Anda di halaman 1dari 8

AKUNTANSI BIAYA:

“PENERAPAN SISTEM DALAM SIKLUS AKUNTANSI


BIAYA”

DISUSUN
OLEH:

ESTIVANIA NAPITUPULU
ANDREW ENRYCO PANELEWEN
EVANGLIN LOMBOK
JENNIFER ERICHA DAREDAS
RONALDO C. MAMESAH
GRACETA KAREN LIANDO
RENSI ARGONI

DOSEN PENGAJAR:
WENNY A. GINTING, SE.,MSI

3A D4-AKUNTANSI KEUANGAN
POLITEKNIK NEGERI MANADO
Tujuan pembelajaran:

1. Ketepatan menjelaskan tentang sistem dan siklus akuntansi biaya.


2. Ketepatan menentukan Perbedaan dan Persamaan Sistem Akuntansi
dengan Metode Pesanan dan Proses.

Summary:

Pengertian

Siklus akuntansi biaya merupakan sebuah proses pencatatan secara


mendetail dari awal hingga akhir yang bertujuan untuk mendapatkan biaya
keseluruhan secara lengkap. Setiap jenis bisnis tentunya memiliki siklus
akuntansi yang berbeda. Siklus berawal dari penentuan harga bahan pokok
produksi. Dalam hal ini, harus dapat menghitung biaya bahan baku utama dan
ditambah dengan biaya pembelian bahan yang dibutuhkan pada proses produksi.

Proses berikutnya adalah perhitungan biaya yang perusahaan keluarkan


untuk tenaga kerja langsung. Setelah perhitungan biaya tersebut selesai,
selanjutnya perusahaan akan melakukan perhitungan biaya overhead pabrik
selama produksi berlangsung. Tahap akhir, perusahaan akan menghitung harga
jual produk atau jasa. Untuk melakukan perhitungan harga, perlu mengunduh
perhitungan skema harga dengan software ERP dari HashMicro. 

Tujuan Akuntansi Biaya


Apa saja tujuan dari akuntansi biaya? Salah satu tujuan pokok dari
akuntansi biaya adalah penentuan biaya produk atau harga pokok
produksi (HPP). Fungsi akuntansi biaya lain seperti pencatatan,
penganalisaan, dan pelaporan bergantung pada fungsi penentuan biaya
ini. 
Menentukan berapa harga produk di pasaran terkait erat dengan berapa
estimasi laba yang diharapkan perusahaan. Laba didapat berdasarkan
selisih atas harga jual dengan harga pokok produksi. Ini harus dipikirkan
masak-masak karena mungkin saja barang justru tak laku atau kompetitif
ketika perusahaan menetapkan laba yang terlalu tinggi. 
Ada dua metode yang dipakai untuk menentukan biaya produksi, yaitu
metode full costing dan variable costing. Biaya produksi dengan
metode variable costing cenderung berubah seiring dengan perbedaan
volume produksi. 
Tujuan akuntansi biaya selanjutnya adalah agar manajemen dapat
mengawasi kegiatan perusahaan terutama pengendalian biaya. Dengan
akuntansi ini mereka dapat melihat biaya yang seharusnya dikeluarkan
(atau yang telah dianggarkan) untuk memproduksi sebuah produk atau
jasa dengan biaya yang sesungguhnya terealisasi. 
Akuntan akan sangat berperan di sini. Mereka yang akan melakukan
analisis terkait pengeluaran dan melaporkannya.
Tujuan akuntansi biaya lainnya adalah memberikan informasi yang
diperlukan untuk perencanaan dan pembuatan keputusan oleh
manajemen. 
Misalnya, karena berdasarkan akuntansi biaya ongkos produksi terlalu
tinggi, maka bisa saja di periode berikutnya manajemen menggunakan
bahan baku yang lebih murah atau melakukan efisiensi di pos-pos lainnya
tanpa mengurangi kualitas barang. 
Karena memang manfaatnya terutama dirasakan manajemen, akuntansi
biaya tidak diharuskan mematuhi standar yang ditetapkan untuk akuntansi
keuangan–yang memberikan informasi kepada pihak eksternal. Ia bisa
sangat fleksibel tergantung kebutuhan internal perusahaan. 
Maka, jika diringkas, tujuan dibuatkan akuntansi biaya adalah sebagai
berikut:
1. Untuk menentukan harga dan laba
2. Alat mengawasi biaya produksi
3. Dasar pengambilan keputusan
Siklus Akuntansi Biaya
Akuntansi biaya dibuat lewat sejumlah tahapan tertentu. Tahap-tahap ini
sangat dipengaruhi oleh usaha perusahaan itu sendiri. Jadi bisa saja
berbeda antara satu perusahaan dan perusahaan lain. 
Inti usaha sebuah perusahaan bisa dikelompokkan menjadi tiga bagian
besar. Manufaktur, dagang, dan jasa. Perusahaan manufaktur mengolah
bahan mentah menjadi barang setengah jadi dan barang jadi; perusahaan
dagang membeli lalu menjual kembali barang dengan harga lebih tinggi
tapi tanpa mengubah bentuknya; sementara perusahaan jasa, tentu tak
perlu dijelaskan lagi. 
Kita akan menggunakan contoh perusahaan manufaktur. Siklus akuntansi
biaya pada perusahaan ini menempel ke siklus pembuatan produk. 
Ketika siklus pembuatan produk berjalan, yaitu saat pembelian dan
penyimpanan bahan baku, siklus akuntansi biaya pun dimulai. Dalam
tahap ini siklus akuntansi biayanya adalah menentukan harga pokok
bahan baku yang dibeli. 
Saat siklus pembuatan produk memasuki tahap pengolahan bahan baku
menjadi produk jadi atau setengah jadi, maka siklus akuntansi biaya
mencakup estimasi biaya produksi. Biaya produksi ditentukan
berdasarkan harga pokok bahan baku yang dipakai (bukan yang dibeli
seperti pada tahap pertama), biaya tenaga kerja langsung, dan
biaya overhead pabrik. 
Ketika siklus produksi sudah sampai tahap akhir, yaitu penyimpanan
produk jadi atau setengah jadi di gudang, maka siklus akuntansi biaya pun
memasuki tahap final, yaitu penentuan harga pokok produksi. Harga
pokok produksi atau HPP adalah total biaya produksi itu sendiri. 
Contoh Akuntansi Biaya
Contoh akuntansi biaya paling sederhana mungkin adalah proses
menentukan biaya produksi. Menghitung biaya produksi adalah operasi
yang sangat sederhana. Ia hanya melibatkan penambahan unsur-unsur
biaya produksi. 
Ada dua pendekatan dalam menghitung biaya produksi, yang di atas telah
sedikit disinggung, yaitu full costing dan variable costing. Sementara
pendekatan full costing menghitung semua unsur baik biaya konstan dan
variabel, variable costing hanya menjumlah biaya-biaya variabel. Rumus
harga pokok full costing adalah sebagai berikut: 

Pada akuntansi biaya dengan metode variable


costing, biaya overhead pabrik tetap saja yang tidak dimasukkan. 
Untuk menentukan harga per unit, caraya tinggal menambah taksiran
biaya penuh dengan laba yang diinginkan, kemudian hasilnya dibagi
dengan volume produksi. 

Bagaimana dengan contoh akuntansi biaya sebagai dasar evaluasi atau


pengambilan kebijakan? Sebuah riset yang dipublikasikan di Journal of
Management (Vol. 7, No. 2, 2018), membeberkan kasus menarik tentang
ini. 
Dalam riset tersebut dijelaskan bahwa sebuah pabrik tahu di Kupang
memutuskan total biaya produksi yang dikeluarkan untuk memproduksi
tahu adalah sebesar Rp 1.515.4800.000. Karena jumlah produksi
sebanyak 42.120 papan, maka dinyatakan biaya produksi adalah Rp
35.980 per papan. 
Pemilik usaha memutuskan besarnya laba yang diinginkan adalah 10
persen. Maka ditetapkanlah harga per papan tahu sebesar Rp 40 ribu. 
Masalahnya, lewat analisis akuntansi biaya, tim peneliti menemukan
bahwa biaya produksi yang sesungguhnya lebih besar daripada yang
ditetapkan perusahaan. Total biaya produksi adalah Rp 1.677.600.000
dengan metode full costing atau setara Rp 39.829 per papan. Sementara
jika menggunakan metode variabel costing, biaya produksi adalah Rp
1.562.436.000 atau setara Rp 37.095 per papan. 
Perbedaan tersebut disebabkan karena perusahaan tidak memasukkan
sejumlah variabel. Seandainya perusahaan tepat menetapkan biaya
produksi dan tetap menginginkan laba 10 persen, maka seharusnya
mereka menjual tahu seharga Rp 44.222 per papan (metode full costing)
atau Rp 41.214 (metode variable costing).
Dalam contoh kasus ini, terlihat jelas peran akuntansi biaya sebagai alat
yang mumpuni menentukan laba. Selain itu, karena akuntansi biaya ini
juga perusahaan bisa mantap mengambil keputusan baru, yaitu
menyesuaikan harga. 
Perusahaan dapat menggunakan kalkulasi biaya pesanan dan kalkulasi biaya proses
untuk melacak biaya produk yang mereka produksi. Namun, ada perbedaan utama
antara penetapan biaya pesanan dan penetapan biaya proses. Memahami persamaan di
antara keduanya, serta perbedaannya, dapat membantu Anda melacak biaya produksi
perusahaan Anda secara efektif, memastikan bahwa Anda memperoleh keuntungan dan
menganalisis data keuangan penting lainnya. Pada artikel ini, kami membahas
penetapan biaya pesanan dan penetapan biaya proses, dan kami menjelaskan
perbedaan utama antara keduanya.

Harga Pokok Pesanan


Dalam akuntansi, penetapan biaya mengacu pada penghitungan biaya produksi seperti
overhead, bahan, tenaga kerja, dan waktu. Mengetahui biaya produksi produk dapat
membantu perusahaan membuat keputusan, termasuk bagaimana menentukan harga
produk dan memesan bahan. Penetapan biaya pesanan adalah cara untuk melacak
produksi batch kecil dan unik produk yang dipesan oleh pelanggan. Dalam sistem
penetapan biaya pesanan pekerjaan, Anda dapat melacak harga setiap proyek individu
dan memastikan bahwa perusahaan Anda memperoleh keuntungan yang cukup pada
setiap pesanan untuk mempertahankan operasi Anda.
Dalam penetapan biaya pesanan pekerjaan, Anda dapat melacak biaya dari catatan
keuangan dan mencatatnya dalam lembar biaya pekerjaan atau database. Saat
mencatat biaya, entri untuk setiap item yang dilacak mencakup bahan yang digunakan
untuk membuat produk, lamanya waktu yang dibutuhkan untuk membuat produk,
berapa banyak orang yang mengerjakan produk dan total overhead manufaktur produk.
Melacak informasi ini dapat membantu Anda memastikan bahwa perusahaan Anda
memperoleh keuntungan dari penjualan produk.
Misalnya, jika Anda bekerja untuk perusahaan ritel dan pelanggan memesan topi bisbol
khusus, Anda dapat menggunakan penetapan biaya pesanan untuk menetapkan harga
pesanan unik ini guna memastikan Anda dapat memperoleh keuntungan. Penetapan
biaya pesanan juga dapat berguna untuk industri jasa seperti rumah sakit, perusahaan
mode, perusahaan furnitur, dan industri lain yang menyelesaikan pesanan pelanggan
individu.

Harga Pokok Proses


Mirip dengan penetapan biaya pesanan, bisnis menggunakan penetapan biaya proses
untuk melacak produksi. Namun, daripada melacak produk unik, penetapan biaya
proses berfokus pada produk yang diproduksi secara massal dan total biaya departemen
produksi.
Banyak perusahaan besar menggunakan biaya proses untuk memperhitungkan faktor-
faktor seperti jumlah produk jadi yang mereka miliki. Dalam sistem penetapan biaya
proses, Anda terlebih dahulu menganalisis inventaris Anda dan menghitung biaya.
Kemudian, Anda menghitung biaya per unit dan menerapkan biaya untuk produk yang
lengkap dan tidak lengkap. Ada beberapa metode penetapan biaya proses yang
berbeda, dan perusahaan dapat memilih metode mana yang akan digunakan tergantung
pada kebutuhannya.
Perhitungan biaya proses juga dapat berguna untuk industri seperti bahan bakar,
makanan olahan, obat-obatan, cat, plastik atau industri lainnya yang menghasilkan
volume besar produk tunggal atau serupa.

Penetapan Harga Pokok Pesanan dan Harga Pokok


Proses
Baik penetapan biaya pesanan dan penetapan biaya proses adalah metode yang
berguna untuk dipahami oleh produsen, karena keduanya dapat membantu
menentukan biaya produk. Bisnis Anda dapat menggunakan penetapan biaya pesanan
dan penetapan biaya proses untuk melacak biaya produksi dan mengalokasikan
pengeluaran, seperti waktu, bahan dan tenaga kerja, ke produk Anda, dan keduanya
menggunakan informasi yang hampir sama untuk menghitung biaya per unit.
Namun, ada juga beberapa perbedaan utama antara penetapan biaya pesanan dan
penetapan biaya proses, termasuk:

Tipe produk
Satu perbedaan utama antara penetapan biaya pesanan dan penetapan biaya proses
adalah jenis produk dan keunikan produk yang dievaluasi. Bisnis menggunakan
penetapan biaya pesanan untuk sejumlah kecil produk yang dapat disesuaikan atau unik
dan pesanan pekerjaan individu, sementara bisnis menggunakan penetapan biaya
proses untuk produk yang diproduksi secara massal atau produk standar. Biasanya,
dalam kalkulasi biaya proses, produk yang dihasilkan sama atau sangat mirip.
Misalnya, penetapan biaya pesanan pekerjaan mungkin berguna untuk perusahaan ritel
yang memproduksi pena khusus pesanan pelanggan. Namun, jika pena diproduksi
secara massal oleh perusahaan, penetapan biaya proses mungkin lebih sesuai.

Industri
Seringkali, berbagai jenis industri lebih memilih baik penetapan biaya pesanan atau
penetapan biaya proses. Industri yang menghasilkan pesanan unik atau khusus untuk
pelanggan individu, termasuk perusahaan ritel dan rumah sakit, biasanya menggunakan
penetapan biaya pesanan. Industri yang memproduksi sejumlah besar produk tunggal
atau produk serupa, seperti produsen produk tunggal, biasanya menggunakan kalkulasi
biaya proses.

Ukuran pekerjaan
Ukuran pekerjaan adalah perbedaan lain antara penetapan biaya pesanan dan
penetapan biaya proses. Biasanya, pekerjaan atau pesanan yang lebih kecil menjamin
penggunaan penetapan biaya pesanan, sementara pekerjaan produksi yang lebih besar
biasanya memerlukan penetapan biaya proses. Misalnya, bisnis mungkin menggunakan
penetapan biaya pesanan untuk menentukan harga pesanan furnitur unik pelanggan,
yang merupakan pekerjaan kecil. Sebuah bisnis mungkin menggunakan kalkulasi biaya
proses untuk melacak biaya produksi massal furnitur dalam jumlah besar.

Akumulasi biaya
Metode akumulasi biaya juga berbeda untuk perhitungan biaya pesanan dan biaya
proses. Dalam perhitungan biaya pesanan, biaya diakumulasikan oleh pekerjaan
individu. Biasanya, penetapan biaya pekerjaan mencakup penagihan pelanggan untuk
menguraikan biaya yang tepat dari setiap langkah dalam proses pekerjaan atau pesanan
tertentu. Dalam penetapan biaya proses, biaya terakumulasi oleh setiap proses atau
departemen pemrosesan dan mungkin tidak fokus pada biaya pasti setiap item dalam
proses.

Pengurangan biaya
Perbedaan lain antara kedua jenis penetapan biaya adalah peluang pengurangan biaya,
yang mengacu pada langkah-langkah yang dapat diambil perusahaan untuk mengurangi
biaya produksi dan meningkatkan laba. Biasanya, penetapan biaya pekerjaan
menawarkan lebih sedikit peluang untuk pengurangan biaya, sementara penetapan
biaya proses menawarkan berbagai peluang kepada perusahaan untuk pengurangan
biaya.

Pekerjaan sedang berlangsung


Pekerjaan dalam proses (WIP) mengacu pada biaya produk yang tidak lengkap,
termasuk bahan dan tenaga kerja. Biasanya, bisnis tidak mungkin menggunakan
pekerjaan yang sedang berjalan dengan penetapan biaya pesanan. Namun, dalam
penetapan biaya proses, bisnis mungkin mencatat pekerjaan yang sedang berjalan saat
produk ditransfer antar departemen.

Anda mungkin juga menyukai