Anda di halaman 1dari 8

Agama buddha

Topik 9

10/12/2020

9.1 Pengertian dan Rumusan


Paticca samuppada (bahasa Pali: paticcasamuppāda; bahasa Sanskerta: प्रतीत्यसमु त्पाद
(pratītyasamutpāda); Hanyu: 緣起) berarti Hukum Sebab-Musabab yang saling bergantungan
merupakan salah satu ajaran terpenting dalam agama Buddha.

Ajaran ini menyatakan adanya sebab-musabab yang terjadi dalam kehidupan semua mahluk,
khususnya manusia. Dengan menganalisis dan merenungkan Paticca Samuppada
inilah, Siddhartha Gautama (yang pada saat itu masih menjadi Petapa) akhirnya mencapai
Penerangan Sempurna menjadi Buddha.[1]

Ia yang melihat Paticcasamuppada, juga melihat Dhamma. Ia yang melihat Dhamma, juga
melihat Paticcasamuppada.
“ ”
Yo paticcasamuppadam passati, so Dhammam passati. Yo Dhammam passati, so
paticcasamuppadam pasati.

— Maha-hatthipadopama Sutta: Majjhima Nikaya 28

Pemahaman akan Paticcasamuppada yang sederhana adalah:

Dengan adanya ini, maka terjadilah itu.


Dengan timbulnya ini, maka timbullah itu.
Dengan tidak adanya ini, maka tidak adalah
itu.
“ Dengan terhentinya ini, maka terhentilah itu.
Imasmiṃ sati, idaṃ hoti.
Imass’ uppādā, idaṃ uppajjati.
Imasmiṃ asati, idaṃ na hoti.
Imassa nirodhā, idhaṃ nirujjhati.

9.2 Penggolongan Nidana


12 (dua belas) Sebab-musabab (Nidana) yang ada dalam setiap mahluk, khususnya manusia
dapat dikategorikan sebagai berikut:

Kehidupan Kehidupan Kehidupan


lampau sekarang yang akan
datang
Ketidaktahua Kesadaran
n / kebodohan Kelahiran
Batin dan kembali
Bentuk- Jasmani
bentuk Kelapukan,
perbuatan / Enam indra kematian,
Kamma Kesan-kesan sakit

Perasaan

Keinginan /
kehausan

Kemelekatan

Proses
tumimbal
lahir

“..... Demikianlah penyebab dari seluruh kesusahan dan penderitaan.”

— Paticca-samuppada-vibhanga Sutta; Samyutta Nikaya 12.2 (S 2.1)

9.3 Dua Belas Rantai Nidana


hanya point utama yaitu dua belas mata rantai hukum paticcasamuppada.

memulai uraiannya  dari gambar yang ditengah tengah giagram paticcasamuppada berupa
gambar seekor ayam, seekor ular dan seekor babi. Ketiga hewan tersebut melambangkan sifat
dasar dari setiap manusia yaitu lobha, dosa dan moha.

Babi melambangkan sifat moha atau kebodohan batin kita. Ayam melambangkan sifat lobha
atau keserakahan kita dan ular melambangkan sifat dosa atau kebencian, kemarahan, atau
sifat penolakan kita.

Itulah sifat dasar kita yang menyebabkan kita terus menerus menderita dalam kehidupan yang
berulang ulang.

Moha atau kebodohan batin adalah ketidakmampuan kita untuk membedakan mana yang baik
mana yang buruk, mana yang benar dan mana yang salah. Moha membuat batin kita gelap
atau bisa disebut juga Avijja (kegelapan batin).

Anda dapat melihat pada diagram hukum Paticcasamuppada disebelah kanan agak keatas dari
lingkaran ayam, ular dan babi tersebut tulisan Avijja. Kegelapan batin inilah yang membuat
sebab penderitaan kita.

Dibawah ini saya berikan gambar gambar 12 mata rantai dari hukum Paticcasamuppada yang
mungkin bisa dapat menolong anda untuk lebih memahami. Dimulai dari rantai pertama yaitu
avijja.

AVIJJA digambarkan sebagai orang buta yang memegang tongkat dengan resiko masuk
jurang.

Avijja akan mengakibatkan kita akan berbuat berbagai bentuk perbuatan baik atau buruk.
Avijja akan mengakibatkan sankhara atau diartikan sebagai bentuk bentuk perbuatan,

SANKHARA digambarkan seperti pembuat periuk yang terus membuat periuk apapun


hasilnya.

Sankhara, bentuk bentuk perbuatan (karma) yang dilakukan terus menerus akan menjadi
sebab yang baru. Karena masih membuat karma karma baru maka setelah meninggal akan
dilahirkan kembali. Fisiknya musnah namun akan ada kesadaran yang menyambung. Jadi
Sankhara mengakibatkan munculnya kesadaran atau patisandhi vinnana.

PATISANDHI  VINNANA digambakan seperti seekor kera yang meloncat ke pohon lain


yang masih banyak buahnya dari pohon yang sudah kehabisan buah.

 
Demikian seterusnya akan muncul sebab satu yang akan mengakibatkan hal lain. Gambar
mata rantai yang lain saya lanjutkan dibawah. Untuk penjelasannya silakan anda
mendengarkan secara langsung uraian Bhante Sri Pannavaro tentang hukum
Paticcasamuppada atau hukum sebab akibat yang saling bergantungan. File audio nya bisa
anda dengarkan dengan mengklik tombol play yang saya posting diatas dan dibawah setelah
gambar gambar ilustrasi di bagian bawah postingan ini. Anda juga bisa mendownloadnya
dengan menggunakan username dan password yang sudah  diberikan kepada semua anggota
ceramahdhamma.com

NAMA dan RUPA, Batin dan jasmani. Karena ada kesadaran untuk lahir kembali maka
mengakibatkan munculnya nama rupa yng digambarkan seperti sepasang manusia pria dan
wanita.

Karena ada batin dan jasmani maka akan mengakibatkan adanya Salayatana atau enam
landasan indria kita berupa mata, hidung, telinga, kulit, lidah dan pikiran.

SALAYANATA, enam landasan indria digambarkan seperti rumah yang mempunyai lima


jendela dan satu pintu.

Karena adanya lima panca indra serta pikiran maka memungkinkan terjadinya kontak dengan
segala sesuatu di sekeliling kita.

PHASSA (KONTAK) digambarkan seperti seorang wanita yang sedang menelepon dan


sepasang kekasih yang sedang berpacaran.

Karena adanya kontak maka menimbulkan vedana atau perasaan. Bisa perasaan senang, tidak
senang dan netral.

VEDANA atau perasaan digambarkan seperti seorang yang matanya tertusuk anak panah,
karena perasaan sungguh akan membutakan kita.

Karena adanya perasaan senang, tidak senang maka akan menimbulkan tanha atau keinginan
yang terus menerus untuk mendapatkan perasaan tersebut.

TANHA atau keinginan yang terus menerus tersebut digambarkan seperti seorang wanita
yang sedang makan.

Karena adanya keinginan yang terus menerus maka akan menimbulkan kemelekatan atau
Upadana.

UPADANA atau kemelekatan digambarkan seperti orang yang tidak pernah berhenti


mengambil buah yang ada di pohon walaupun keranjangnya sudah penuh dengan buah
bahkan sudah luber dan berserakan.
 

Kemelekatan akan menimbulkan terjadi nya pertumbuhan yang akan terus menerus atau
bhava.

BHAVA atau terus bertumbuh digambarkan sebagai sepasang suami istri yang melekat satu
sama lain.

Bhava yang disebabkan karena adanya kemelekatan akan menimbulkan terjadinya kelahiran
atau jati.

JATI atau kelahiran digambarkan sebagai ibu yang sedang melahirkan.

Dengan adanya kelahiran maka sudah dapat dipastikan akan menimbulkan sakit, tua dan
kematian kembali atau Jara Marana.

JARA MARANA atau tua, sakit dan mati digambarkan sebagai berikut.

semoga anda mendapatkan tambahan kebijaksanaan dari uraian mengenai hukum


Paticcasamuppada ini. Semoga anda semua berbahagia. Sadhu Sadhu Sadhu.

9.4 Rangkaian Akhir Penderitaan


Berakhirnya kebodohan secara mutlak mengakibatkan berhentinya seluruh kegiatan
kehendak.

Berakhirnya seluruh kegiatan kehendak mengakibatkan berhentinya kesadaran tumimbal


lahir.

Berakhirnya kesadaran tumimbal lahir mengakibatkan berhentinya batin dan jasmani.

Berakhirnya batin dan jasmani mengakibatkan berhentinya enam landasan indria.

Berakhirnya enam landasan indria mengakibatkan berhentinya kontak.

Berakhirnya kontak mengakibatkan berhentinya perasaan.

Berakhirnya perasaan mengakibatkan berhentinya keinginan.

Berakhirnya nafsu keinginan mengakibatkan berhentinya nafsu kemelekatan.

Berakhirnya nafsu kemelekatan mengakibatkan berhentinya kamma.

Berakhirnya kamma mengakibatkan berhentinya kelahiran.

Berakhirnya kelahiran mengakibatkan berhentinya usia tua, kematian, kesedihan, keluh


kesah, kesakitan, kesedihan dan ratap tangis.

Berakhirnya usia tua, kematian, kesedihan, keluh kesah, kesakitan, kesedihan dan ratap tangis
maka berakhirlah tumimbal lahir.

 9.5 Aganna Sutta


Agganna Sutta, dikatakan: "manusia pertama di bumi ini banyak, mulai dari
makhluk Abhassara Bhumi yang mati. Kemudian lahir di bumi melayang-layang dengan
tubuh bercahaya, bumi sedang berproses. Ketika bumi sedang berproses, makhluk ini timbul
sifat lobha, memakan sari tanah". Di dalam Agganna Sutta itu juga dijelaskan, dengan
meningkatnya tanha dari makhluk-makhluk yang bercahaya tersebut, maka menimbulkan
tingkat kelebihan dari konsumsi. Sebagai ilustrasi: dengan meningkatnya lobha, pohon-pohon
padi yang biasanya tidak perlu dipanen karena padi datang bergulir sendiri, sehingga orang
pada saat itu tidak menanam padi untuk diambil, tetapi padi itu "jalan" sendiri, sudah masak
sendiri. Tetapi karena sifat lobha tadi, makhluk-makhluk itu menyimpan dan mengambil
lebih banyak; karena mengambil lebih banyak artinya pohon ini menjadi lebih sedikit
sehingga pohon padi harus ditanam. Orang tersebut harus datang ke sawah untuk memelihara
dan mengambil padi tersebut. Dengan meningkatnya keserakahan orang tersebut, maka
pohon padi terkondisikan untuk dibudidayakan dan seterusnya sampai terbentuknya sistem-
sistem di masyarakat. Masyarakat kemudian dikelompokkan berdasarkan pekerjaan. Ada
yang sebagai brahmana, satria, dan sebagainya. Pada akhirnya pengelompokkan masyarakat
berdasarkan jenis pekerjaan itu dianggap oleh orang sekarang seolah-olah seperti kasta.
Awalnya itu cerita dari meningkatnya lobha/tanha. Jika itu dihubungkan, ada satu aplikasi
dari Paticcasamuppada yang bergulir pada kehidupan sosial hingga berpengaruh terhadap
lingkungan.

Enam indria ( salayatana  ) merupakan akibat yang pasti dari batin dan jasmani

Select one:
True

False

Jati juga disebut kelahiran

Select one:
True

False

Berakhirnya kontak mengakibatkan berhentinya perasaan.

Select one:
True
False
Berakhirnya nafsu keinginan mengakibatkan berhentinya ....

Select one:
a. kesadaran
b. kemelekatan

c. perasaan
Dengan adanya kontak maka timbul kemelekatan

Select one:
True

False

Anda mungkin juga menyukai