Anda di halaman 1dari 27

08

MUSABAB YANG
SALING BERGANTUNG
TERJERAT SEPERTI BOLA KAPAS

Buddha kepada Ananda:

"Karena ketidakmampuan mereka untuk memahami


Musabab Yang Saling Bergantung, maka orang terjerat
seperti sebuah bola kapas dan tidak dapat melihat
kebenaran, selalu diliputi penderitaan, terlahir dalam
kondisi yang sedih dan suram, di mana ada
kebingungan dan penderitaan berkepanjangan. Dan,
mereka tidak tahu bagaimana melepaskan diri mereka
sendiri untuk keluar."
PATICCA SAMUPPADA

Paticca = "disebabkan oleh" atau "bergantung pada"


Samuppada = "kemunculan atau musabab"
Paticca Samuppada = Musabab Yang Saling Bergantung

Paticca Samuppada adalah doktrin tentang proses


kelahiran dan akhir penderitaan.
Paticca Samuppada bukan teori tentang asal mula
kehidupan.
PATICCA SAMUPPADA

Hukum ini menekankan suatu prinsip penting bahwa


semua fenomena di alam semesta ini merupakan
keadaan relatif yang terkondisi dan tidak bisa
muncul dengan sendirinya tanpa kondisi-kondisi yang
mendukungnya.

Kesepadanan Ajaran Buddha dengan


Teori Relativitas Einstein
PATICCA SAMUPPADA

adanya ini, adalah itu.


Dengan tidak adanyDengan a ini, maka tidak
adalah itu.

Imasmin sati, idam hoti;


Imasmin asati, idam na hoti.
1. Ketidaktahuan (avijja)
2. Tindakan berkehendak (sankhara)
3. Kesadaran (vinnana)
4. Batin-jasmani (nama-rupa)
5. Enam landasan indra (salayatana)
6. Kontak (phassa)
7. Perasaan (vedana)
8. Nafsu keinginan (tanha)
9. Kemelekatan (upadana)
10. Proses dumadi (bhava)
11. Kelahiran (jati)
12. Penuaan-kematian (jara-marana)
PATICCA SAMUPPADA

Bergantung pada ketidaktahuan (avijja), muncul tindakan berkehendak (sankhara).

Bergantung pada tindakan berkehendak, muncul kesadaran (vinnana).

Bergantung pada kesadaran, muncul batin-jasmani (nama-rupa).

Bergantung pada batin-jasmani, muncul enam landasan indra (salayatana).

Bergantung pada enam landasan indra, muncul kontak (phassa).

Bergantung pada kontak, muncul perasaan (vedana).

Bergantung pada perasaan, muncul nafsu keinginan (tanha).

Bergantung pada nafsu keinginan, muncul kemelekatan (upadana).

Bergantung pada kemelekatan, muncul proses dumadi (bhava).

Bergantung pada proses dumadi, muncul kelahiran (jati).

Bergantung pada kelahiran, muncul penuaan dan kematian (jara-marana).


PENGHENTIAN (Nirodha)

Pengakhiran ketidaktahuan menuntun pada berhentinya tindakan berkehendak.

Berhentinya tindakan berkehendak menyebabkan berhentinya kesadaran.

Berhentinya kesadaran menimbulkan berhentinya batin-jasmani.

Berhentinya batin-jasmani menyebabkan berhentinya enam landasan indra.

Berhentinya landasan indra menyebabkan berhentinya kontak.

Berhentinya kontak menyebabkan berhentinya perasaan.

Berhentinya perasaan menyebabkan berhentinya nafsu keinginan.

Berhentinya nafsu keinginan menyebabkan berhentinya kemelekatan.

Berhentinya kemelekatan menyebabkan berakhirnya proses dumadi.

Berhentinya proses dumadi mengakhiri kelahiran.

Berhentinya kelahiran menyebabkan berhentinya penuaan dan kematian.


AKAR KETIDAKTAHUAN

Babi = Moha (kekelirutahuan; sumber segala kilesa)


Ayam = Lobha (ketamakan; ekstrem suka)
Ular = Dosa (kebencian; ekstrem tidak suka)
1. Ketidaktahuan (avijja)

Avijja = Moha (kekelirutahuan, kegelapan batin).

Akar utama segala kejahatan dan penderitaan dunia.

Tidak melihat sesuatu sebagaimana adanya.

Melihat kehidupan sbg: permanen, menyenangkan, berinti diri.

Karena avijja, makhluk hidup terjerat dalam samsara.


2. Tindakan berkehendak (sankhara)

Tindakan berkehendak = pembentukan karma

Pikiran (Mano), Ucapan (Vaci), Tubuh (Kaya).

Moral (Kusala), Amoral (Akusala), Tak Tergoyahkan (Anenja).


3. Kesadaran (vinnana)

= kesadaran penyambung (Patisandhi Vinnana)

Patisandhi Vinnana membawa seluruh data,


pengalaman, ciri khas, kecenderungan ke dalam
kehidupan yang baru.
4. Batin-jasmani (nama-rupa)

Manifestasi nama-rupa terjadi di alam indra


(kamma-loka) & alam bentuk (rupa-loka).
Dalam alam tanpa-bentuk (arupa-loka), hanya ada
pikiran (nama).
Dalam alam tanpa-pikiran (asanna-satta), hanya ada
bentuk (rupa).
5. Enam landasan indra (salayatana)

Landasan mata (cakkhayatana)


Landasan telinga (sotayatana)
Landasan hidung (ghanayatana)
Landasan lidah (jivhayatana)
Landasan tubuh (kayayatana)
Landasan pikiran (manayatana)

Selama periode pembentukan embrio manusia, landasan


indra sudah terlibat aktif dalam aktivitas mental dan fisik,
sekalipun pada derap yang berlainan.
6. Kontak (phassa)

Kontak = pertemuan antara:


(1) landasan indra
(mata, telinga, hidung, lidah, tubuh, pikiran);
(2) objek indra
(bentuk, suara, bebauan, rasa, sentuhan, dan gagasan);
(3) kesadaran
(melihat, mendengar, mencium, mengecap,
menyentuh, aktivitas pikiran).
7. Perasaan (vedana)

5 jenis perasaan:
1. Menyenangkan secara fisik (kayika sukha-vedana)
2. Tidak menyenangkan secara fisik (kayika dukkha-vedana)
3. Menyenangkan secara mental (cetasika sukha-vedana)
4. Tidak menyenangkan secara mental (cetasika dukkha-vedana)
5. Netral (adukkha-m-asukha-vedana)

Kebahagiaan Nibbana tidak termasuk perasaan di atas.


8. Nafsu keinginan (tanha)

3 jenis nafsu keinginan:


1. Nafsu keinginan terhadap kenikmatan indrawi (Kamatanha)
2. Nafsu keinginan terhadap kehidupan abadi (Bhavatanha)
3. Nafsu keinginan terhadap musnahnya kehidupan
(Vibhavatanha)
9. Kemelekatan (upadana)

4 jenis kemelekatan:
1. Kemelekatan indrawi (kamupadana)
2. Kemelekatan terhadap pandangan (ditthupadana)
3. Kemelekatan terhadap ritual & upacara yang salah (silabatupadana)
4. Kemelekatan terhadap kepercayaan adanya aku (attavadupadana)
10. Proses dumadi (bhava)

2 aspek keberadaan:

1. Kamma-bhava
(karma penghasil kelahiran);
aspek aktif keberadaan;
penyebab kelahiran kembali;
terkandung dalam tindakan berkehendak kusala/akusala.

2. Upapatti-bhava
(proses kelahiran kembali);
aspek pasif keberadaan;
terkandung dalam pengembangan karma yang sudah dihasilkan;
fenomena batin dan badan yang netral secara moral.
11. Kelahiran (jati)

Proses Kehamilan sampai Kelahiran.


12. Penuaan-kematian (jara-marana)

5 hal bisa muncul sebagai kondisi sekunder:


Kesengsaraan (soka), ratapan (parideva), sakit (dukkkha),
dukacita (domanassa), dan putus asa (upayasa).

Sekunder: tidak terjadi pada brahma, embrio, telur.


Penuaan & kematian: primer, pasti terjadi!
PERSPEKTIF 3 WAKTU (Kala)
1. avijja
Past
2. sankhara

3. vinnana
4. nama-rupa
5. salayatana
6. phassa
Present 7. vedana
8. tanha
9. upadana
10. bhava

11. jati
Future 12. jara-marana
PERSPEKTIF 3 LINGKARAN (Vatta)

1. Kilesa-vatta Avijja, Tanha, Upadana


HETU
(sebab) 2. Kamma-vattaSankhara, Bhava

PHALA 3. Vipaka-vatta Vinnana, Nama-Rupa,


(akibat) Salayatana, Phassa,
Vedana
Jati, Jara-Marana
PERSPEKTIF 2 AKAR (Mula)

1. Avijja-mula : 1–7

2. Tanha-mula : 8 – 12

Dengan memotong 2 akar:


Avijja / Tanha,
roda kelahiran-kematian
bisa diakhiri.
BERAKHIRNYA KELAHIRAN KEMBALI

Proses sebab-akibat ini berlanjut tanpa batas.

Awal proses ini tidak dapat ditentukan, karena tidak


mungkin mengatakan dari mana asalnya arus
kehidupan ini diliputi oleh ketidaktahuan.

Tetapi, ketika ketidaktahuan ini berubah menjadi


pengetahuan, dan arus kehidupan dialihkan menuju
Nirwana, maka proses kelahiran kembali akan
diakhiri.

Be Happy

Anda mungkin juga menyukai