Metodologi penelitian ini melibatkan penggunaan data laporan keuangan tahun 2018 sebagai
populasi, dengan sampel yang terdiri dari laporan kegiatan produksi dan laporan laba rugi pada
tahun yang sama. Data ini kemudian diolah dengan menghitung harga pokok produksi
menggunakan kedua metode, yaitu full costing dan variable costing. Selanjutnya, analisis data
dilakukan dengan pendekatan deskriptif kuantitatif, yang bertujuan untuk menjelaskan perbedaan
dalam perhitungan harga pokok produksi antara kedua metode ini. Hasil analisis data akan menjadi
dasar untuk menentukan metode yang paling efektif dan efisien dalam menentukan harga pokok
produksi perusahaan.
HASIL PENGUJIAN
Hasil pengujian penelitian ini mengungkap perbandingan harga pokok produksi air oleh PDAM Tirta
Jeneberang Kabupaten Gowa pada tahun 2018 menggunakan metode full costing dan variable
costing. Data produksi air selama tahun 2018 dari berbagai instalasi pengelolaan air dicatat, dan
total produksi air selama tahun tersebut adalah sebanyak 11.509.964 m³.
Untuk perhitungan harga pokok produksi, data biaya produksi termasuk biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik (baik tetap maupun variabel) diidentifikasi dan
dihitung. Dalam metode full costing, seluruh unsur biaya produksi termasuk overhead pabrik (baik
tetap maupun variabel) dimasukkan ke dalam perhitungan. Hasil perhitungan ini menghasilkan
harga pokok produksi sebesar Rp 1.237/m³.
Sementara dalam metode variable costing, hanya biaya produksi yang berperilaku variabel yang
dimasukkan dalam perhitungan. Hasil perhitungan dengan metode ini menghasilkan harga pokok
produksi yang lebih rendah, yaitu sebesar Rp 1.005/m³.
Perbandingan antara kedua metode ini menunjukkan selisih harga pokok produksi
sebesar Rp 232/m³. Perbedaan ini terjadi karena metode full costing membebankan
seluruh biaya overhead pabrik (tetap dan variabel) sebagai biaya produksi, sementara
metode variable costing hanya memperhitungkan biaya overhead pabrik yang bersifat
variabel.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa metode variable costing menghasilkan
harga pokok produksi yang lebih rendah dibandingkan dengan metode full costing.
Perusahaan perlu mempertimbangkan metode yang tepat dalam menentukan harga
pokok produksi agar pembebanan biaya overhead pabrik menjadi lebih akurat.
Keterbatasan data yang ditemui dalam penelitian ini mengindikasikan perlunya
perusahaan untuk menyediakan data yang lebih terperinci dalam laporan keuangan
mereka.
Hasil analisis data ini menunjukkan
bahwa perhitungan harga pokok
INTERPRETASI produksi variabel costing lebih rendah
PENGUJIAN
harga pokok produksi dengan
menggunakan metode full costing.
Analisis ini mendukung
hipotesis penelitian yang
diajukan.
a. Perhitungan harga pokok produksi Metode Full Costing PDAM Tirta
Jeneberang Kab. Gowa tahun 2018
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa total biaya produksi PDAM Tirta
jeneberang Kab. Gowa selama tahun 2018 yaitu sebesar Rp. 11.564.390.845 dan harga
pokok produksi per kubit (m3), yaitu sebesar Rp 1.005
C. Perbandingan Harga Pokok Produksi Menurut Metode Full Costing dan
Variable Costing pada PDAM Tirta Jeneberang Kab. Gowa
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa selisih harga pokok produksi air bersih
adalah sebesar Rp 232 m3. Perhitungan harga pokok produksi dengan metode yang full
costing dan metode variable costing memiliki perbedaan.
KESIMPULAN
Perbedaan perhitungan harga pokok produksi antara metode full
costing dengan metode variable costing menghasilkan nilai harga
pokok yang berbeda. Berdasarkan hasil data yang dilakukan,
diperoleh bahwa perhitungan hargapokok
produksi pada
perusahaan daerah air minum tirta jeneberang kabupaten gowa
tahun 2018 menggunakan metode full costing menghasilkan harga
pokok yaitu sebesar Rp 1.237/m3, sedangkan perhitungan harga
pokok produksi menggunakan metode variable costing didapatkan
harga pokok produksiyang lebih rendah dibandingkan metode full
costing yaitu sebesar Rp 1.005/m3.
Perhitungan kedua metode tersebut terdapat selisi sebesar Rp
232/m3. Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, maka
diperoleh hasil bahwa harga pokok produksi yang dihitung
menggunakan metode full costing lebih tinggi ibandingkan dengan
harga pokok yang dihitung dengan menggunakan variable costing.
Terdapat perbedaan perhitungan harga pokok produksi menurut
metode full costing dengan metode variabel costing, hal ini terjadi
karena adanya perbedaan pembebanan biaya sejak awal. Metode full
costing akan membebankan semua BOP/ (biaya overhead pabrik)
baik yang bersifat tetap maupun yang bersifat variable
(membebankan seluruh biaya produksi terkait biaya overhead pabrik
tetap maupun bersifat variable). Sedangkan Metode variable costing
tidak memperhitungkan BOP tetap sebagai biaya produksi, hanya
membebankan biaya overhead pabrik yang sifatnya variable saja. Hal
ini disebabkan karena adanya perbedaan penggolongan dan
pengumpulan biaya-biaya yang diajukan oleh perusahaan.
SARA
N
1. Penilaian metode yang paling
tepat. 2. Penggunaan data yang
konsisten.
3.Analisis terhadap perbedaan hasil.
4.Kegunaan informasi.
5.Komunikasi dengan pihak terkait.
IMPLIKASI
Perusahaan sebaiknya mengevaluasi metode yang tepat
digunakan dalam proses produksi sehingga dalam
pembebanan harga pokok produksi terkhusus pada biaya
overhead pabrik semakin rill. Pemilihan metode full
costing atau variable costing pada PDAM Tirta
Jeneberang harus dipertimbangkan dengan
cermat, dengan:
memperhatikan pelaporan keuangan, analisis
pengambilan biaya, keputusan, transparansi,
keuangan. peraturan
TERIM
KASI
A
MAGISTER MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UPI
Y.A.I
H
2023