Anda di halaman 1dari 16

PENGAWASAN PRODUK

BAHAN MAKANAN
BEKU (Frozen Food)
YANG BEREDAR DI
MASA PANDEMI DAN
SESUDAHNYA DALAM
PERSPEKTIF HUKUM
PERLINDUNGAN
KONSUMEN
OLEH :
PREISY C. J. MOKOAGOUW
19202108008
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Macam produk makanan beku olahan dan minuman import Masyarakat yang mengkonsumsi makanan dan minuman beku harus
maupun buatan dalam negeri dipasarkan kepada konsumen baik dilindungi dari berbagai penyebaran virus dan penyakit karena
di depatemen store, supermarket dan berbagai restoran dan hotel. masyarakat sebagai konsumen mempunyai hak. Hak-hak konsumen
Jika tidak berhati-hati dalam memilih produk pangan yang termasuk makanan dan minuman beku sebagaimana yang diatur dalam
diinginkan, konsumen hanya akan menjadi objek eksploitasi dari Pasal 4 UUPK No 8 Tahun 1999 yakni hak atas kenyamanan, keamanan,
pelaku usaha yang tidak bertanggungjawab, karena membeli dan keselamatan dalam mengkonsumsi makanan dan minuman yang
produk makanan yang mengandung Bakteri dan Virus akan tidak berbahaya dan tidak mengandung bakteri atau virus, hak untuk
membahayakan kesehatan konsumen Produk makanan dan memilih makanan dan minuman yang terjamin kesehatannya tersebut
minuman yang tidak hygienis dan tidak memenuhi standard sesuai dengan kondisi serta jaminan yang dijanjikan, penjual pelaku
kesehatan sebagaimana yang diharapkan orang. usaha produk pangan baik dalam iklan maupun secara langsung.

Makanan dan minuman merupakan hal penting bagi kehidupan


Dari segi Kesehatan penyakit atau virus harus diwaspadai aplagi
manusia, dan merupakan kebutuhan dasar bagi manusia
kalau virus itu mudah berjangkit atau menular pada siapa saja.Virus
sehingga pemenuhannya merupakan hak asasi setiap rakyat
akan menyebar lewat sarana apa saja juga berkaitan dengan
Indonesia agar senantiasa tersedia cukup setiap waktu, aman,
makanan dan minuman beku yang dikonsumsi konsumen. Tidak
bermutu, bergizi dan beragam dengan harga yang terjangkau
adanya perlindungan yang seimbang menyebabkan konsumen
oleh daya beli masyarakat. Kenyataan yang tidak dapat
berada pada posisi yang lemah, apalagi jika produk yang dihasilkan
dipungkiri bahwa meskipun di Indonesia sudah ada UUPK
merupakan jenis produk yang terbatas, sehingga pelaku usaha dapat
namun perlindungan konsumen masih berjalan tertatih-tatih.
menyalahgunakan posisinya yaitu dengan cara memonopoli
Hal-hal yang menyangkut kepentingan konsumen masih sangat
produksi dan pemasaran, hal ini tentu saja akan sangat merugikan
miskin perhatian terutama oleh pelaku usaha yang hanya
konsumen.
mengejar keuntungan semata.
• Bagaimana regulasi pengawasan produk bahan makanan beku terhadap
keamanan pangan di masa pandemi dan sesudahnya dalam perspektif
hukum perlindungan konsumen ?
B. Rumusan Masalah • Bagaimana tanggungjawab pemerintah dalam melakukan pengawasan
terhadap pelaku usaha produk makanan beku yang beredar dimasyarakat
pada masa pandemi dan sesudahnya dalam perspektif hukum perlindungan
konsumen ?
• Untuk mengkaji dan menganalisa, regulasi produk bahan makanan
beku terkait dengan keamanan pangan masyarakat di masa
pandemi terhadap konsumen.
C. Tujuan Penelitian • Untuk mengkaji dan menganalisa, bentuk tanggungjawab
pemerintah dalam melakukan pengawasan terhadap produk
makanan beku yang beredar di masyarakat pada masa pandemic.

• Secara teoritis, hasil penelitian ini sebagai tanggung jawab ilmiah penulis
untuk mengkaji dan menganalisis regulasi produk bahan makanan beku
terkait dengan keamanan pangan masyarakat di masa pandemi dan
tanggung jawab pemerintah dalam melakukan pengawasan terhadap
D. Manfaat Penelitian produk makanan beku yang beredar di masyarakat pada masa pandemi
• Secara praktis, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi
Pemerintah Daerah Sulawesi Utara dalam memberikan perlindungan
hukum terhadap konsumen yang mengkonsumsi makanan dan minuman
yang berbahaya bagi kesehatan konsumen.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Kerangka Teoritis
A. Teori Pengawasan Produk B. Teori Tanggung Jawab Produk
• Robert J. M Ockler berpendapat bahwa • Tanggung Jawab Produk (Product Liability)
pengawasan adalah suatu usaha sitematik merupakan pertangungjawaban pelaku
untuk menetapkan standart pelaksanaan usaha terhadap produk yang digunakan
dengan tujuan-tujuan perencanaan, konsumen. Dalam sistem
merancang sistem informasi, umpan balik, pertangungjawaban ini meletakan
membandingkan kegiatan nyata dengan kewajiban bagi pelaku usaha sebagai
standard yang telah ditetapkan sebelumnya, produsen menginformasikan seluruh aspek
menentukan dan mengukur yang terkait dengan produk yang di
penyimpanganpenyimpangan serta pasarkan.
mengambil tindakan koreksi yang • Agnes M. Toar mendefinisikan product
diperlukan untuk menjamin bahwa semua liability sebagai tanggung jawab para
sumber daya perusahaan dipergunakan produsen untuk produk yang dibawanya ke
dengan cara efektif dan efisien dalam dalam peredaran, yang menimbulkan atau
pencapaian tujuan-tujuan perusahaan. menyebabkan kerugian karena cacat yang
melekat pada produk tersebut.
C. Teori Salus Populi Suprema B. Teori Perlindungan
Lex Esto Konsumen
• Salus Populi Suprema Lex Esto merupakan • Berkaitan dengan konsep dan teori perlindungan
konsumen Az Nasution menggolongkan konsumen
adagium hukum yang pertama diucapkan dalam tiga katagori yaitu:
oleh Cicero seorang filsuf berkebangsaan a.Konsumen dalam arti umum, yaitu setiap orang yang
Italia yang bermakna “Keselamatan Rakyat mendapatkan barang atau jasa digunakan untuk
Merupakan Hukum Tertinggi.” Kemudian tujuan tertentu;
ucapan tersebut banyak diadopsi hampir b.Konsumen antara yaitu setiap orang yang
seluruh negara di dunia tidak terkecuali mendapatkan barang dan/atau jasa untuk digunakan
dengan tujuan membuat barang/jasa lain atau untuk
Indonesia. diperdagangkan (tujuan komersial);
• Salus Populi Suprema Lex Esto juga kita c.Konsumen akhir, yaitu setiap orang alami yang
temukan dalam pembukaan UUD Tahun mendapatkan dan menggunakan barang dan/atau
1945 pada alinea keempat yang mana jasa untuk tujuan memenuhi kebutuhan hidupnya
disebutkan keselamatan dan kemakmuran pribadi, keluarga dan/atau rumah tangga dan tidak
untuk diperdagangkan kembali.
rakyat merupakan tujuan utama bernegara • Bila dikaitkan dengan Penjelasan Pasal 1 ayat (2) UU
artinya negara harus menjamin, melindungi Perlindungan Konsumen, konsumen yang menjadi
segenap bangsa Indonesia. sasaran dari perlindungan konsumen dari undang-
undang tersebut adalah konsumen akhir.
1. Kerangka Konseptual
A. Pengertian dan Konsep B. Konsumen Makanan dan
C. Pengertian Pandemi
Pengawasan Minuman Beku
• Menurut Sondang P, Siagian • Menurut Sasongko sebenarnya • Pandemi merupakan wabah penyakit
pengawasan adalah proses frozen food atau makanan beku yang menjangkiti manusia secara
pengamatan dari pada adalah makanan yang serempak dan terjadi dimana-mana,
meliputi daerah geografis yang luas.
pelaksanaan seluruh kegiatan dibekukan dengan tujuan untuk Pandemi merupakan epidemi yang
organisasi untuk menjamin agar mengawetkan makanan hingga menyebar hampir ke seluruh negara
semua pekerjaan yang sedang siap dimakan. Tujuan dari atau pun benua dan biasanya
dilakukan berjalan sesuai dengan pembekuan ini adalah mengenai banyak orang.
rencana yang telah ditentukan. memperlambat dekomposisi • Pandemi juga merupakan penyakit
• Erlis Milta Rin Sondole dengan mengubah kadar air yang harus sangat diwaspadai oleh
menyatakan pengawasan menjadi es serta menghambat semua orang, karena penyakit ini
secara umum didefinisikan pertumbuhan sebagian besar menyebar tanpa disadari. Guna
spesies bakteri. mengantisipasi dampak pandemi yang
sebagai cara suatu oganisasi ada disekitar kita maka haruslah
mewujudkan kinerja yang efektif • Konsumen makanan dan makanan melakukan beberapa tindakan berupa
dan efisien, serta lebih jauh dan minuman beku adalah menjaga kebersihan diri dan
mendukung terwujudnya visi dan konsumen yang mengunakan, lingkungan yang ada disekitar kita.
misi organisasi menikmati makanan dan Pandemi ini terjadi tidak secara tiba-
minuman termasuk makanan tiba akan tetapi terjadi pada suatu
dingin dan makanan yang wilayah tertentu yang kemudian
didinginkan menjadi es. menyebar ke beberapa wilayah lainnya
dengan cepat.
D. Hak-Hak Terkait Pangan

• Setiap konsumen berhak untuk mendapatkan hak-haknya sesuai dengan


kedudukannya sebagai konsumen dan berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
• Sesungguhnya setiap warga negara berhak atas perlindungan hukum yang
wajib diberikan oleh negara. Perlindungan hukum yang wajib diberikan oleh
negara adalah perlindungan konsumen, agar masyarakat tidak
mengkonsumsi atau menggunakan produk barang atau jasa yang dapat
membahayakan keselamatan, kesehatan dan sebagainya, sehingga
masyarakat merasa aman dan memperoleh kepuasan.
BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian B. Pendekatan Penelitian C. Jenis Data


• Jenis penelitian yang akan • Penelitian ini menggunakan • Jenis data yang digunakan dalam
digunakan dalam penulisan pendekatan konseptual penulisan hukum ini adalah data
hukum ini adalah penelitian (conceptual approach) mengenai sekunder yaitu data yang
yuridis normatif yaitu suatu masalah-masalah perlindungan diperoleh dari bahan hukum
prosedur ilmiah untuk hukum terhadap konsumen yang pustaka berupa keterangan-
menemukan kebenaran menderita kerugian karena keterangan yang secara tidak
berdasarkan logika keilmuan dan menkonsumsi produk bahan langsung diperoleh melalui studi
sisi normatifnya yang objeknya makanan dan minuman beku kepustakaan, bahan-bahan
adalah hukum terkait dengan menggunakan dokumenter, tulisan-tulisan
pengawasan produk bahan pendekatan perundang-undangan ilmiah dan sumber-sumber
makanan beku dimasa pandemi (statute approach) terutama tertulis lainnya.
• Penelitian Hukum Normatif Undang-undang Nomor 8 Tahun
dilakukan dengan cara meneliti 1999 tentang Perlindungan
bahan pustaka atau data sekunder Konsumen, Undang-undang
yang terdiri dari bahan hukum Nomor 18 Tahun 2012 tentang
primer, bahan hukum sekunder Pangan dan Undang-undang
dan bahan hukum tersier dari Nomor 36 Tahun 2009 tentang
masing-masing hukum normatif. Kesehatan.
D. Sumber Data E. Teknik Pengumpulan Data F. Teknik Analisis Data
• Di dalam penelitian hukum ini, • Kegiatan yang dilakukan dalam • Teknik analisa data yang
dipergunakan jenis data pengumpulan data dalam digunakan dalam penelitian
sekunder, yang dari sudut penelitian ini yaitu suatu studi hukum ini menggunakan logika
kekuatan mengikatnya pustaka. Alat pengumpulan data Deduktif induktif, yaitu pola
digolongkan kedalam beberapa dengan mengidentifikasi isi dari pikir untuk menarik kesimpulan
sumber data, yaitu: data sekunder diperoleh dengan dari pengaturan pengawasan
1.Bahan hukum primer cara membaca, mengkaji, dan konsumen makanan dan
2.Bahan hukum sekunder mempelajari bahan Pustaka yang minuman beku dan penerapanya
3.Bahan hukum tersier terkait dengan pangan terutama terkait mutu produ makanan dan
makanan beku, Konsumen dan minuman beku yang beredar di
penularan Covid lewat Makanan pasar menjadi kesimpulan
dan minuman beku Peraturan • Hasil kajian diulas secara naratif
perundang-undangan, artikel dari atau dengan kata kata yang
internet, makalah seminar mengambarkan model
nasional, jurnal, dokumen dan pengawasan dan tangung jawab
data-data lain yang mempunyai pemerintah terhadap pengedaran
kaitan dengan fokus penelitian produk makanan dan minuman
ini. beku yang dikonsumsi
masyarakat
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Regulasi Produk Bahan Makanan Beku terhadap keamanan Pangan di Masa
Pandemi dan Sesudahnya dalam Perspektif Hukum Perlindungan Konsumen
Pengaturan tentang makanan beku dan berbagai jenis makann dan minuman yang diedarkan yaitu
Undang Undang Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan. Dalam Pasal 1 butir 1 Undang-undang Nomor
18 Tahun 2012 disebutkan bahwa pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk
pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun
tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk
bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan,
pengolahan dan atau pembuatan makanan atau minuman.

Pengawasan mutu makanan dan minuman harus dilakukan mulai dari proses produksi pangan
untuk diedarkan atau diperdagangkan harus memenuhi ketentuan tentang sanitasi pangan, bahan
tambahan pangan, residu cemaran dan kemasan pangan.
Setiap orang yang memproduksi pangan untuk diedarkan perlu dibebani tanggung jawab, terutama
apabila makanan dan minuman pyang diproduksinya menyebabkan baik kerugian pada kesehatan
manusia maupun kematian orang yang mengkonsumsi pangan tersebut
Terkait dengan Covid 19 sejak tahun 2020 Pemerintah telah mengeluarkan PP Nomor 21 Tahun 2020 tentang
pembatasan kegiatan sosial berskala besar demi melindungi masyarakat dari virus tersebut . Walaupun pada Tahun
2022 Covid sudah mereda dengan keberhasilan pemerintah melakukan Vaksinasi baik pertama kedua, ketiga dan
keempat selama tahun 2022 tetapi kewaspadaan untuk mengatasi penyebaran Covid masih ada sampai saat ini.

Mengantisipasi Virus dan penyebaranya melalui makanan dan minuman beku maka pemerintah telah mengeluarkan
aturan aturan pengawasan produk makanan dan minuman.Ketentuan mengenai kualitas , mutu dan gizi pangan, serta
label dan iklan tidak hanya berlaku bagi pangan yang diproduksi dan atau diedarkan di wilayah Indonesia, tetapi juga
bagi pangan yang dimasukkan ke dalam wilayah Indonesia

Pengaturan mengenai pangan juga diarahkan untuk mewujudkan ketahanan pangan yang mencakup ketersediaan dan
cadangan pangan, serta terjangkau sesuai dengan kebutuhan konsumsi masyarakat

Tersedianya pangan yang cukup, aman, bermutu dan bergizi merupakan prasyarat utama yang harus terpenuhi dalam
upaya mewujudkan insane yang berharkat dan bermartabat serta sumber daya manusia yang berkualitas.
Kewenangan untuk melakukan pengawasan ada pada Balai Besar POM.

BPOM sebagai Badan Pengawas Obat dan Makanan merupakan Lembaga Negara Non Departemen dimana dalam melaksanakan
tugasnya dikoordinasikan dengan Menteri Kesehatan sebagaimana yang tercantum dalam Pasal I Peraturan Presiden Nomor 64
Tahun 2005 tentang Perubahan Keenam Atas Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen. Salah satu misi dari Badan Pengawas
Obat dan Makanan yaitu melindungi kesehatan masyarakat dari risiko peredaran produk terapetik, obat tradisional, produk
komplemen dan kosmetik yang tidak memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan khasiat/kemanfaatan serta produk pangan yang
tidak aman dan tidak layak dikonsumsi.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
B. Tangung Jawab Pemerintah Dalam Melakukan Pengawasan Terhadap Pelaku
Usaha Produk Bahan Makanan Beku yang Beredar di Masyarakat pada Masa
Pandemi dan Sesudahnya dalam Perspektif Hukum Perlindungan Konsumen
Kunci berhasilnya pengawasan peredaran makanan beku oleh Balai besar POM sebagai Lembaga non departemen
yaitu Pemerintah dalam hal ini Kementrian kesehatan yang menenegakan hukum .Tangung jawab pemerintah terkait
perlindungan masyarakat yang mengkonsumsi makanan beku yaitu membuat regulasi dalam bentuk aturan aturan
yang terkait dengan perlindungan masyarakat dalam Undang Undang Perlindungan Konsmen dan Undang undang
Kesehatan serta Undang undang tentang pangan.
Pemerintah memiliki kewajiban HAM dalam hal terpenuhinya hak untuk mendapatkan makanan dan terbebas dari
rasa lapar bagi seluruh warga negaranya ,tidak hanya di masa pandemi atau ketika wabah melanda, namun setiap saat
Indonesia dituntut untuk memastikan ketersediaan bahan pangan dan layak bagi warga negaranya.

Di awal masa pandemi, di mana semua sektor kehidupan terdampak, tentunya pemenuhan hak atas pangan bagi
masyarakat juga akan sangat besar dampaknya, bagi sebagian masyarakat Indonesia terutama masyarakat pada level
ekonomi menengah ke bawah.
Tugas Pemerintah dalam pemberian informasi yang benar tentang kandungan bahan pembuatan dari suatu produk
pangan menjadi arti yang sangat penting. Hal ini akan berhubungan dengan masalah keamanan, kesehatan maupun
keselamatan konsumenTugas dan fungsi pemerintah tersebut dilaksanakan oleh segenap aparatur pemerintah, baik
ditingkat pusat maupun ditingkat daerah termasuk aparatur perekonomian negara.

Pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini adalah BPOM yang mendapat otoritas pengawasan dari
pemerintah untuk melaksanakan pengawasan, baik itu pengawasan secara kualitas yang dapat didefinisikan sebagai
suatu sistem yang efektif untuk mengatur kualitas utama dan serta meningkatkan kualitas dari bermacam-macam
komoditas oleh produsen sebagai industri farmasi yang memasarkan hasil produksinya tentu juga harus berdasarkan
ketentuan yang ada serta dapat dipertanggung jawabkan, sehingga pada akhirnya produsen dapat memenuhi
kepuasan para pelanggan masyarakat sebagai konsumen.

Pemerintah juga melakukan upaya-upaya untuk memberdayakan masyarakat agar memiliki kesadaran mengenai hak
dan tanggung jawabnya berkaitan dengan mutu dan keamanan produk baik produk obat maupun makanan yang
telah dikatakan aman untuk dikonsumsi sesuai dengan standar yang ditentukan. Pemerintah juga berusaha untuk
memberdayakan serta meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat sebagai konsumen melalui kegiatan
komunikasi, informasi dan edukasi

keamanan pangan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, industri pangan dan konsumen.
Pemerintah bertanggung jawab untuk melaksanakan sistim pengawasan keamanan pangan melalui pengaturan,
stadardisasi, penilaian, dan inspeksi keamanan pangan serta edukasi pada konsumen dan industri pangan mengenai
keamanan pangan. Industri pangan bertanggung jawab untuk menjaga mutu dan keamanan produk yang
dihasilkannya sedangkan konsumen berperan dalam melindungi dirinya sendiri dari pangan yang tidak bermutu dan
tidak aman.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan

1. Pelaksanan regulasi pengawasan peredaran makanan beku (Frozen Food) dalam berbagai peraturan
yaitu Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1998, Undang-Undang Pangan Nomor
18 Tahun 2012, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, serta peraturan Teknis yaitu
Peratutan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2004 Tentang BPOM, dan Peraturan Kepala BPOM Nomor 11
Tahun 2011 Tentang prosedur pengawasan peredaran Makanan dan Minuman yang beredar dan dijual
bebas. Sedangkan Pada era Covid 19 muncul berbagai praturan teknis tentang protocol Kesehatan baik di
tingkat Pusat maupun Daerah yang juga terkait dengan makanan beku, Pengawasan peredaran dilakukan
secara langsung oleh BPOM yang diberi kewenangan untuk itu.

2. Tangungjawab pemerintah sangat penting terkait dengan menindak lanjuti temuaan temuan hasil
penemuan BPOM terhadap makanan dan minuman beku yang berindikasi Virus Corona dan virus lainya.
Tangung jawab pemerintah terkait dengan Tindakan mencabut ijin dan menghentikan kegiatan produksi
makanan dan minuman beku yang berbahaya didukung dengan penerpan aaturan-aturan yang terkait
dengan transparansi penindakan terhadap pelaku usaha penegakan hukum harus dilakukan terhadap
pelaku usaha atau produsen makanan dan minuman beku yang melanggar aturan dan standart mutu
Kesehatan. Unsur kepatuhan pelaku usaha dan penerapan sanksi dalam aturan harus tegas terhadap
semua pihak yang terkait seperti produsen, distributor, penjual, pengedar dan sebagainya.
B. Saran

1. Pelaksanaan pengawasan peredaran Minuman dan makanan beku terfokus pada dua aspek yaitu
ketidaktegasan peraturan dan kepatuhan pelaku usaha makanan dan minuman beku . Untuk
mengantisipasi hal-hal tersebut, yang bisa mengancam kesehatan bahkan keselamatan konsumen, maka
harus segera dibuat peraturan yang baru yang isinya lebih tegas menegaskan bahwa pemerintah
Kabupaten/Kota dalam mengeluarkan produk hukum daerah yang menindak pelaku usaha makanan dan
minuman beku yang tidak patuh pada hukum .

2. Kendala-kendala dalam pelaksanaan Pengawasan masyararakat harus segera diatasi dengan


sosialisasi oleh Kementerian Dalam Negeri kepada pemerintah Kabupaten/Kota dalam membuat produk
hukum daerah tentang standart Kesehatan makanan dan minuman beku yang beredar dipasaran. Agar
supaya baik pengusaha sampai pelaku usaha yang ada pelosok desa dapat mematuhinya.
Sekian & Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai