Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa merupakan komponen terpenting dalam kehidupan manusia. Manusia


tidak akan bisa melanjutkan kelangsungan hidup mereka dengan baik dan teratur tanpa
adanya bahasa. Mereka tidak bisa berinteraksi dengan mudah dan baik jika mereka
tidak menguasai bahasa antara satu sama lain dan dengan tidak adanya
kesinambungan tersebut mereka juga tidak dapat menangkap ekspresi kejiwaan
maupun keinginan yang diutarakan oleh lawan komunikasinya. Hal ini juga yang
menyebabkan adanya sekat dan kurang terkaitnya emosional satu sama lain.

Bisa dikatakan bahwa bahasa sebagai salah satu kebutuhan primer yang
mempunyai peran sebagai pengatur sirkulasi kelanjutan hidup. Bahkan, bahasa juga
dapat dikategorikan sebagai senjata yang paling ampuh untuk membentengi diri dan
negeri dari ancaman-ancaman perpecahan.

Di era globalisasi saat ini penggunaan bahasa sebagai media komunikasi


sangatlah terpengaruh oleh laju perkembangan teknologi dan informasi.  Terdapat dua
pengaruh pada bahasa setelah terkontaminasi dengan adanya laju teknologi dan
informasi yang sangat cepat yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif. Adapun
pengaruh positif yang dapat diperoleh adalah dimana media teknologi informasi sangat
memperlancar hubungan komunikasi antar sesama. Mereka dapat menyampaikan
segala komunikasi jarak jauh maupun jarak dekat dengan sangat praktis dan efisien.

  Di pandang dari sisi lain, kemajuan teknologi dan cepatnya akses informasi juga
mempunyai dampak negatif yang sangat mempengaruhi kelangsungan dari bahasa
yang telah kita miliki dan kita sepakati untuk menjadi bahasa pemersatu bangsa serta
tanah air yaitu bahasa indonesia. Dapat kita ketahui barsama bahwa, sekarang ini
banyak bahasa pergaulan yang sangat berbeda dengan kaidah-kaidah kebahasaan.
Dengan menurunnya kemampuan berbahasa masyarakat bangsa ini, secara tidak
langsung juga akan mengurangi rasa nasionalisme yang tertanam pada diri mereka.
Sehingga benteng perahanan yang selama ini terbangun kukuh akan lebih mudah
untuk diporak-porandakan oleh musuh.

Maka dari itu, dalam kesempatan kali ini kami akan memaparkan suatu
pembahasan yang berjudul ” Bahasa Indonesia Sebagai Media Komunikasi” yang
didalamnya akan mencakup tentang pengertian bahasa, macam-macam bahasa serta
hal-hal lain yang berkaitan dengan kebahasaan. Dan untuk pembahasan yang lebih
mendetail, akan diulas secara terperinci dalam bab pembahasan.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kegiatan belajar 1

2.1.2 Pengertian dan Manfaat Keterampilan Berbahasa

Komunikasi adalah proses interaksi dalam kehidupan masyarakat berupa


kegiatan pengiriman dan penerimaan pesan. Dalam mengirimkan pesan, si pengirim
melakukan proses encoding dan mengirimkan pesan kepada si penerima. Sebaliknya si
penerima melakukan proses decoding. Sehingga pesan yang tersampaikan dapat
diterima dengan utuh.
Proses Encoding : Pesan → encoding → Lambang (bunyi/tulisan)
Proses Decoding : Lambang (bunyi/tulisan) → decoding → Pesan
Manfaat Keterampilan Berbahasa diantaranya kita dapat mengungkapkan pikiran,
dapat mengekspresikan perasaan, dan dapat melaporkan fakta-fakta yang kita amati.
Contoh :
Guru : dapat menyajikan materi pelajaran, pengetahuan dan kebudayaan dapat
disampaikan secara sempurna, dan dapat memperoleh pengetahuan dari para pakar.
Kepala Sekolah : dapat memimpin sekolah secara efektif, dapat mengkoordinasikan,
membimbing dan memotivasi guru.
Pengacara : dapat memenangkan suatu persidangan di pengadilan. dapat membaca
berbagai undang-undang dan dapat menulis materi pengaduan atau pembelaan.

Glosarium :
encoding : Proses penyampaian pesan ke dalam bentuk lambang.
decoding : Proses penafsiran lambang ke dalam pesan, proses menafsirkan pesan ke
dalam bahasa, proses pengubahan suatu kode menjadi makna.
2.3 Kegiatan Belajar 2
2.3.1 Aspek-aspek Keterampilan Berbahasa
Sehubungan dengan penggunaan bahasa, terdapat empat keterampilan dasar
bahasa, yaitu mendengarkan (menyimak), berbicara, membaca, dan menulis. Table
berikut ini menyajikan jenis keterampilan tersebut.

Tabel 1.1
Empat jenis Keterampilan berbahasa
Lisan Tulisan
Reseptif Mendengarkan Membaca
Produktif Berbicara Menulis

A. MENDENGARKAN
Mendengarkan adalah keterampialn memahami bahasa lisan yang bersifat
reseftif. Dengan demikian di sini berarti bukan sekedar mendengarkan bunyi-bunyi
bahasa melainkan sekaligus memahaminya. Dalam bahasa pertama (bahasa ibu), kita
memperoleh keterampilan mendengarkan melalui proses yang tidak kita sadari
sehingga kitapun tidak menyadari begitu kompleksnya proses pemmerolehan
keterampilan mendengar tersebut. Berikut ini secara singkat disajikan disekripsi
mengenai aspek-aspek yang terkait dalam upaya belajar memahami apa yang kita
sajikan dalam bahasa kedua.

Ada dua jenis situasi dalam mendengarkan yaitu situasi mendengarkan secara
interaktif dan situasi mendengarkan secara non interaktif. Mendengarkan secara
interaktif terjadi dalam percakapan tatap muka dan percakapan di telepon atau yang
sejenis dengan itu. Dalam mendengarkan jenis ini kita secara bergantuan melakukan
aktivitas mendengarkan dan memperoleh penjelsan, meminta lawan bicara mengulang
apa yang diucapkan olehnya atau mungkin memintanya berbicara agak lebih lambat.
Kemudian contoh situasi-situasi mendengarkan noninteraktif, yaitu mendengarkan
radio, TV, dan film, khotbah atau mendengarkan dalam acara-acara seremonial. Dalam
situasi mendengarkan nonietraktif tersebut, kita tidak dapat meminta penjelsanan dari
pembicara, tidak bisa meminta pembicaraan diperlambat.

Berikut ini adalah keterampilan-keterampilan mikro yang terlibat ketika kita


berupaya untuk memahami apa yang kita dengar, yaitu pendengar harus;
1. Menyimpan/mengingat unsure bahasa yang didengar menggunakan daya ingat jangka
pendek (short term memory)
2. Berupaya membedakan bunti-bunyi yang yang membedakan arti dalam bahasa target,
3. Menyadari adanya bentuk-bentuk tekanan dan nada, warna suara dan intinasi,
menyadari adanya reduksi bentuk-bentuk kata,
4. Membedakan dan memahami arti dari kata-kata yang didengar,
5. Mengenal bentuk-bentuk kata yang khusus (typical word-order patterns)
6. Mendeteksi kata-kata kunci yang mengidentifikasi topic dan gagasan;
7. Menebak makna dari konteks,
8. Mengenal kelas-kelas kata,
9. Menyadari bentuk-bentuk dasar sintaksis,
10. Mengenal perangkat-perangkat kohesif (recognize cohesive devices)
11. Mendeteksi unsure-unsur kalimat seperti subjek, predikat, objek, preposisi, dan unsure-
unsur lainnya.

B.     BERBICARA
Kemudian sehubungan dengan keterampilan berbicara secara garis besar ada tiga
jenis situasi berbcara, yaitu interaktif, semiaktif, dan noninteraktif. Situasi-situasi
berbicara interaktif, misalnya percakapan secara tatap muka dan berbicara lewat
telepon yang memungkinkan adanya pergantuan anatara berbicara dan mendengarkan,
dan juga memungkinkan kita meminta klarifikasi, pengulangan atau kiat dapat memintal
lawan berbicara, memperlambat tempo bicara dari lawan bicara. Kemudian ada pula
situasi berbicara yang semiaktif, misalnya dalam berpidato di hadapan umum secara
langsung. Dalam situasi ini, audiens memang tidak dapat melakukan interupsi terhadap
pembicaraan, namun pembicara dapat melihat reaksi pendengar dari ekspresi wajah
dan bahasa tubuh mereka. Beberapa situasi berbicara dapat dikatakan bersifat
noninteraktif, misalnya berpidato melalui radio atau televise.

Berikut ini beberapa keterampilan mikro yang harus dimiliki dalam berbicara, dimana
permbicara harus dapat;
1. Mengucapkan bunyi-bunyi yang berbeda secara jelas sehingga pendengar daoat
membedakannya;
2. Menggunakan tekanan dan nada serta intonasu secara jelas dan tepat sehingga
pendengar daoat memahami apa yang diucapkan pembicara,
3. Menggunakan bentuk-bentuk kata, urutan kata, serta pilihan kata yang tepat
4. Menggunakan register aau ragam bahasa yang sesuai terhadap situasi komunikasi
termasuk sesuai ditinjau dari hubungan antar pembicara dan pendengar;
5. Berupaya agar kalimat-kalimat untama jelas bagi pendengar
6. Berupaya mengemukakan ide-ide atau informasi tambahan guna menjelaskan ide-ide
utama
7. Berupaya agar wacana berpautan secara serasi sehingga pendengar mudah mengikuti
pembicaraa,
C.  MEMBACA
Membaca adalah keterampuilan reseptif bahasa tulis. Keterampilan memabaca
dapat dikemangkan secara tersendiri, terpisah dari keterampilan mendengar dan
berbicara. Tetapi, pada masyarakat yang memilki tradisi lireasi yang telah berkembang,
serinkali keterampilan membaca dikembnagkan secara terintergrasi dengan
keterampilan menyimak dan berbicara.

Keterampilan-keterampilan mikro yang terkait dengan proses membaca yang harus


dimiliki oleh pembicara adalah;
1. Mengenal system tulisan yang digunakan,
2. Mengenal kosakatar,
3. Menentukan kata-kata kunci yang mngindentifikasikan topic dan gagasan utama,
4. Menentukan makna kata-kata, termasuk kosakata split, dari konteks tertulis,
5. Mengenal kelas kata gramatikal, kata benda, kata sifat, dan sebagainya
6. Menentukan konstituen-konstiteun dalam kalimat, seperti subjek, predikat, objek, dan
preposisi,
7. Mengenal bentuk-bentuk dasar sintaksis,
8. Merekonstruksi dan menyimpulkan situasi, tujuan-tujuan dan partisipasi,
9. Menggunakan perangkat kohesif leksikal dan gramatikal guna menarik kesimpulan-
kesimpulan
10. Menggunakan pengetahun dan perangkat-perangkat kohesif leksikal dan gramatikal
untuk memahami topic utama atau informasi utama
11. Membedakan ide utama dan detail-detail disajikan,
12. Menggunakan strategi membaca yang berbeda terhadap tujuan-tujuan membaca yang
berbeda, seperti skimming untuk mencari ide-ide utama atau melakukan studi secara
mendalam,

D.    MENULIS
Menulis adalah keterampilan produktif dengan menggunakan tulisan. Menulis
dapat dikatakan suatu keterampilan berbahasa yang paling rumit di antara jenis-jenis
keterampilan berbahasa lainnya. Ini karena menulis bukanlah sekedar menyalin kata-
kata dan kalimat-kalimat, melainkan juga mengembangkan dan menuangkan pikiran-
pikiran dalam suatu struktur tulisan yang teratur.

Berikut ini keterampilan-keterampilan mikro yang diperlukan dalam menulis, di


mana penulis perlu untuk;
1. Menggunakan ortografi dengan benar, termasuk di sini penggunaan ejaan,
2. Memilih kata yang tepat,
3. Menggunakan bentuk kata dengan benar,
4. Mengurutkan kata-kata dengan benar
5. Menggunakan struktur kalimat yang tepat dan jelas bagi pembaca,
6. Memilih genre tulisan yang tepat sesuai dengan pembaca yang dituju,
7. Mengupayakan ide-ide atau informasi utama didukung secara jelas ole hide-ide atau
informasi tambahan,
8. Menguapayakan, terciptanya paragraph, dan keseluruhan tulisan koheren sehingga
pembaca mudah mengikuti jalan pikiran atau informasi yang disajikan,
9. Membuat dugaan seberapa banyak pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca sasaran
mengenai subjek yang ditulis dan membuat asumsi mengenai hal-hal yang belum
mereka ketahui dan penting untuk ditulis.
3.3 Kegiatan Belajar 3
3.3.1 Keterkaitan  Antara Aspek Keterampilan Berbahasa

A. HUBUNGAN BERBICARA DENGAN MENDENGARKAN

Menurut Brooks dalam Tarigan (1994:3), berbicara dan mendengarkan merupakan kegiatan
komunikasi dua arah yang langsung. Apabila kita matai peristiwa-peristiwa komunikasi yang
terjadi dalam masyarakata, pernyataan Brooks itu benar untuk peristiwa komunikasi dalam
siatuasi interaktif, seperti diagram berikut ini.
A                                                    B

Gambar 1.4
Diagram Komunikasi Interaktif

Misalnya komunikasi yang terjadi antarteman, antara pembeli dan penjual atau dalam
suatu kelompok diskusi kelompok. Dalam hal ini A berbicara dan B mendengarkan. Setelah itu
giliran B berbicara dan A mendengarkan. Namun ada pula dalam suatu konteks komunikasi itu
terjadi dalam situasi noninteraktif, yaitu satu pihak saja yang berbicara dan pihak lain
mendengarkan. Agar lebih jelas, siatuasi komunikasi tersebut digambarkan dalam diagram
berikut ini.

                                                                                    B,C,D,E

                       A

                                                                                    F,G,H,I

Gambar 1.5
Diagram Komunikasi Noninteraktif

Komunikasi seperti dalam gambar misalnya berupa khotbah di masjid. Di sini hanya satu
pihak yang berbicara. Pihak lain hanya mendengarkan.
Dawson dalam Tarigan (1994:3) menjelaskan hubungan antara berbicara dan mendengarkan,
sperti berikut ini,
1.      Ujaran biasanya dipeljari melalui mendengarkan dan meniru. Dengan demikian, materi yang
didengarkan dan direkam dalam ingatan berpengaruh terhadap kecakapan berbicara
seseorang,
2.      Ujaran seseorang mencerminkan pemakaian bahasa di lingkungan keluarga dan masayrakat
tempatnya hidup, misalnya dalam penggunaan intonasi, kosakata, dan pola-pola kalimat,
3.      Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kemapuan mendengarkan berarti pula membantu
kulitas berbicara,
4.      Bunyi suara yang didengar merupakan faktor penting yang berpengaruh terhadap
kemampuan berbicara seseorang. Oleh karena itu suara dan materi yang berkualitas baik yang
didengar dari seseroang guru, rekaman-rekaman atau cerita-cerita yang erbnilai tinggi sangat
membantu anak atau seseoang guru yang sedang belejar berbicara.
Guna melengkapi pembicaraan kita mengenai hubungan antara berbicara dan mendengarkan,
berikut ibi dipaparkan diagram hubungan tersebut menuruy Tarigan (1994:4) dengan beberapa
modifikasi,
Menyimak Sifat Berbicara
Interaktif
Langsung Langsung/tak langsung
Interaktif
Apresiatif Prooduktif
Reseptif
fungsional Eskpresif

Gambar 1.8
Diagram hubungan berbicara dan mendengarkan

B. HUBUNGAN MENDENGARKAN DENGAN MEMBACA


Seperti telah disnggung pada kegiatan terdahulu, mendengarkan dan membaca sama-
sama merupakan keterampilan berbhasa yang bersifat reseptif. Mendengarkan berkaitan
dengan penggunaan bahasa ragam lisan, sedangkan membaca merupakan aktivitas berbahasa
ragam tulis. Ini sejalan dengan penjelasan yang dikemukakan oleh Tarigan (1994:4) melalui
diagram berikut ini.
Mendengarkan Reseptif Lisan (hasil berbicara)
Membaca (menerima informasi) Tulisan (hasil menulis)
Gambar 1.7
Diagram hubungan mendengarkan dan membaca

Dalam gambar tersebut bukan hanya menggambarkan antara mendengarkan dan


membaca, melainkan juga memperlihatkan kaitan antara menyimak dan berbicara serta
membaca dan menulis

Sehubungan dengan kaitan antara mendengrakan dan membaca ini, Subyakto Nababan
(1993:153) menjelaskannya dalam diagram berikut ini.

Melalui diagram di atas tampak jelas bahwa baik mendengarkan maupun membaca
merupakan kegiatan berbahasa yang bersifar reseptif. Perbedaannya hanya pada objek yang
menjadi focus perhatian awal yang menjadi stimulus. Pada mendengrakan focus perhatian
berupa suara, sedangkan pada membaca adalah tulisan. Kemudian baik penyimak maupun
pembaca melakukan aktivitas pengidentifikasian terhadap unsure-unsur bahasa yang berupa
suara maupun berupa tulisan, yang selanjutnya diikuti dengan proses decoding guna
memperoleh pesan yang berupa konsep, idea tau informasi.

Apabila ditinjau dari sudut pemetolehan bahasa atau belajar bhasa, aktivitas membaca
dapat membantu seseorang memperoleh kosakata yang berguna bagi pengembangan
kemampuan mendengar pada tahap berikutnya. Jadi, pengenalan terhadap kosakata baru pada
aktivitas membaca akan dapat meningkatkan kemampuan mendengarkan pada tahap
berikutnya melalui proses pengenalan kembal terhadap kosakata tersebut.
Sehubungan dengan pembelajaran bahasa, Tarigan (1994;4-5) menyatakan bahwa
mendengarkan pun merupakan faktir penting dakan belajar bahasa secara aktif. Pertunjuk-
petunjuk mengenai stretegi membaca secara efektif. Petunjuk-petunjuk mengenai strategi
membaca sering disampaikan guru di kelas dengan menggunakan bahasa lisan. Untuk itu,
kemampuan murid dalam mendengarkab dengan pemahaman yang sangat penting.

Dari uarian di atas, kita dapat mengajukan hipotesis bahwa terdapat korelasi yang tinggi antara
kemampuan mendengar dan membaca pada kelas-kelas yang relative tunggi. Apabila terdapat
peningkatan pada kemampuan yang satu maka akan diikuti dengan peningkatan pad
kemampuan yang lain (Tarigan, 1994:5).

C. HUBUNGAN MEMBACA DENGAN MENULIS


Menulis adalah kegiatan berbhasa yang bersifat produktif, sedangkan membaca
merupakan kegiatan membaca yang bersifat reseptif. Seseorang menulis guna menyampaikan
gagasan, perasaan, atau informasi dalam bentuk tulisan. Sebaliknya seseorang membaca guna
memahami gagasan, perasaaan atau informasi yang disajikan dalam bentuk tulisan tersebut.

Dalam menulis, seseorang harus melalui tahap-tahap perencaan, penulisan, dan revisi.
Dalam melakukan perencanaan seringkali penulis melakukan aktivtas membaca yang ekstensif
dan intensif guna menelusiri informasi, konspe-konsep, atau gagasan-gagasan yang akan
dijadikan bagian dari bahan tulisannya. Kemudian, dalam proses penulisan si penulis sering
melakukan revisi-revisi dengan cara membaca, lalu menulis kembali secara berulang-ulang.

Dalam kegiatan membaca, pemahaman seingkalai kita harus menulis catatan-catatan,


bagan, rangkuman, dan komentar mengenai isi bacaan, guna menunjang pemahaman kita
terhadapa isi bacaan. Selain itu, mungkin kita pula terdorong untuk menulis resensi atau kritik
terhadapa suatu tulisan yang telah kita baca.

D. HUBUNGAN MENULIS DENGAN BERBICARA


Subyakto-Nababan (1993:153) dan Tarigan menjelaskna bahwa baik berbicara maupun
menulis adalah kegiatan berbahasa yang bersifat produktif. Berbicara merupakan kegiatan
berbahasa tagam lisan, sedangkan menulis adalah kegiatan berbahasa ragam tulis. Kemudian,
kegiatan menulis pada umumnya merupakan kegiatan berbahasa tak langsung, sedangkan
berbicara pada ummunya bersifat langsung. Ini berarti ada kegiatan menulis yang bersifat
langsung, misalnya komunikasi tulis dengan menggunakan telepon seluler (sms) dan dengan
menggunakan internet (chatting). Sebaliknya adapula kegiatan berbicara secara tidak langsung
misalnya melalui pengiriman pesan suara melalui telepon seluler. Subyakto-Nababan
menjelaskan dengan diagram berikut ini,

Anda mungkin juga menyukai