Anda di halaman 1dari 9

DIAGNOSA

KEPERAWATAN
SISTEM URINARIA
DIAGNOSA SISTEM URINARIA
1. D.0040 GANGGUAN ELIMINASI URIN
2. D.0042 INKONTINENSIA URIN BERLANJUT
3. D.0043 INKONTINENSIA URIN FUNGSIONAL
4. D.0044 INKONTINENSIA URIN BERLEBIH
5. D.0045 INKONTINENSIA URIN REFLEKS
6. D.0046 INKONTINENSIA URIN STRES
7. D.0047 INKONTINENSIA URIN URGENSI
8. D.0048 KESIAPAN PENINGKATAN ELIMINASI URIN
9. D.0050 RETENSI URIN
10. D.0051 RISIKO INKONTINENSIA URIN URGENSI
D.0040 GANGGUAN ELIMINASI URIN
 Tujuan

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka eliminasi urin membaik

 Kriteria Hasil

1. Sensasi berkemih meningkat


2. Desakan berkemih (urgensi) menurun
3. Distensi kandung kemih menurun
4. Berkemih tidak tuntas (hesistancy) menurun
5. Volume residu urin menurun
6. Urin menetes (dribbling) menurun
7. Nokturia menurun
8. Mengompol menurun
9. Enuresis menurun
intervensi keperawatan dalam standar intervensi keperawatan indonesia (siki), intervensi utama untuk diagnosis gangguan
eliminasi urin adalah:
1. Dukungan perawatan diri: BAB/BAK 2. Manajemen eliminasi urin 3. Pengontrolan infeksi

 Observasi  Observasi  Observasi

• Identifikasi kebiasaan BAB/BAK sesuai usia


• Identifikasi tanda dan gejala retensi atau inkontinensia • Identifikasi pasien-pasien yang mengalami penyakit infeksi
urin menular
• Monitor integritas kulit pasien • Identifikasi faktor yang menyebabkan retensi atau  Terapeutik
 Terapeutik inkontinensia urin
• Terapkan kewaspadaan universal (mis: cuci tangan aseptic,
• Monitor eliminasi urin (mis. frekuensi, konsistensi, gunakan alat pelindung diri seperti masker, sarung tangan,
• Buka pakaian yang diperlukan untuk aroma, volume, dan warna) pelindung wajah, pelindung mata, apron, sepatu bot sesuai
memudahkan eliminasi model transmisi mikroorganisme)
 Terapeutik
• Dukung penggunaan toilet/commode/pispot/urinal • Tempatkan pada ruang isolasi bertekanan positif untuk pasien
secara konsisten • Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih
yang mengalami penurunan imunitas
• Batasi asupan cairan, jika perlu
• Jaga privasi selama eliminasi • Tempatkan pada ruang isolasi bertekanan negatif untuk pasien
• Ambil sampel urin tengah (midstream) atau kultur dengan resiko penyebaran infeksi via droplet atau udara
• Ganti pakaian pasien setelah eliminasi, jika perlu
 Edukasi • Sterilisasi dan desinfeksi alat-alat, furniture, lantai, sesuai
• Bersihkan alat bantu BAK/BAB setelah kebutuhan
digunakan
• Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran berkemih
• Ajarkan mengukur asupan cairan dan haluaran urin • Gunakan hepafilter pada area khusus (mis: kamar operasi)
• Latih BAK/BAB sesuai jadwal, jika perlu
• Ajarkan mengambil spesimen urin midstream • Berikan tanda khusus untuk pasien-pasien dengan penyakit
• Sediakan alat bantu (mis. kateter eksternal, menular
urinal), jika perlu • Ajarkan mengenali tanda berkemih dan waktu yang
tepat untuk berkemih  Edukasi
 Edukasi
• Ajarkan terapi modalitas penguatan otot-otot • Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
• Anjurkan BAK/BAB secara rutin panggul/berkemihan
• Ajarkan etika batuk dan/atau bersin
• Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada
• Anjurkan ke kamar mandi/toilet, jika perlu kontraindikasi
• Anjurkan mengurangi minum menjelang tidur
 Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian obat supositoria uretra, jika
D.0050 RETENSI URIN
Kateterisasi urin adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk memasukan selang kateter
urin ke dalam kandung kemih.
Tujuan : Tindakan yang dilakukan pada intervensi perawatan kateterisasi urin berdasarkan SIKI, antara lain:
 Observasi
Setelah dilakukan intervensi keperawatan
Periksa kondisi pasien (mis: kesadaran, tanda-tanda vital, daerah perineal, distensi kandung kemih,
selama 3 x 24 jam, maka eliminasi urin
inkontinensia urin, refleks berkemih)
membaik
 Terapeutik

1. Siapkan peralatan, bahan-bahan, dan ruangan Tindakan

2. Siapkan pasien: bebaskan pakaian bawah dan posisikan dorsal rekumben (untuk Wanita) dan supine
(untuk laki-laki)
Kriteria Hasil
3. Pasang sarung tangan
1. Sensasi berkemih meningkat
4. Bersihkan daerah perineal atau preposium dengan cairan NaCl atau aquades
2. Distensi kandung kemih menurun 5. Lakukan insersi kateter urin dengan menerapkan prinsip aseptic

6. Sambungkan kateter urin dengan urin bag

7. Isi balon dengan NaCl 0,9% sesuai anjuran pabrik

8. Fiksasi selang kateter diatas simpisis atau di paha

9. Pastikan urin bag ditempatkan lebih rendah dari kandung kemih

10. Berikan label waktu pemasangan

 Edukasi

1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemasangan kateter urin

2. Anjurkan menarik napas saat insersi selang kateter


REFERENSI

1. PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1
Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.

2. PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi
1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.

3. PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1
Cetakan II. Jakarta: PPNI.

Anda mungkin juga menyukai