Kelompok : 1 ( Satu )
PUNABBHAVA
1. Definisi Punabhava
Punarbhava dari bahasa pali terdiri dari 2 kata yang digabung yaitu Puna
artinya lagi, sedangkan Bhava artinya jadi atau menjadi. Jadi Punarbhava adalah
menjadi lagi. Dalam pengertian ini Punarbhava diartikan sebagai lahir kembali atau
Proses menjadi ada atau kelahiran kembali terjadi pada semua makhluk hidup
A. Punabbhava
perwujudan, kamma disini menunjukkan kehendak ( cetana ) pada kesadaran baik atau
tidak baik dimasa lampau. Pada saat kita meningal disebabkan oleh kamma
kemelekatan hidup.
Kehidupan lampau. Kehidupan baru
upada thiti bhaṅga upada thiti bhaṅga upada thiti bhaṅga upada thiti bhaṅga
(kammaja rupa)
( ahara rupa )
( ahara rupa )
B. Reinkarnasi
diproses dalam makhluk pertama, menjadi roh pertama setelah makhluk pertama
mati. Roh adalah unsur kesadaran yang masih mengandung unsur materi berupa
Hal ini dapat dibayangkan sebagai pemain sandiwara. Pertama dia naik
Setelah main kostum pelayannya dilepas, jadi pelayan itu sudah tidak ada. Babak
berikutnya dia naik panggung sebagai raja, dia berprilaku sebagai raja. Setelah
main , kostum rajanya dilepas, raja sudah tidak ada, tetapi pemain tetap ada ,
Referensi
J. Kaharudin, Pandit. Kamma dan Punabbhava. Departemen Agama R.I Proyek peningkatan
Bhikkhu Nārada. Sang Buddha dan Ajaran – ajarannya. Yasasan Dhammadipa Arama.
Corneles Wowor, MA. Buku Pelajaran Agama Buddha Sekolah Menengah Tinggkat Atas
10 Desember 2003.
Nama : Agus Suupriyadi
Kelompok : 1 ( Satu )
3. Paṭisandhi
a. Jalabuja-yoni adalah Mahkluk yang lahir dari kandungan seperti : manusia, kuda,
b. Andaja-yoni adalah Mahkluk yang lahir dari telur seperti burung, ayam bebek, dan
lain-lain.
c. Sansedaja-yoni adalahh Mahkluk yang lahir dari kelembaban seperti nyamuk, ikan dan
lain-lain.
d. Opāpātika- yoni adalahh Mahkluk yang lahir secara sepontan, langsung membesar
ke dalam jasmani yang baru. Yang terjadi dalam proses kelahiran kembali adalah adanya
proses berkesinambungan dari kesadaran (citta) pada kehidupan lampau dengan kesadaran
(citta) kehidupan baru yang merupakan suatu aksi-reaksi.oleh karena itu proses kelahiran
kembali sangatlah berhubungan dengan proses kematian itu sendiri. Dan kedua proses yang
Guru Buddha menjelaskan dalam Satta Sutta; Radha Samyutta; Samyutta Nikaya 23.2 {S
3.189} bahwa makluk hidup pada umumnya dan manusia pada khususnya merupakan
perpaduan dari lima kelompok (Panca Khandha), yang kelimanya dikelompokan menjadi dua
bagian. Pertama yaitu jasmani atau fisik dan yang kedua adalah batin. Baik fisik maupun batin
ini tidak terlepas dari hukum perubahan, suatu saat muncul dan saat kemudian mengalami
kematian. Batin sendiri terdiri dari perasaan, pencerapan, bentuk-bentuk pikiran, dan
kesadaran. Unsur-unsur batin ini disebut dalam bahasa Pali sebagai citta. Citta juga sering
kematian.
Pada saat seseorang mangalami kematian, jasmani tidak lagi bisa berfungsi untuk mendukung
meneruskan kesan apapun yang tertanam pada citta/kesadaran penerus yang tidak lain
merupakan citta/kesadaran pada kehidupan yang baru. Penerus kesadaran (Patisandhi) terjadi
yang bernama Kesadaran Ajal (Cuti Citta). Ketika Kesadaran Ajal mengalami kematian juga,
maka orang tersebut dikatakan sudah meninggal. Tetapi pada saat yang bersamaan pula (tanpa
selang/jeda waktu) citta/kesadaran kehidupan baru muncul. Dan saat itulan seseorang telah
dilahirkan kembali, sudah berada dalam kandungan dengan jasmani yang baru berupa janin.
Perumpamaan Lilin
Proses kelahiran kembali dimana tidak adanya peristiwa perpindahan roh/jiwa dapat
diperumpamakan seperti sebuah api lilin. Ketika kita melihat sebuah api yang menyala pada
sebuah lilin nampak apinya sama saja walaupun satu jam telah berlalu. Tidak tampak adanya
api dari lilin lain yang menggantikannya. Yang jelas tampak oleh kita adalah memendekan
ukuran lilin tersebut. Tetapi apakah ini berarti api yang menyala tersebut merupakan api yang
sama dengan api yang kita lihat satu jam yang lalu? Jawabannya adalah tidak sama.
Jika kita pehatikan secara seksama, api pada lilin tidak akan hidup tanpa adanya unsur-unsur
pendukung seperti batang lilin, sumbu, dan udara (oksigen). Api yang menyala tersebut
ternyata merupakan api yang berbeda karena tiap saat disokong oleh bagian dari batang lilin,
sumbu dan molekul-molekul udara yang berbeda. Meskipun disokong oleh unsur-unsur yang
berbeda, tetapi api tersebut tetap menyalatanpa perlu padam kemudian menyala lagi. Dengan
Api disini tidak lain adalah kesadaran, batang lilin dan sumbu adalah jasmani, dan udara
ada makhluk yang siap terlahir (kembali), dalam hal ini tidak ada pembuahan dalam
kandungan; ada pertemuan ayah dan ibu , ibu dalam keadaan masa subur, tetapi tidak ada
makhluk yang siap untuk terlahir (kembali), dalam hal ini tidak ada pembuahan dalam
kandungan; tetapi ada pertemuan ayah dan ibu, ibu dalam keadaan masa subur dan ada
makhluk yang siap terlahir (kembali), maka terjadi pembuahan karena pertemanan tiga hal
itu.”
Jadi ada tiga kondisi yang harus dipenuhi sehingga terjadi suatu kelahiran, khususnya pada
kelahiran manusia, yaitu: adanya sepasang (calon) orang tua yang subur, adanya hubungan
seksual dari sepasang (calon) orang tua, dan adanya makhluk yang siap untuk terlahir
(Gandhabba). Istilah ‘gandhabba’ berarti ‘datang dari tempat lain’, mengacu pada suatu arus
Ketika jasmani mati, ‘batin bergerak ke atas’ (uddhamgami) dan mengembangkan diri lagi
pada sel telur (calon) ibu yang baru saja dibuahi. Janin tumbuh, lahir dan berkembang sebagai
pribadi baru, dengan diprasyarati, baik oleh karakteristik batin yang terbawa (dari kehidupan
lampau) juga oleh lingkungan barunya. Kepribadiannya akan berubah dan bermodifikasi oleh
usaha kesadaran, pendidikan, pengaruh orang tua dan lingkungan sosial. Watak menyukai
atau tidak menyukai, bakat kemampuan dan sebagainya, yang dikenal sebagai “sifat bawaan”
dari setiap individu sebenarnya adalah tertawa dari kehidupan sebelumnya. Dengan kata lain,
watak serta apa yang dialami pada kehidupan kita saat sekarang, pada tingkat-tingkat tertentu
adalah hasil (vipaka) dari perbuatan (kamma) kehidupan lampau. Perbuatan–perbuatan kita
selama hidup, demikian pula, akan menentukan di alam kehidupan mana kita akan dilahirkan.
Menurut Abhidhammatthasangaha Sang Buddha menjelaskan bahwa ovum dan sperma tidak
sama dengan 3 deka kalapa (calon bayi). Rupa yang dihasilkan kamma.
Adapun prosesnya, yaitu:
Didalam kitab komentar menurut Vibbhavinitika, ada perbedaan dalam proses pembuahan,
yaitu:
Minggu pertama sampai minggu kelima sama, yang membuat beda dari minggu ketujuh:
cakkhu, minggu kedelapan: sota, minggu kesembilan: Ghana, minggu kesepuluh: jivha.
Keterangan:
Minggu pertama berbentuk kalala yang awalnya cairan maka pada minggu kedua menjadi
seperti busa, minggu ketiga berbentuk seperti gumpalan, minggu keempat merupakan rupa
yang sudah solit, minggu kelima dikatakan muncul benjolan dikepala yaitu dua tangan dan
dua kaki, minggu kesebelas muncul mata, telinga, hidung dan lidah dan minggu ke empat
2. Hukum penjadian
3. Hukum kesinambungan
4. Hukum karma