PENDAHULUAN
Bisa dikatakan bahwa bahasa sebagai salah satu kebutuhan primer yang
mempunyai peran sebagai pengatur sirkulasi kelanjutan hidup. Bahkan, bahasa juga
dapat dikategorikan sebagai senjata yang paling ampuh untuk membentengi diri dan
negeri dari ancaman-ancaman perpecahan.
Di pandang dari sisi lain, kemajuan teknologi dan cepatnya akses informasi juga
mempunyai dampak negatif yang sangat mempengaruhi kelangsungan dari bahasa
yang telah kita miliki dan kita sepakati untuk menjadi bahasa pemersatu bangsa serta
tanah air yaitu bahasa indonesia. Dapat kita ketahui barsama bahwa, sekarang ini
banyak bahasa pergaulan yang sangat berbeda dengan kaidah-kaidah kebahasaan.
Dengan menurunnya kemampuan berbahasa masyarakat bangsa ini, secara tidak
langsung juga akan mengurangi rasa nasionalisme yang tertanam pada diri mereka.
Sehingga benteng perahanan yang selama ini terbangun kukuh akan lebih mudah
untuk diporak-porandakan oleh musuh.
Maka dari itu, dalam kesempatan kali ini kami akan memaparkan suatu
pembahasan yang berjudul ” Bahasa Indonesia Sebagai Media Komunikasi” yang
didalamnya akan mencakup tentang pengertian bahasa, macam-macam bahasa serta
hal-hal lain yang berkaitan dengan kebahasaan. Dan untuk pembahasan yang lebih
mendetail, akan diulas secara terperinci dalam bab pembahasan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Glosarium :
encoding : Proses penyampaian pesan ke dalam bentuk lambang.
decoding : Proses penafsiran lambang ke dalam pesan, proses menafsirkan pesan ke
dalam bahasa, proses pengubahan suatu kode menjadi makna.
2.3 Kegiatan Belajar 2
2.3.1 Aspek-aspek Keterampilan Berbahasa
Sehubungan dengan penggunaan bahasa, terdapat empat keterampilan dasar
bahasa, yaitu mendengarkan (menyimak), berbicara, membaca, dan menulis. Table
berikut ini menyajikan jenis keterampilan tersebut.
Tabel 1.1
Empat jenis Keterampilan berbahasa
Lisan Tulisan
Reseptif Mendengarkan Membaca
Produktif Berbicara Menulis
A. MENDENGARKAN
Mendengarkan adalah keterampialn memahami bahasa lisan yang bersifat
reseftif. Dengan demikian di sini berarti bukan sekedar mendengarkan bunyi-bunyi
bahasa melainkan sekaligus memahaminya. Dalam bahasa pertama (bahasa ibu), kita
memperoleh keterampilan mendengarkan melalui proses yang tidak kita sadari
sehingga kitapun tidak menyadari begitu kompleksnya proses pemmerolehan
keterampilan mendengar tersebut. Berikut ini secara singkat disajikan disekripsi
mengenai aspek-aspek yang terkait dalam upaya belajar memahami apa yang kita
sajikan dalam bahasa kedua.
Ada dua jenis situasi dalam mendengarkan yaitu situasi mendengarkan secara
interaktif dan situasi mendengarkan secara non interaktif. Mendengarkan secara
interaktif terjadi dalam percakapan tatap muka dan percakapan di telepon atau yang
sejenis dengan itu. Dalam mendengarkan jenis ini kita secara bergantuan melakukan
aktivitas mendengarkan dan memperoleh penjelsan, meminta lawan bicara mengulang
apa yang diucapkan olehnya atau mungkin memintanya berbicara agak lebih lambat.
Kemudian contoh situasi-situasi mendengarkan noninteraktif, yaitu mendengarkan
radio, TV, dan film, khotbah atau mendengarkan dalam acara-acara seremonial. Dalam
situasi mendengarkan nonietraktif tersebut, kita tidak dapat meminta penjelsanan dari
pembicara, tidak bisa meminta pembicaraan diperlambat.
B. BERBICARA
Kemudian sehubungan dengan keterampilan berbicara secara garis besar ada tiga
jenis situasi berbcara, yaitu interaktif, semiaktif, dan noninteraktif. Situasi-situasi
berbicara interaktif, misalnya percakapan secara tatap muka dan berbicara lewat
telepon yang memungkinkan adanya pergantuan anatara berbicara dan mendengarkan,
dan juga memungkinkan kita meminta klarifikasi, pengulangan atau kiat dapat memintal
lawan berbicara, memperlambat tempo bicara dari lawan bicara. Kemudian ada pula
situasi berbicara yang semiaktif, misalnya dalam berpidato di hadapan umum secara
langsung. Dalam situasi ini, audiens memang tidak dapat melakukan interupsi terhadap
pembicaraan, namun pembicara dapat melihat reaksi pendengar dari ekspresi wajah
dan bahasa tubuh mereka. Beberapa situasi berbicara dapat dikatakan bersifat
noninteraktif, misalnya berpidato melalui radio atau televise.
Berikut ini beberapa keterampilan mikro yang harus dimiliki dalam berbicara, dimana
permbicara harus dapat;
1. Mengucapkan bunyi-bunyi yang berbeda secara jelas sehingga pendengar daoat
membedakannya;
2. Menggunakan tekanan dan nada serta intonasu secara jelas dan tepat sehingga
pendengar daoat memahami apa yang diucapkan pembicara,
3. Menggunakan bentuk-bentuk kata, urutan kata, serta pilihan kata yang tepat
4. Menggunakan register aau ragam bahasa yang sesuai terhadap situasi komunikasi
termasuk sesuai ditinjau dari hubungan antar pembicara dan pendengar;
5. Berupaya agar kalimat-kalimat untama jelas bagi pendengar
6. Berupaya mengemukakan ide-ide atau informasi tambahan guna menjelaskan ide-ide
utama
7. Berupaya agar wacana berpautan secara serasi sehingga pendengar mudah mengikuti
pembicaraa,
C. MEMBACA
Membaca adalah keterampuilan reseptif bahasa tulis. Keterampilan memabaca
dapat dikemangkan secara tersendiri, terpisah dari keterampilan mendengar dan
berbicara. Tetapi, pada masyarakat yang memilki tradisi lireasi yang telah berkembang,
serinkali keterampilan membaca dikembnagkan secara terintergrasi dengan
keterampilan menyimak dan berbicara.
D. MENULIS
Menulis adalah keterampilan produktif dengan menggunakan tulisan. Menulis
dapat dikatakan suatu keterampilan berbahasa yang paling rumit di antara jenis-jenis
keterampilan berbahasa lainnya. Ini karena menulis bukanlah sekedar menyalin kata-
kata dan kalimat-kalimat, melainkan juga mengembangkan dan menuangkan pikiran-
pikiran dalam suatu struktur tulisan yang teratur.
Menurut Brooks dalam Tarigan (1994:3), berbicara dan mendengarkan merupakan kegiatan
komunikasi dua arah yang langsung. Apabila kita matai peristiwa-peristiwa komunikasi yang
terjadi dalam masyarakata, pernyataan Brooks itu benar untuk peristiwa komunikasi dalam
siatuasi interaktif, seperti diagram berikut ini.
A B
Gambar 1.4
Diagram Komunikasi Interaktif
Misalnya komunikasi yang terjadi antarteman, antara pembeli dan penjual atau dalam
suatu kelompok diskusi kelompok. Dalam hal ini A berbicara dan B mendengarkan. Setelah itu
giliran B berbicara dan A mendengarkan. Namun ada pula dalam suatu konteks komunikasi itu
terjadi dalam situasi noninteraktif, yaitu satu pihak saja yang berbicara dan pihak lain
mendengarkan. Agar lebih jelas, siatuasi komunikasi tersebut digambarkan dalam diagram
berikut ini.
B,C,D,E
A
F,G,H,I
Gambar 1.5
Diagram Komunikasi Noninteraktif
Komunikasi seperti dalam gambar misalnya berupa khotbah di masjid. Di sini hanya satu
pihak yang berbicara. Pihak lain hanya mendengarkan.
Dawson dalam Tarigan (1994:3) menjelaskan hubungan antara berbicara dan mendengarkan,
sperti berikut ini,
1. Ujaran biasanya dipeljari melalui mendengarkan dan meniru. Dengan demikian, materi yang
didengarkan dan direkam dalam ingatan berpengaruh terhadap kecakapan berbicara
seseorang,
2. Ujaran seseorang mencerminkan pemakaian bahasa di lingkungan keluarga dan masayrakat
tempatnya hidup, misalnya dalam penggunaan intonasi, kosakata, dan pola-pola kalimat,
3. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kemapuan mendengarkan berarti pula membantu
kulitas berbicara,
4. Bunyi suara yang didengar merupakan faktor penting yang berpengaruh terhadap
kemampuan berbicara seseorang. Oleh karena itu suara dan materi yang berkualitas baik yang
didengar dari seseroang guru, rekaman-rekaman atau cerita-cerita yang erbnilai tinggi sangat
membantu anak atau seseoang guru yang sedang belejar berbicara.
Guna melengkapi pembicaraan kita mengenai hubungan antara berbicara dan mendengarkan,
berikut ibi dipaparkan diagram hubungan tersebut menuruy Tarigan (1994:4) dengan beberapa
modifikasi,
Menyimak Sifat Berbicara
Interaktif
Langsung Langsung/tak langsung
Interaktif
Apresiatif Prooduktif
Reseptif
fungsional Eskpresif
Gambar 1.8
Diagram hubungan berbicara dan mendengarkan
Sehubungan dengan kaitan antara mendengrakan dan membaca ini, Subyakto Nababan
(1993:153) menjelaskannya dalam diagram berikut ini.
Melalui diagram di atas tampak jelas bahwa baik mendengarkan maupun membaca
merupakan kegiatan berbahasa yang bersifar reseptif. Perbedaannya hanya pada objek yang
menjadi focus perhatian awal yang menjadi stimulus. Pada mendengrakan focus perhatian
berupa suara, sedangkan pada membaca adalah tulisan. Kemudian baik penyimak maupun
pembaca melakukan aktivitas pengidentifikasian terhadap unsure-unsur bahasa yang berupa
suara maupun berupa tulisan, yang selanjutnya diikuti dengan proses decoding guna
memperoleh pesan yang berupa konsep, idea tau informasi.
Apabila ditinjau dari sudut pemetolehan bahasa atau belajar bhasa, aktivitas membaca
dapat membantu seseorang memperoleh kosakata yang berguna bagi pengembangan
kemampuan mendengar pada tahap berikutnya. Jadi, pengenalan terhadap kosakata baru pada
aktivitas membaca akan dapat meningkatkan kemampuan mendengarkan pada tahap
berikutnya melalui proses pengenalan kembal terhadap kosakata tersebut.
Sehubungan dengan pembelajaran bahasa, Tarigan (1994;4-5) menyatakan bahwa
mendengarkan pun merupakan faktir penting dakan belajar bahasa secara aktif. Pertunjuk-
petunjuk mengenai stretegi membaca secara efektif. Petunjuk-petunjuk mengenai strategi
membaca sering disampaikan guru di kelas dengan menggunakan bahasa lisan. Untuk itu,
kemampuan murid dalam mendengarkab dengan pemahaman yang sangat penting.
Dari uarian di atas, kita dapat mengajukan hipotesis bahwa terdapat korelasi yang tinggi antara
kemampuan mendengar dan membaca pada kelas-kelas yang relative tunggi. Apabila terdapat
peningkatan pada kemampuan yang satu maka akan diikuti dengan peningkatan pad
kemampuan yang lain (Tarigan, 1994:5).
Dalam menulis, seseorang harus melalui tahap-tahap perencaan, penulisan, dan revisi.
Dalam melakukan perencanaan seringkali penulis melakukan aktivtas membaca yang ekstensif
dan intensif guna menelusiri informasi, konspe-konsep, atau gagasan-gagasan yang akan
dijadikan bagian dari bahan tulisannya. Kemudian, dalam proses penulisan si penulis sering
melakukan revisi-revisi dengan cara membaca, lalu menulis kembali secara berulang-ulang.