Anda di halaman 1dari 35

PENGELOLAAN LOGISTIK

PROGRAM TB
SIKLUS PENGELOLAAN LOGISTIK TB
PERENCANAAN KEBUTUHAN

Untuk proses penyediaan oleh Kemkes:

DESK FARMALKES –
PROGRAM -
PROVINSI
• DINKES • RENCANA
PROVINSI (Rekap • METODE EPIDEMIOLOGI KEBUTUHAN
Fasyankes) NASIONAL
• METODE KONSUMSI
• PROGRAM PUSAT
• RENCANA JADWAL • USULAN
PERENCANAAN
KEBUTUHAN – DISTRIBUSI ANGGARAN : APBN
DESK
BOTTOM UP DAN APBNP
FARMALKES-
PROGRAM PUSAT

3
PERAN DAN TANGGUNGJAWAB
PENGELOLAAN LOGISTIK DISEMUA TINGKAT
OAT yg digunakan/disediakan Prog. TB

Obat TB Sensitif (Lini-1) Obat TB Resistan (Lini-2)


 Paket FDC • Kanamisin (inj)
• Capreomisin (inj)
• Kategori 1
• Levofloksasin
• Kategori 2 • Moxifloksasin
• Kategori Anak • Etionamid
 Paket Kombipak • Cikloserin
• Kategori 1 • Para Amino Salisilic (PAS)
• Bedaquiline
• Kategori Anak
• Clofazimin
• Linezolid
• Piridoksin (Vit. B6)
• Ethambutol
• Pirazinamid
PERENCANAAN OBAT TB
• Dihitung berdasarkan:
– Beban kasus TB di Indonesia, hasil survey
prevalensi TB 2014
– Target penemuan program
– Case Notification Rate (CNR) tahun perencanaan
• Dapat memenuhi seluruh kebutuhan faskes TB
DOTS yg ada
• Diusulkan secara “bottom up planning”
melalui perencanaan terpadu di Dinkes kab/ko
ALUR PERENCANAAN OAT
10% buffer dari
Pusat total keb real prov

10% buffer dari total


Dinkes Provinsi keb real kab/kota

100% keb seluruh


Dinkes Kab/Kota Faskes + 10% buffer

Faskes Faskes Faskes


(Puskemas/RS) (Puskemas/RS) (Puskemas/RS)

Catatan:
Perencanaan dilakukan oleh Kab/Kota
Buffer 10%, boleh kurang atau lebih, sesuai kebutuhan
Rumus Perhitungan Perencanaan OAT

= kebutuhan OAT 1 thn + buffer 10% - sisa stok


• Catatan:
– Buffer 10% bukan angka tetap, tetapi boleh lebih atau
kurang (berdasarkan hasil evaluasi)
– OAT yg msh dpt dimasukkan sbg sisa stok adlh sisa stok yg
masih efektif, yaitu: OAT yg minimal 9 bln sebelum ED
(kat.1 & anak) dan 11 bln (kat.2) pd saat OAT yg baru
diadakan diterima. (lama masa pengobatan + 3 bulan)
PENYIMPANAN OBAT TB
• Sesuai kebijakan Kemenkes: “One Gate Policy”: di
Instalasi Farmasi (IF) di Pusat, Prov, Kab/Ko & IF
Faskes
• Sesuai prinsip CPOB = Cara Penyimpanan Obat yg
Baik:
– Ruang gudang/IF sesuai persyaratan sarana
penyimpanan Obat & Non Obat
– Ada pengatur suhu & alat ukur suhu IF (OAT:
– Ada palet
– Ada pencatatan (kartu stok dll)
– dst
Contoh Tempat Penyimpanan (IF)
DISTRIBUSI OBAT TB
• Distribusi OAT sesuai kebijakan: “One Gate Policy”
• Distribusi pengadaan setiap tahun
– Pusat -> Prov -> Kab/Kota : sesuai alokasi/usulan
berdasarkan perencanaan kab/kota
• Distribusi OAT buffer:
– Pusat -> Prov -> Kab/Kota : sesuai permintaan
• Ketentuan dalam distribusi OAT (alokasi/buffer):
– OAT yg akan didistribusikan IFK ke Fasyankes (Puskemas, RS
dll) minimal memiliki ED: lama masa pengobatan + 1 bulan
– OAT yg akan didistribusikan IFP ke IFK minimal memiliki ED:
lama masa pengobatan + 3 bulan
• Distribusi kab/kota ke Fasyankes: dgn LPLPO
Alur Distribusi Log. TB

Pusat

Dinkes Provinsi

Dinkes Kab/Kota

Faskes Faskes Faskes


(Puskemas/RS) (Puskemas/RS) (Puskemas/RS)
DISTRIBUSI
Ditjen Program Pusat
Farmalkes Per Prov
Per Prov

IF Provinsi Dinkes Provinsi Dinkes Provinsi


Farmasi
Per Kab/Kota Program
Per Kab/Kota

IF Kab/Kota Dinkes Kab/Kota Dinkes Kab/Kota


Per UPT
Farmasi Program

Puskesmas /
UPT lain
Keterangan : Permintaan
Distribusi
Pelaporan

13
ALUR PERMINTAAN DAN DISTRIBUSI
OAT TB RO ALUR
ALUR SAAT MENUJU
IDEAL
INI
KEMENKES KEMENKES

DINKES DINKES DINKES


PROVINSI KAB/KOTA PROVINSI

DINKES
RS TB RO KAB/KOTA

PUSK RS TB RO
SATELIT

KETERANGAN: PERMINTAAN PUSK


DISTRIBUSI SATELIT
Koordinasi
PENGGUNAAN OBAT TB
 Penggunaan Log TB sesuai peruntukannya, seperti:
• Kategori 1 utk: pasien baru TB paru BTA positif dan BTA
negatif serta TB ekstraparu
• Kategori 2 utk: pasien TB kambuh, pengobatan ulang dan
pengobatan setelah lalai.
• Kategori Anak utk: pasien TB usia ≤ 14 thn (< 15 thn)
• 1 paket OAT utk 1 pasien TB

 Dilakukan Evaluasi penggunaan Log. TB secara berkala, contoh:


OAT yg tersedia dan eval. penggunaannya: setiap bulan atau
triwulan maupun semester => untuk memantau tingkat
ketersediaan OAT: cukup, kurang atau lebih ?? Demikian juga
Log. TB lainnya.
MANAJEMEN PENDUKUNG (1)
1. Organisasi
 Pengelolaan Logistik TB/TB MDR mengikuti sistim
organisasi yg ada (Pusat -> Prov -> Kab/Kota ->
Faskes)
 Dikelola mengikuti kebijakan Kemenkes R.I.
(Ditjen. Binfar & Alkes): “One Gate Policy” =
pengelolaan satu pintu.
PENGORGANISASIAN PENGELOLAAN LOG. TB
“One Gate Policy”
MANAJEMEN PENDUKUNG (2)
2. Pendanaan
 Pengelolaan Logistik TB menggunakan dana
masing2 institusi (APBN/APBD) maupun dana lain
yg sah (bantuan).

3. Sistim Informasi
 Pelaporan Log TB (OAT) setiap triwulan, dgn:
 Elektronik dgn: SITT (Sistim Informasi TB Terpadu) utk TB
Sensitif, dan E-TB Manager utk TB Resistan
 Manual dgn format TB.13
MANAJEMEN PENDUKUNG (3)
4. Sumber Daya Manusia
 SDM/pengelola log. TB  sesuai organisasi
pengelola (IF)
 Dilakukan peningkatan keterampilan SDM
pengelola melalui OJT, Pelatihan, Pertemuan
(Workshop/Seminar) dll.
5. Jaga Mutu
 Bekerjasama dgn BPOM & Binfar  utk pelaks.
jaga mutu OAT (Lini-1 & Lini-2) & berkoordinasi
dengan Dinkes Prov, Kab/Kota maupun Faskes
dlm pelaks. pengambilan sampel
Jaga Mutu Obat TB
• Pengelolaan Obat TB sudah sesuai kebijakan Kemenkes (Binfar) yaitu
satu pintu (one gate policy) untuk OAT Lini-1 di Instalasi Farmasi
mulai di tingkat Pusat, Provinsi, Kab/Kota hingga Fasilitas Kesehatan
(Faskes). Sedangkan OAT Lini-2 masih dikelola oleh Subdit TB dan
didistribusikan melalui IF Provinsi baru kemudian ke RS Rujukan
• Program TB sangat membutuhkan dan mendukung dilaksanakannya
jaga mutu Obat Anti TB (OAT lini-1 dan lini-2) secara rutin oleh
BPOM, sebagai bagian dari pelaksanaan jaga mutu obat-obat
program
• Jaga mutu OAT diharapkan dapat dilaksanakan disetiap tingkat,
mulai dari Pusat, Provinsi, Kab/Kota hingga Faskes.
• Jaga mutu OAT diharapkan dapat dilaksanakan pada saat OAT
diterima oleh IF Provinsi dari pengiriman pengadaan setiap
tahunnya, dan juga pada tempat2 penyimpanan OAT baik di IF
Pusat, Provinsi, Kab/Kota hingga Faskes.
Perhitungan Kebutuhan Logistik
untuk Laboratorium TB
Tim Laboratorium Subdit TB
Latar Belakang
• Algoritma baru sesuai Permenkes 67 tahun 2016:
– Terduga TB jika memiliki akses terhadap TCM, penegakan diagnosis
menggunakan TCM
– Terduga TB yang tidak memiliki akses terhadap TCM, penegakan diagnosis
dengan pemeriksaan mikroskopis.
– Pemeriksaan follow up tetap menggunakan pemeriksaan mikroskopis
– Jumlah dahak yang diperiksa untuk diagnosis dan follow up adalah 2(dua)
dahak (SP/SS).
– Pemeriksaan TCM per pasien adalah 1 tes, sisa dahak disimpan sementara
(dapat digunakan untuk periksa TCM ulang pada pasien RIF RES dari low risk.
• Rencana Penegakan Diagnosis:
Baseline 2016 2017 2018 2019 2020
Rencana pemeriksaan diagnostik
a. Mikroskopis 99,8% 68% 60% 55% 45% 30%
b. TCM 0,2% 32% 40% 45% 55% 70%
Latar Belakang
• Masing-masing provinsi harus membuat rencana pengembangan
jejaring TCM di wilayahnya
– Prioritas pengiriman dahak adalah untuk pasien terduga TB RO, TB anak, HIV
terduga TB, terduga TB pada pasien DM
– Faskes TCM harus memperhitungkan kapasitas modul
• Pemeriksaan TCM dapat dilakukan untuk contoh uji dahak dan non
dahak (LCS, jaringan, kelenjar limfonodi). Efusi pleura tidak boleh
diperiksa dengan TCM.
– Pasien terduga TB Ekstra Paru yang juga terduga TB paru, dapat
menggunakan maksimal 2 kartrid untuk dahak dan non dahak
– Khusus penegakan TB Anak, urutan contoh uji yang dapat digunakan adalah
dahak (berdahak langsung maupun induksi sputum), bilas lambung, feses
Jenis Logistik Non OAT untuk Laboratorium

1. Pemeriksaan Mikroskopis:
– Mikroskop: Permenkes 75 2016, salah satu
persyaratan minimal Puskesmas adalah Mikroskop
Binokuler.
– Reagen ZN
2. Pemeriksaan TCM
– Mesin TCM
– Kartrid
3. Pemeriksaan Biakan dan Uji Kepekaan
Dihitung oleh lab biakan dan uji kepekaan
Perhitungan Kebutuhan Reagen ZN
Perhitungan kebutuhan reagen ZN apabila
pemeriksaan diagnosis dan follow up menggunakan
pemeriksaan mikroskopis:
• 1 paket reagen ZN (1 botol carbol fuchsin, 1 Botol
methylen blue dan 3 botol asam alcohol @100ml)
dapat digunakan untuk 42 sediaan.
• Kebutuhan pemeriksaan untuk setiap 1 pasien BTA
positif yang ditemukan = 32 sediaan, terdiri dari: 20
sediaan diagnosis, 6 sediaan follow up BTA positif dan
6 sediaan follow up BTA negatif)
• Kebutuhan reagen ZN = target penemuan pasien
baru TB terkonfirmasi bakteriologis x 1 paket
Perhitungan Kebutuhan Reagen ZN
Perhitungan kebutuhan reagen ZN apabila pemeriksaan diagnosis
menggunakan pemeriksaan TCM, pemeriksaan follow up
menggunakan mikroskopis
• Jika pemeriksaan diagnosis menggunakan TCM, maka pemeriksaan
mikroskopis hanya digunakan untuk pemeriksaan follow up pasien
TB
• Kebutuhan pemeriksaan untuk setiap 1 pasien TB BTA positif yang
ditemukan = 12 sediaan, terdiri dari: 6 sediaan follow up BTA positif
dan 6 sediaan follow up BTA negatif)
• 1 paket reagen ZN dapat digunakan untuk 3 pasien terkonfirmasi
bakteriologis
• Kebutuhan reagen ZN = target penemuan pasien baru TB : 3

Perhitungan kebutuhan reagen ZN apabila sebagian pemeriksaan


diagnosis menggunakan TCM dan mikroskopis akan
mempertimbangkan akses pemeriksaan TCM di masing-masing daerah.
Perhitungan Kebutuhan Mesin TCM

Tes Cepat Molekuler


• Kebutuhan Tes Cepat Molekuler (TCM) berdasarkan
1. kondisi epidemiologis penyakit sesuai beban perkiraan pasien TB di Indonesia,
2. pertimbangan administratif dimana minimal 1 (satu) alat di masing-masing
kabupaten/ kota
3. pertimbangan geografis di masing-masing wilayah.
• Kenaikan kebutuhan jumlah alat dihitung setiap tahun.
• Penempatan alat TCM dapat diperuntukkan bagi faskes
rujukan TB RO, faskes TB RO, RS atau Puskesmas dengan
pasien TB dan HIV yang tinggi, serta laboratorium rujukan.

Sumber: Rencana Aksi Penanggulangan TB melalui Penguatan Laboratorium 2016 – 2020.


Cara Perhitungan Kebutuhan Cartridge
A. Menghitung Jumlah TCM (modul) yang sudah dan akan di install
• Jumlah alat yang terpasang : 10 @ 4 modul
• Jumlah alat yang direncanakan terpasang 3 bulan kedepan : 5@ 4 modul
• Jumlah kapasitas optimal pemeriksaan TCM perbulan :
60 modul (15 mesin x 4) x 50 test = 3000 test/bulan
Asumsi 1 modul bisa melaksankan pemeriksaan 50 tes per bulan
B. Jumlah terduga TB yang diperiksa mikroskopis 1 bulan terakhir : 2000 kasus
• Jumlah terduga TB hanya dihitung dari faskes dengan jejaring TCM
C. Membandingkan Jumlah kapasitas mesin optimal VS Jumlah Terduga TB
• 3000 test vs 2000 kasus --> pilih Jml kasus terduga TB sbg basis permintaan.
• Bila jumlah terduga TB lebih besar dibanding dengan kapasitas maksimum
mesin > pilih kapasitas optimal sebagai basis data.
D. Kebutuhan Cartridge per triwulan
Keb 3 bulan + 1 bulan buffer = (2000*3) + 2000 = 8000 Cartridge
ALAT “TES CEPAT MOLEKULER” (TCM)/
GENEXPERT DAN CARTRIDGE
Terduga TB

Pasien baru, tidak ada riwayat pengobatan TB, tidak ada riwayat kontak erat Pasien dengan riwayat pengobatan TB, pasien dengan riwayat
dengan pasien TB RO, pasien dengan HIV (-) atau tidak diketahui status HIV nya kontak erat dengan pasien TB RO, pasien dengan HIV (+)

Pemeriksaan Klinis dan Pemeriksaan bakteriologis dengan Mikroskop atau Tes Cepat Molekuler (TCM)

Tidak memiliki akses untuk TCM TB Memiliki akses untuk TCM TB

Pemeriksaan Mikroskopis BTA Pemeriksaan TCM TB

(- -) (+ +) (+ -)
Tidak bisa MTB Pos, Rif MTB Pos, Rif MTB Pos, Rif MTB Neg
dirujuk Sensitive Indeterminate Resistance

Foto Toraks Antibiotika Non OAT TB Terkonfirmasi Ulangi pemeriksaan TCM TB RR Foto Toraks Mengikuti
Bakteriologis alur yang sama dengan
alur pada hasil
pemeriksaan
Mendukung TB Tidak Men- Pengobatan TB Lini 1 mikrokopis BTA negat
dukung TB (- -)

Mulai Pengobatan TB RO; Lakukan pemeriksaan Biakan dan Uji


Ada Tidak Ada Perbaikan Klinis, Kepekaan OAT Lini 1 dan Lini 2
Perbaikan ada faktor risiko TB, dan atas
Klinis pertimbangan dokter

Bukan TB; TB RR; TB MDR TB Pre XDR TB XDR

TB Terkonfirmasi Klinis Lanjutkan Pengobatan TB RO Pengobatan TB RO dengan


Paduan Baru

Pengobatan TB Lini 1
Perhitungan kebutuhan Pot Dahak
1. Perhitungan kebutuhan pot dahak untuk 1
pasien TB Sensitif
• 1 pasien TB BTA positif berasal dari 10 terduga TB
• 1 terduga diperiksa 2 contoh uji, maka diperlukan
20 pot dahak untuk pemeriksaan diagnosis
• 1 pasien TB diperiksa follow up dahak 3 kali,
masing-masing 2 contoh uji. Dibutuhkan 12 pot
dahak untuk pemeriksaan follow up dari 1 pasien
TB BTA positif dan 1 pasien BTA negatif
• Jadi pot dahak yang dibutuhkan adalah: 20 + 12 =
32 pot dahak untuk menemukan 1 pasien TB BTA
positif.
Perhitungan kebutuhan Pot Dahak
2. Perhitungan kebutuhan pot dahak untuk 1 pasien TB
Resistan Obat (RO)
• 1 pasien TB RO berasal dari 5 terduga TB RO
• 1 terduga diperiksa 2 contoh uji, maka diperlukan 10 pot
dahak untuk pemeriksaan diagnosis
• 1 pasien TB RO diperiksa follow up dahak setiap bulan
selama tahap awal (minimal 8 bulan), setiap kali
pemeriksaan membutuhkan 2 contoh uji (= 2 pot dahak).
Jadi dibutuhkan 16 pot dahak untuk tahap awal.
• 1 pasien TB RO diperiksa follow up dahak setiap 2 bulan
selama tahap lanjutan (minimal 16 bulan), setiap kali
pemeriksaan membutuhkan 2 contoh uji (= 2 pot dahak).
Jadi dibutuhkan adalah 8 x 2 pot dahak = 16 pot dahak.
• Jadi pot dahak yang dibutuhkan adalah: 10 + 16 + 16 = 42
pot dahak.
Perhitungan kebutuhan Kaca Sediaan
• Kaca sediaan yang harus diperhitungan adalah
kebutuhan untuk pasien TB Sensitif.
Perhitungan kaca sediaan untuk pasien TB
Sensitif sama seperti perhitungan pot dahak
untuk pasien TB Sensitif. Sedangkan untuk
pasien TB RO, kaca sediaan sudah masuk
dalam tarif pemeriksaan biakan dan uji
kepekaan dari laboratorium rujukan.
TERIMA KASIH
Totok Haryanto
081808423213 WA
081212369378

Email :
to2k.haryanto@yahoo.co.id

Anda mungkin juga menyukai