PENGANTAR ILMU HUKUM

O
L
E
H

DR. N A J M I, SH, MH

FAKULTAS HUKUM
UNAND
2023
MANUSIA DAN MASYARAKAT
 MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL:
 KODRATNYA UNTUK SELALU HIDUP
BERKELOMPOK/BERMASYARAKAT
 ADANYA HASYRAT UNTUK
BERMASYARAKAT
 DALAM KANDUNGAN – BAYI - ANAK-
ANAK- REMAJA – DEWASA -
MENINGGAL
 ARISTOTELES (384-322 SM):
SEORANG AHLI PIKIR YUNANI:
MANUSIA ADALAH ZOON
POLITICON/ MAKHLUK SOSIAL
 FAKTOR LAIN: KEBUTUHAN

 MASYARAKAT MERUPAKAN

KELOMPOK MANUSIA YANG

HIDUP BERSAMA, TERDIRI DARI
DUA ATAU LEBIH MANUSIA
KEHIDUPAN BERSAMA
 KELUARGA
 SUKU BANGSA
 DESA
 KOTA
 NEGARA
 ANTAR NEGARA
MANUSIA:
 MEMPUNYAI SIFAT, WATAK, KEHENDAK
MASING-MASING
 MANUSIA DENGAN MANUSIA LAINNYA
SELALU MELAKUKAN HUBUNGAN/
KERJASAMA
UNTUK MENGATUR HUBUNGAN DAN JIKA
TERJADI SENGKETA DALAM HUBUNGAN
TERSEBUTLAH DIBUTUHKAN HUKUM
HUKUM
 UMUMNYA MENGATUR TENTANG
PERBUATAN MANA YANG BOLEH DAN
TIDAK BOLEH SERTA BAGAIMANA
MANUSIA TERSEBUT BERTINGKAH
LAKU/BERTINDAK DALAM MASYARAKAT
 SIFAT HUKUM: MENGATUR DAN
MEMAKSA
PENGERTIAN HUKUM
 TIDAK SEORANG SARJANA HUKUM PUN
YANG MAMPU UNTUK MEMBUAT BATASAN
HUKUM SECARA TEPAT DAN LENGKAP
KARENA HUKUM TERSEBUT SANGAT
KOMPLEKS, LUAS, MEMPUNYAI BENTUK/SEGI
YANG SANGAT BANYAK
 DENGAN DEMIKIAN DIPERLUKAN
MEMPELAJARI HUKUM DARI BERBAGAI
SUMBER. JIKAPUN TERDAPAT BATASAN
HUKUM. INI HANYA CUKUP SEBAGAI
PEGANGAN AWAL SAJA
UNSUR-UNSUR HUKUM
 PERATURAN MENGENAI TINGKAH LAKU
MANUSIA DALAM PERGAULAN
MASYARAKAT
 PERATURAN YANG DIADAKAN OLEH
BADAN-BADAN RESMI YANG BERWAJIB
 TERDAPAT SANKSI/PELANGGARAN
YANG TEGAS
 CIRI-CIRI HUKUM: ADANYA PERINTAH
DAN LARANGAN. PERINTAH DAN
LARANGAN TERSEBUT HARUS
DIPATUHI
 SIFAT HUKUM: MENGATUR DAN
MEMAKSA
TUJUAN HUKUM
 MASING-MASING PAKAR BERBEDA
PENDAPAT
 NAMUN JIKA DIRUMUSKAN, MAKA
TUJUAN HUKUM ADA 3 (TIGA):
- KEPASTIAN HUKUM
- KEMANFAATAN
- KEADILAN
 SUBEKTI: KEADILAN DAN KEPASTIAN HUKUM
 L.J. APELDOORN: KEADILAN
 ARISTOTELES MEMBEDAKAN 2 MACAM
TENTANG KEADILAN:
KEADILAN DISTRIBUTIF/ KESEBANDINGAN:
BERDASAR ATAS JASA/HAK MASING-MASING.
KEADILAN KOMUTATIF/KESAMAAN: KEADILAN
YANG MEMBERIKAN PADA SETIAP ORANG SAMA
BANYAKNYA DENGAN TIDAK MELIHAT
JASA/HAK MASING-MASING
TEORI ETIS
 ISI HUKUM SEMATA-MATA HARUS
DITENTUKAN OLEH KESADARAN ETIS
MENGENAI APA YANG ADIL DAN APA
YANG TIDAK ADIL
 DENGAN DEMIKIAN HUKUM ITU
SEMATA-MATA MENGHENDAKI ADANYA
KEADILAN
PENDAPAT VAN APELDOORN
TENTANG TEORI ETIS:
 TEORI ETIS BERAT SEBELAH KARENA
MELEBIH-LEBIHKAN KADAR KEADILAN
HUKUM SEHINGGA TIDAK CUKUP
MEMPERHATIKAN KEADILAN YANG
SEBENARNYA
 HUKUM MENETAPKAN PERATURAN
HUKUM SEBAGAI PEDOMAN/ ADANYA
KEPASTIAN HUKUM YANG
MENYAMARATAKAN
 GENY: HUKUM BERTUJUAN SEMATA-MATA
UNTUK MENCAPAI KEADILAN. UNSUR
KEADILAN: KEPENTINGAN DAYA GUNA
DAN KEMANFAATAN
 BENTHAM (TEORI UTILITIS): HUKUM
BERTUJUAN AGAR BERFAEDAH BAGI
MANUSIA/KEMANFAATAN
 KEMANFAATAN DIMAKSUD ADALAH BAGI
MASYARAKAT LUAS/ MASYARAKAT UMUM.
BUKAN ORANG PERORANGAN
SUMBER-SUMBER HUKUM
 SUMBER HUKUM DAPAT DILIHAT
DALAM 2 ARTI, YAITU SUMBER HUKUM
MATERIL DAN SUMBER HUKUM FORMIL
 SUMBER HUKUM MATERIL: FAKTOR-
FAKTOR YANG DAPAT
MENIMBULKAN/MELAHIRKAN HUKUM
(EKONOMI, SOSIAL, BUDAYA,
SEJARAH, FILSAFAT, DLL)
 SUMBER HUKUM FORMIL: JIKA TIMBUL
PERSOALAN HUKUM, DIMANA KITA
HARUS MENCAR DASAR HUKUMNYA,
YAITU MELALUI:
 UU (STATUTE)
 KEBIASAAN (COSTUM)
 KEPUTUSAN-KEPUTUSAN HAKIM
(JURISPRUDENSI)
 TRAKTAT (TREATY)
 PENDAPAT SARJANA HUKUM (DOKTRIN)
UNDANG-UNDANG
 SUATU PERATURAN NEGARA YANG
MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM YANG
MENGIKAT YANG DIBENTUK OLEH
BADAN YANG BERWENANG DAN
DIPELIHARA OLEH PENGUASA NEGARA
 BUYS: UU MEMPUNYAI DUA ARTI,
YAITU UU DALAM ARTI FORMAL DAN
UU DALAM ARTI MATERIL
 UU DALAM ARTI FORMAL: SETIAP
KEPUTUSAN PEMERINTAH YANG
MERUPAKAN UU KARENA CARA
PEMBUATANNYA. MISALNYA DIBUAT
OLEH PRESIDEN BERSAMA-SAMA
DENGAN DPR
 UU DALAM ARTI MATERIL: SETIAP
KEPUTUSAN PEMERINTAH YANG
MENURUT ISINYA MENGIKAT
LANGSUNG SETIAP PENDUDUK
 JENIS DAN HIERARCHIS PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN (PASAL 7 UU
NO. 10 TAHUN 2004)
 UUD RI 1945
 UU/PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI
UU
 PERATURAN PEMERINTAH
 PERATURAN PRESIDEN
 PERATURAN DAERAH
 PERDA MELIPUTI: PERDA PROPINSI, PERDA
KABUPATEN/KOTA, PERATURAN
DESA/SETINGKAT
 UU: PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
YANG DIBENTUK OLEH DPR DENGAN
PERSETUJUAN BERSAMA PRESIDEN
 PP PENGGANTI UU: PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN YANG DITETAPKAN
OLEH PRESIDEN DALAM HAL IKHWAL
KEGENTINGAN YANG MEMAKSA
 PP: PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
YANG DITETAPKAN OLEH PRESIDEN UNTUK
MENJALANKAN UU SEBAGAIMANA MESTINYA
 PERDA: PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN YANG DIBENTUK OLEH DPRD
DENGAN PERSETUJUAN BERSAMA KEPALA
DAERAH
 PERDES/ PERATURAN YANG
SETINGKAT ADALAH PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN YANG DIBUAT
OLEH BADAN PERWAKILA DESA ATAU
NAMA LAINNYA BERSAM DENGAN
KEPALA DESA ATAU NAMA LAINNYA
PENGUNDANGAN
 AGAR SETIAP ORANG MENGETAHUINYA,
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
HARUS DIUNDANGKAN DENGAN
MENEMPATKANNYA DALAM:
 LEMBARAN NEGARA RI
 BERITA NEGARA RI
 LEMBARAN DAERAH; ATAU
 BERITA DAERAH
DENGAN DIUNDANGKANNYA, BARULAH
FICTIE BERLAKU: SETIAP ORANG
DIANGGAP TELAH MENGETAHUI
ADANYA SUATU PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN
 PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

ADALAH PERATURAN TERTULIS YANG

DIBENTUK OLEH LEMBAGA NEGARA
ATAU PEJABAT YANG BERWENANG DAN
MENGIAT SECARA UMUM
BERAKHIRNYA KEKUATAN
BERLAKU SUATU U U
 JANGKA WAKTUNYA DITENTUKAN
DALAM UU
 OBJEK YANG DIATUR DALAM UU
SUDAH TIDAK ADA LAGI
 UU DICABUT OLEH YANG BERWENANG
 SUDAH BERLAKU UU YANG BARU
MENGGANTIKAN UU YANG LAMA
KEBIASAAN
 TIDAK SELURUH KEBIASAAN DIPANDANG
SEBAGAI HUKUM
 HUKUM KEBIASAAN ADALAH KEBIASAAN
YANG MERUPAKAN KEBIASAAN UMUM YANG
DITERIMA SEBAGAI HUKUM
 UNSUR-UNSURNYA: HARUS TERDAPAT
SUATU KEBIASAN YANG BERSIFAT UMUM
(UNSUR MATERIAL) DAN KEBIASAAN ITU
HARUS DITERIMA SEBAGAI HUKUM (UNSUR
PSIKOLOGIS)
KEBIASAN YANG BERSIFAT
UMUM
 KEBIASAAN: SUATU POLA TINDAK
YANG BERLANGSUNG LAMA DAN
MERUPAKAN TNDAKAN YANG SERUPA
MENGENAI HAL DAN KEADAAN YANG
SERUPA
 BERSIFAT UMUM: TINDAKAN YANG
DILAKUKAN OLEH MASYARAKAT LUAS
KEBIASAAN ITU HARUS
DITERIMA SEBAGAI HUKUM
 MASYARAKAT MERASAKAN SEBAGAI
SURUHAN KAIDAH/KEWAJIBAN HUKUM
(OPINIOJURIS SIVE NECESSITATIS)
 PASAL 15 AB: KEBIASAAN TIDAKLAH
MENIMBULKAN HUKUM, HANYA KALAU
UNDANG-UNDANG MENUNJUK PADA
KEBIASAAN UNTUK DIBERLAKUKAN
KEPUTUSAN HAKIM
(JURISPRUDENSI)
 JURISPRUDENSI: KEPUTUSAN HAKIM
TERDAHULU YANG SERING DIIKUTI DAN
DIJADIKAN DASAR KEPUTUSAN OLEH HAKIM
KEMUDIAN MENGENAI MASALAH YANG SAMA
 PASAL 22 AB: SEORANG HAKIM MEMPUNYAI
HAK MEMBUAT PERATURAN SENDIRI
UNTUKMENYELESAIKAN SUATU PERKARA
(JIKA UU ATAU KEBIASAAN TIDAK
MEMBERIKAN PERATURAN YANG DAPAT
DIPAKAI UNTUK MENYELESAIKAN PERKARA)
TRAKTAT (TREATY)
 PERJANJIAN ANTAR SUBJEK HUKUM
INTERNASIONAL (PERJANJIAN
INTERNASIONAL)
 JIKA SUATU NEGARA TERIKAT PADA
PERJANJIAN INTERNASIONAL MAKA
PERJNAJIAN INTERNASIONAL INI
MENGIKAT BAGI WARGA NEGARA DARI
NEGARA YANG BERSANGKUTAN
PENDAPAT SARJANA HUKUM
 PENDAPAT PARA SARJANA HUKUM
YANG TERKEMUKA
 HAKIM DALAM PUTUSANNYA DAPAT
MENETAPKAN SEBAGAI DASAR
PUTUSANNYA PENDAPAT SEORANG
ATAU BEBERAPA ORANG SARJANA
HUKUM
MAZHAB-MAZHAB ILMU
PENGETAHUAN HUKUM
 DARI MANA HUKUM ITU ?
 MENGAPA ORANG HARUS MENTAATI
HUKUM ?
 MENGAPA HUKUM ITU MENGIKAT BAGI
SETIAP ORANG ?
 BEBERAPA PERTANYAAN INI MENIMBULKAN
BEBERAPA TEORI DAN MAZHAB DALAM ILMU
PENGETAHUAN HUKUM
MAZHAB-MAZHAB ILMU
PENGETAHUAN HUKUM
 MAZHAB HUKUM ALAM
 MAZHAB SEJARAH
 MAZHAB TEOKASI
 MAZHAB KEDAULATAN RAKYAT
 MAZHAB KEDAULATAN NEGARA
 MAZHAB KEDAULATAN HUKUM
 ASAS KESEIMBANGAN
MAZHAB HUKUM ALAM
 ARISTOTELES: ADA 2 MACAM HUKUM,
YAITU: HUKUM YANG BERLAKU KARENA
PENETAPAN PENGUASA NEGARA DAN HUKUM
YANG TIDAK TERGANTUNG DARI
PANDANGAN MANUSIA, HUKUM YANG ASLI
 PENDAPAT ORANG TENTANG KEADILAN
TIDAK SAMA, SEAKAN-AKAN TIDAK ADA
HUKUM ALAM YANG ASLI.
 HUKUM ALAM BERLAKU PADA ZAMAN APA
SAJA DAN BERLAKU DIMANA-MANA KARENA
SELARAS DENGAN KODRAT ALAM
 ARISTOTELES: HUKUMALAM ADALAH HUKUM
YANG OLEH ORANG-ORANG BERPIKIRAN
SEHAT DIRASAKAN SEBAGAI SELARAS
DENGAN KODRAT ALAM
 SUBEKTI: MENURUT KODRAT ALAM TANGAN
KANAN LEBIH KUAT DARI TANGAN KANAN,
NAMUN ADA JUGA ORANG LAIN YANG
MEMPUNYAI SEBALIKNYA
 THOMAS AQUINO: SEGALA KEJADIAN DI
ALAM INI DIPERINTAH OLEH SUATU
UNDANG-UNDANG ABADI (LEX ETERNA)
YANG MENJADI DASAR KEKUATAN DARI
SEMUA PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN LAINNYA
 LEX ETERNA ADALAH KEHENDAK DAN
PIKIRAN TUHAN. SEDANG MANUSIA
DIBERI KEMAMPUAN BERPIKIR UNTUK
MEMBEDAKAN MANA YANG BAIK DAN
BURUK
 BERBAGAI PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN YANG LANGSUNG BERASAL
DARI LEX ETERNA DINAMAKAN HUKUM
ALAM (LEX NATURALIS)
 HUKUM ALAM MEMPUNYAI KEKUATAN
MUTLAK, BERLAKU DIMANA-MANA DAN
TIDAK BERUBAH SEPANJANG ZAMAN
HUGO de GROOT
 YANG MENSEKULERKAN TEORI HUKUM
ALAM
 HUKUM ALAM ADALAH HUKUM YANG
DIDASARKAN PADA KODRAT MANUSIA
SEBAGAI MAKHLUK YANG BERAKAL
MAZHAB SEJARAH
 TIMBUL SEBAGAI REAKSI ATAS
MAZHAB HUKUM ALAM
 VON SAVIGNY: HUKUM ITU HARUS
DIPANDANG SEBAGAI SUATU
PENJELMAAN DARI JIWA SUATU
BANGSA. DENGAN DEMIKIAN HUKUM
ITU SELALU BEHUBUNGAN DENGAN
KEPRIBADIAN SUATU BANGSA
TEORI TEOKRASI
 MENDASARKAN BERLAKUNYA HUKUM ATAS
KEHENDAK TUHAN
 HUKUM BERASAL DARI TUHAN, MANUSIA
DIPERINTAHKAN TUHAN UNTUK TUNDUK
PADA HUKUM
 PENGUASA DIANGGAP SEBAGAI WAKIL
TUHAN. OLEH KARENA ITU PENGUASA
DAPAT MENETAPKAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN
TEORI KEDAULATAN RAKYAT
 ZAMAN RENAISSANCE: BERKEMBANG
ALIRAN RASIONALISME YANG
MENYATAKAN DASAR HUKUM ITU
ADALAH AKAL/RASIO MANUSIA
 PENGUASA MEMPEROLEH KEKUASAAN
BERASAL DARI RAKYAT (BERDASARKAN
PERJANJIAN PENGUASA DENGAN
RAKYAT)
 SELANJUTNYA TEORI INI BERKEMBANG
 JEAN JASQUE ROUSSEAU: TEORI
KEDAULATAN RAKYAT (TEORI PERJANJIAN
MASYARAKAT) YANG MENYATAKAN BAHWA
DASAR BERDIRINYA SUATU NEGARA ADALAH
PERJANJIAN MASYARAKAT (CONTRACT
SOSIAL) YANG DILAKUKAN ANTARA
MASYARAKAT
 NEGARA BERSANDARKAN PADA KEMAUAN
RAKYAT. DENGAN DEMIKIAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN MERUPAKAN
PENJELMAAN KEMAUAN RAKYAT
 HUKUM MERUPAKAN KEMAUAN MASYARAKAT
YANG DISERAHKAN KEPADA NEGARA UNTUK
MELAKSANAKANNYA
TEORI KEDAULATAN NEGARA
 HUKUM DITAATI KARENA NEGARA YANG
MENGHENDAKINYA (KEHENDAK NEGARA).
JADI BUKAN KEMAUAN RAKYAT
 NEGARA MEMPUNYAI KEKUASAAN YANG
TIDAK TERBATAS
 HANS KELSEN:HUKUM MERUPAKAN
KEHENDAK NEGARA. MANUSIA PATUH PADA
HUKUM KARENA MERUPAKAN PERINTAH
NEGARA
TEORI KEDAULATAN HUKUM
 H. KRABBE: SUMBER HUKUM ADALAH
KEADILAN. SUATU PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN HARUS MEMENUHI RASA
KEADILAN SECARA UMUM
 JIKA TIDAK MEMENUHI RASA KEADILAN
SECARA UMUM TIDAK DINAMAKAN HUKUM.
WALAUPUN DITAATI ATAU DIPAKSAKAN
 RASA ADIL ITU TERDAPAT DALAM PERASAAN
HUKUM MASYARAKAT UMUM: KESADARAN
HUKUM MASYARAKAT
ASAS KESEIMBANGAN
 KRANENBURG: KESADARAN HUKUM
MERUPAKAN SUMBER HUKUM. HUKUM
BERFUNGSI MENURUT SUATU DALIL YANG
NYATA (RIIL)
 DALIL YANG RIIL YANG MENJADI DASAR
BERFUNGSINYA KESADARAN HUKUM
ADALAH BAHWA SETIAP ORANG MENDAPAT
KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN SUDAH
DITETAPKAN TERLEBIH DAHULU
 SEDANGKAN YANG TIDAK DITETAPKAN
TERLEBIH DAHULU ADALAH SETIAP
ANGGOTA MASYARAKAT SEDERAJAT DI
MATA HUKUM
 ASAS KESEIMBANGAN INI BERLAKU DI
MANA-MANA DAN PADA WAKTU
APAPUN
PEMBIDANGAN/KLASIFIKASI
ILMU PENGETAHUAN HUKUM
 KODIFIKASI: PEMBUKUAN JENIS-JENIS
HUKUM TERTENTU DALAM KITAB UNDANG-
UNDANG SECARA SISTEMATIS DAN LENGKAP
 UNSUR-UNSURNYA: (1)JENIS HUKUM
TERTENTU, (2) SISTEMATIS, (3) LENGKAP
 TUJUAN: KEPASTIAN HUKUM,
PENYEDERHANAAN HUKUM, DAN KESATUAN
HUKUM
CONTOH KODIFIKASI
 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM SIPIL
(1 MEI 1848)
 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM
DAGANG (1 MEI 1848)
 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM
PIDANA (1 JANUARI 1948)
PEMBAGIAN/KLASIFIKASI
HUKUM
 BENTUK HUKUM
 SUMBER HUKUM
 TEMPAT BERLAKUNYA
 WAKTU BERLAKUNYA
 CARA MEMPERTAHANKAN HUKUM
 SIFAT HUKUM
 WUJUD HUKUM
 ISI HUKUM
KLASIFIKASI HUKUM
MENURUT BENTUK
 (1) HUKUM TERTULIS (WRITTEN LAW):
HUKUM YANG DICANTUMKAN DALAM
BERBAGAI PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN
 (2) HUKUM TIDAK TERTULIS
(UNWRITTEN LAW): HUKUM YANG
MASIH HIDUP DALAM KEYAKINAN
MASYARAKAT DAN TIDAK TERTULIS
KLASIFIKASI HUKUM
MENURUT SUMBER HUKUM
 HUKUM UU: HUKUM YANG TERCANTUM
DALAM PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN
 HUKUM KEBIASAAN: HUKUM YANG
TERLETAK PADA PERATURAN
KEBIASAAN(ADAT)
 HUKUM TRAKTAT: HUKUM YANG
DITETAPKAN DALAM PERJANJIAN
INTERNASIONAL
 HUKUM JURISPRUDENSI: HUKUM YANG
TERBENTUK KARENA KEPUTUSAN HAKIM
KLASIFIKASI HUKUM MENURUT
TEMPAT BERLAKUNYA
 HUKUM NASIONAL
 HUKUM INTERNASIONAL
KLASIFIKASI HUKUM
MENURUT WAKTU BERLAKU
 IUS CONSTITUTUM (HUKUM POSITIP)/ TATA
HUKUM: HUKUM YANG BERLAKU SEKARANG
DALAM SUATU MASYARAKAT TERTENTU
DALAM SUATU DAERAH TERTENTU
 IUS CONSTITUENDUM: HUKUM YANG
DIHARAPKAN BERLAKU PADA WAKTU YANG
AKAN DATANG
 HUKUM ASASI (HUKUM ALAM): HUKUM YANG
BERLAKU DIMANA-MANA DAN ABADI
KLASIFIKASI HUKUM MENURUT
CARA MEMPERTAHANKAN
 HUKUM MATERIAL: HUKUM YANG MEMUAT
KETENTUAN YANG MENGATUR DAN
MEMAKSA YANG BERWUJUD PERINTAH DAN
LARANGAN
 HUKUM FORMIL (HUKUM PROSES/ ACARA):
HUKUM YANG MEMUAT KETENTUAN YANG
MENGATUR CARA-CARA MELAKSANAKAN
DAN MEMPERTAHANKAN HUKUM MATERIL/
CARA MENGAJUKAN SUATU PERKARA DAN
CARA-CARA HAKIM MEMBERI KEPUTUSAN
KLASIFIKASI HUKUM
MENURUT SIFAT
 HUKUM YANG MEMAKSA: HUKUM YANG
DALAM KEADAAN BAGAIMANAPUN JUGA
HARUS DAN MEMPUNYAI PAKSAAN MUTLAK
 HUKUM YANG MENGATUR: HUKUM YANG
DAPAT DIKESAMPINGKAN JIKA PARA PIHAK
TELAH MEMBUAT PERATURAN SENDIRI
DALAM SUATU PERJANJIAN
KLASIFIKASI HUKUM
MENURUT WUJUDNYA
 HUKUM OBYEKTIP: HUKUM DALAM
SUATU NEGARA YANG BERLAKU UMUM
 HUKUM SUBYEKTIP: HUKUM YANG
TIMBUL DARI HUKUM OBYEKTIP DAN
BERLAKU TERHADAP ORANG
TERTENTU ATAU LEBIH
 PEMBAGIAN INI JARANG
DIPERGUNAKAN
KLASIFIKASI HUKUM
MENURUT ISINYA
 HUKUM PRIVAT (HUKUM SIPIL): HUKUM
YANG MENGATUR HUBUNGAN ANTAR
ORANGYANG SATU DENGAN ORANG LAIN/
HUKUM YANG MENGATUR KEPENTINGAN
PERSEORANGAN
 HUKUM PUBLIK (HUKUM NEGARA): HUKUM
YANG MENGATUR HUBUNGAN NEGARA
DENGAN ALAT-ALAT PERLENGKAPAN
NEGARA/ HUBUNGAN NEGARA DENGAN
PERSEORANGAN
HUKUM SIPIL
 HUKUM SIPIL DALAM ARTI SEMPIT:
HUKUM PERDATA
 HUKUM SIPIL DALAM ARTI LUAS:
HUKUM PERDATA DAN HUKUM
DAGANG
HUKUM PUBLIK
 HTN
 HAN
 H PIDANA
 HI