Oleh:
[*]
NIM. [*]
2021
LATAR BELAKANG
• UU 4/1996 sama sekali tidak mengenal sistem HT elektronik dan tidak mengenal penggunaan dokumen
elektronik dalam pelayanan HT, yang dikenal dalam UUHT adalah sistem HT manual dan dengan
menggunakan dokumen fisik.
• Namun demikian, Permen ATR 5/2020 menegaskan bahwa pelayanan HT dilaksanakan secara elektronik
melalui Sistem HT-el dengan mempertimbangan peningkatan pelayanan, ketepatan waktu, kecepatan,
kemudahan dan keterjangkauan dalam rangka pelayanan publik, serta untuk menyesuaikan perkembangan
hukum, teknologi dan kebutuhan masyarakat maka perlu memanfaatkan teknolgi informasi agar prosedur
pelayanan HT dapat terintegrasi secara elektronik sehingga menjadi lebih efektif dan efisien.
• Dengan adanya ketentuan tersebut, PPAT wajib menyatakan pertanggungjawaban atas keabsahan dan
kebenaran dokumen, namun disisi lain PPAT tidak diberikan akses terhadap sertipikat HT. Hal ini seolah-olah
penyimpangan dari asas keterbukaan informasi mengingat PPAT adalah pihak yang terlibat didalamnya maka
PPAT juga berhak untuk mengecek proses sertifikat HT.
• Penelitian ini akan menganalisa peralihan sistem pendaftaran HT manual/konvensional menjadi HT-el dalam
kerangka UU ITE dan peran PPAT dalam pendaftaran HT-el.
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana perbandingan peran Notaris/PPAT dalam proses pendaftaran HT secara konvensional dengan
HT-el?
2. Bagaimana kekuatan eksekutorial sertipikat HT-el yang di terbitkan melalui sistem elektronik menurut
Tujuan Manfaat
1. agar dapat menganalisis perbandingan peran 1. Manfaat secara teoritis, penelitian ini dapat dijadikan
Notaris/PPAT dalam proses pendaftaran HT secara bahan kajian ataupun bahan masukan pengembangan
ilmu pengetahuan di bidang ilmu kenotariatan
konvensional dengan HT-el; khususnya tentang HT dan meningkatkan kapasitas
Notaris/PPAT khususnya dalam bidang pendaftaran
2. agar dapat menganalisis kekuatan eksekutorial
hak tanggungan.
sertipikat HT-el yang di terbitkan melalui sistem
elektronik menurut Permen ATR 5/2020; dan 2. Manfaat secara praktis, dengan penelitian ini
diharapkan dapat memberikan masukan yang sangat
3. agar dapat menganalisis relevansi sertipikat HT-el berharga bagi Notaris/PPAT dalam menerapkan
ditinjau dari UU HT dan UU ITE. pendaftaran HT melalui sistem elektronik.
TEORI KEPASTIAN HUKUM
menganalisa sistem ht-el telah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku
khususnya dari sudut pandang hukum ite.
TEORI KEWENANGAN
menganalisa kewenangan yang diberikan uu
kepada notaris untuk melaksanakan pendaftaran
KERANGKA TEORI ht-el.
• Jenis pelayanan HT-el yang dapat diajukan melalui sistem HT-el meliputi pendaftaran HT, peralihan
HT, perubahan nama kreditor, penghapusan HT dan perbaikan data.
• Pelayanan HT-el didasarkan pada setidaknya 2 (dua) kategori peraturan perundang-undangan yaitu:
(a) pelayanan HT dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
mengatur mengenai standar pelayanan dan pengaturan pertanahan di lingkungan KEMENTERIAN
ATR/BPN; (b) sistem HT-el tunduk pada ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai
penyelenggaraan sistem dan transaksi elektronik.
2. Kekuatan eksekutorial Sertipikat HT-el merujuk pada ketentuan Pasal 14 UU HT yang mewajibkan adanya irah-irah DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA",
untuk memberikan kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum tetap . Didalam Sertipikat HT-el pula memuat jumlah utang, Akta PPAT
yang menjadi dasar syarat-syarat kewajiban pembayaran utang. Dengan adanya hal-hal pokok tersebut maka Sertipikat HT-el memiliki kekuatan eksekutorial; dan
3. Relevansi Sertipikat HT-el dengan UU ITE terlihat dari ketentuan hukum yang mendasari penyelenggaraan sistem HT-el. Pelayanan HT-el yang dilaksanakan oleh Kementerian ATR/BPN merupakan
wujud Penyelenggara Sistem Elektronik Lingkup Publik. Meskipun dalam UUHT tidak secara eksplisit mengatur terkait pelayanan pemberian HT secara elektronik, namun demikian pelaksanaan
Sistem HT-el tunduk pada ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai penyelenggaraan sistem dan transaksi elektronik yaitu UU ITE. Selain itu, UU ITE menjadi dasar keberlakuan
Sertipikat HT-el menjadi tanda bukti HT yang sah dimata hukum serta dapat digunakan sebagai alat bukti dalam persidangan.
SARAN
1. Diperlukan harmonisasi peraturan perundang-undangan khususnya UUHT yang menekankan dan membuka ruang terhadap pelaksanaan pelayanan HT melalui sistem elektronik sehingga memiliki
dasar hukum yang kuat berdasarkan undang-undang yang memayunginya;
2. Kementerian ATR/BPN wajib membentuk pengawas dan/atau badan teknis untuk mengawasi dan menjamin pelaksanaan sistem HT- el sesuai dengan teknis yang telah diatur dalam UU ITE dan
peraturan turunannya; dan
3. Kementerian ATR/BPN memerlukan penyelarasan data sekaligus penyempurnaan pengadministrasian secara elektronik khususnya validiasi bidang fisik dan validasi sertipikat hak atas tanah
sehingga semakin memudahkan pelayanan sistem HT-el.
TERIMAKASIH