAJAR 2
ASPEK-ASPEK KETERAMPILAN BERBAHASA

• Sehubungan dengan penggunaan bahasa, terdapat empat


keterampilan dasar bahasa, yaitu mendengarkan (menyimak),
berbicara, membaca, dan menulis. Table berikut ini menyajikan jenis
keterampilan tersebut.
Tabel 1.1
Empat jenis Keterampilan berbahasa

Lisan Tulisan

Reseptif Menyimak Membaca


Produktif Berbicara Menulis
• A. MENYIMAK
• Mendengarkan adalah keterampilan memahami bahasa lisan yang
bersifat reseptif. Dengan demikian di sini berarti bukan sekedar
mendengarkan bunyi-bunyi bahasa melainkan sekaligus
memahaminya.
• Ada dua jenis situasi dalam mendengarkan yaitu situasi mendengarkan
secara interaktif dan situasi mendengarkan secara non interaktif.
Menyimak secara interaktif terjadi dalam percakapan tatap muka dan
percakapan di telepon atau yang sejenis dengan itu.
• Kemudian contoh situasi-situasi mennyimak non interaktif, yaitu
mendengarkan radio, TV, dan film, khotbah atau mendengarkan dalam
acara-acara seremonial. Dalam situasi mendengarkan nonietraktif
tersebut, kita tidak dapat meminta penjelsanan dari pembicara, tidak
bisa meminta pembicaraan diperlambat.
• B. BERBICARA
• Kemudian sehubungan dengan keterampilan berbicara secara garis
besar ada tiga jenis situasi berbicara, yaitu interaktif, semiaktif, dan
noninteraktif.
1. Situasi-situasi berbicara interaktif, misalnya percakapan secara tatap
muka dan berbicara lewat telepon yang memungkinkan adanya
pergantian antara berbicara dan mendengarkan.
2. Kemudian ada pula situasi berbicara yang semiaktif, misalnya dalam
berpidato di hadapan umum secara langsung. Dalam situasi ini,
audiens memang tidak dapat melakukan interupsi terhadap
pembicaraan, namun pembicara dapat melihat reaksi pendengar dari
ekspresi wajah dan bahasa tubuh mereka.
• C. MEMBACA
• Membaca adalah keterampuilan reseptif bahasa tulis. Keterampilan
memabaca dapat dikemangkan secara tersendiri, terpisah dari
keterampilan mendengar dan berbicara. Tetapi, pada masyarakat yang
memilki tradisi lireasi yang telah berkembang, serinkali keterampilan
membaca dikembnagkan secara terintergrasi dengan keterampilan
menyimak dan berbicara.
• D. MENULIS
• Menulis adalah keterampilan produktif dengan menggunakan tulisan.
Menulis dapat dikatakan suatu keterampilan berbahasa yang paling
rumit di antara jenis-jenis keterampilan berbahasa lainnya. Ini karena
menulis bukanlah sekedar menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat,
melainkan juga mengembangkan dan menuangkan pikiran-pikiran
dalam suatu struktur tulisan yang teratur.
KEGIATAN BELAJAR 3
KETEKAITAN ANTARASPEK KETERAMPILAN
BERBAHASA
A. HUBUNGAN BERBICARA DENGAN MENYIMAK
Menurut Brooks dalam Tarigan (1994:3), berbicara dan menyimak merupakan
kegiatan komunikasi dua arah yang langsung. Apabila kita perhatikan
peristiwa komunikasi yang terjadi dalam masyarakat maka komunikasi
dalam situasi interaktif dapat terjadi seperti diagram berikut ini.
• A B
• Gambar 1.4

• Misalnya komunikasi yang terjadi antarteman, antara pembeli dan penjual


atau dalam suatu kelompok diskusi kelompok. Dalam hal ini A berbicara
dan B mendengarkan. Setelah itu giliran B berbicara dan A
mendengarkan.
• Namun ada pula dalam suatu konteks komunikasi itu terjadi dalam
situasi noninteraktif, yaitu satu pihak saja yang berbicara dan pihak
lain mendengarkan. Komunikasi seperti dalam gambar misalnya
berupa khotbah di masjid. Agar lebih jelas, situasi komunikasi
tersebut digambarkan dalam diagram berikut ini.
• B,C,D,E

F,G,H,I

Gambar 1.5 Diagram Komunikasi Noninteraktif


• Guna melengkapi pembicaraan kita mengenai hubungan antara
berbicara dan mendengarkan, berikut ini dipaparkan diagram
hubungan tersebut menurut Tarigan (1994:4) dengan beberapa
modifikasi,
Menyimak Sifat Berbicara
Langsung Interaktif Langsung/tak langsung

Apresiatif Interaktif Produktif

Reseptif Eskpresif

Fungsional

• Gambar 1.8 Diagram hubungan berbicara dan menyimak


B. HUBUNGAN MENYIMAK DENGAN MEMBACA
•Seperti telah disinggung pada kegiatan terdahulu, mennyimak
dan membaca sama-sama merupakan keterampilan berbahasa
yang bersifat reseptif. Menyimak berkaitan dengan penggunaan
bahasa ragam lisan, sedangkan membaca merupakan aktivitas
berbahasa ragam tulis. Ini sejalan dengan penjelasan yang
dikemukakan oleh Tarigan (1994:4) melalui diagram berikut ini.

Menyimak Lisan (hasil


Reseptif berbicara)
Membaca (menerima Tulisan (hasil
informasi) menulis)
•Gambar 1.7 Diagram hubungan menyimak dan membaca
Dalam gambar tersebut bukan hanya menggambarkan antara
mendengarkan dan membaca, melainkan juga memperlihatkan
kaitan antara menyimak dan berbicara serta membaca dan
menulis
Sehubungan dengan kaitan antara mendengrakan dan membaca
ini, Subyakto Nababan (1993:153) menjelaskannya dalam
diagram pada modul halaman 1.22
Melalui diagram di atas tampak jelas bahwa baik mendengarkan
maupun membaca merupakan kegiatan berbahasa yang bersifar
reseptif. Perbedaannya hanya pada objek yang menjadi fokus
perhatian awal yang menjadi stimulus.
• C. HUBUNGAN MEMBACA DENGAN MENULIS
• Mnulis adalah kegiatan berbhasa yang bersifat produktif,
sedangkan membaca merupakan kegiatan membaca yang bersifat
reseptif. Seseorang menulis guna menyampaikan gagasan,
perasaan, atau informasi dalam bentuk tulisan. Sebaliknya
seseorang membaca guna memahami gagasan, perasaaan atau
informasi yang disajikan dalam bentuk tulisan tersebut.
• D. HUBUNGAN MENULIS DENGAN BERBICARA
• Subyakto-Nababan (1993:153) dan Tarigan menjelaskna bahwa
baik berbicara maupun menulis adalah kegiatan berbahasa yang
bersifat produktif. Berbicara merupakan kegiatan berbahasa tagam
lisan, sedangkan menulis adalah kegiatan berbahasa ragam tulis.

Anda mungkin juga menyukai