Anda di halaman 1dari 113

Sistem

Perkemihan
• Sistem urinari/perkemihan adalah
sistem organ yang memproduksi,
menyimpan, dan mengalirkan urin.
• Pada manusia, sistem ini terdiri dari dua
ginjal, dua ureter, kandung kemih, dua otot
sphincter, dan uretra.
Fungsi Sistem Genitourinaria
• Menjaga keseimbangan cairan
• Menjaga keseimbangan garam-garam
• Menjaga pH
• Ekskresi sampah-sampah metabolit
BAGIAN-BAGIAN SISTEM PERKEMIHAN

• GINJAL/ RENAL
• URETER
• VESICA URINARIA/ KANDUNG KEMIH
• URETRA
Ginjal

• Merupakan sepasang organ berwarna


coklat kemerahan, letaknya
retroperitoneal setinggi T12-L3. Ginjal
kanan letaknya lebih rendah
– Panjang: 11cm
– Lebar: 6cm
– Diameter anteroposterior: 3cm
Anatomi Ginjal
• Bentuk = seperti kacang, dengan sisi
cekung menghadap ke medial.
• Ukuran = 11,5 cm (panjang) x 6 cm (lebar)
x 3,5 cm (tebal).
• Berat = 150 gr atau ± 0,4%BB.
• Letak = dinding posterior abdomen, di luar
rongga peritoneum, di sisi kanan & kiri
vertebra
• Kutup atas ginjal kanan setentang costa
12 sedangkan ginjal kiri setentang costa
11
• Pada sisi medial terdapat Hilum; sisi
medial ginjal tempat keluar masuk
pembuluh darah, saraf, limfe & ureter
• Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di
belakang perut atau abdomen. Ginjal ini terletak di
kanan dan kiri tulang belakang, di bawah hati dan limpa.
Di bagian atas (superior) ginjal terdapat kelenjar adrenal
(juga disebut kelenjar suprarenal).
• Ginjal bersifat retroperitoneal, yang berarti terletak di
belakang peritoneum yang melapisi rongga abdomen.
Kedua ginjal terletak di sekitar vertebra T12 hingga L3.
Ginjal kanan biasanya terletak sedikit di bawah ginjal kiri
untuk memberi tempat untuk hati.
• Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke
sebelas dan duabelas. Kedua ginjal dibungkus oleh dua
lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal)
yang membantu meredam goncangan.
Ginjal dilihat dari depan
Ginjal
• Terdiri atas 2 bagian:
– Korteks (luar): Terdapat kolumna renalis yang
membagi medula menjadi lobus-lobus
– Medulla (dalam): Mengalirkan urin dari
collecting duct -> pyramid -> calyx
• Terdapat hilus, yaitu tempat masuknya
A/V/N renalis dan keluarnya ureter
Ginjal dilihat dari belakang (tulang rusuk dihilangkan)
Structure of the Kidney
• Outer cortex:
– Contains
many
capillaries.
• Medulla:
– Renal
pyramids
separated by
renal columns.
– Pyramid
contains minor
calyces which
unite to form a
major calyx.
 Major calyces form renal pelvis.
 Renal pelvis collects urine.
 Transports urine to ureters.
Renal Blood Vessels
LAPISAN GINJAL
• SETIAP GINJAL TERBUNGKUS SELAPUT TIPIS
(KAPSULA RENALIS) BERUPA JARINGAN FIBRUS
BERWARNA UNGU TUA
• LAPISAN GINJAL TERBAGI ATAS :
- LAPISAN LUAR (YAITU LAPISAN KORTEKS /
SUBSTANTIA KORTEKALIS)
- LAPISAN DALAM (YAITU MEDULLA (SUBSTANTIA
MEDULLARIS)
NEFRON
- SATU GINJAL MENGANDUNG 1-4 JUTA NEFRON
- FUNGSINYA UTK PEMBENTUK URINE
- MEMILIKI SATU KOMPONEN VASKULAR DAN SATU
KOMPONEN TUBULAR

BAGIAN2 NEFRON
1. KAPSULA BOWMAN
2. GLOMERULUS
3. TUBULUS KONTORTUS PROKSIMAL
4. ANSA HENLE
5. TUBULUS KONTORTUS DISTAL
6. TUBULUS DAN DUKTUS PENGUMPUL
Nefron
• Unit fungsional ginjal ( ± 1,2 juta nefron 1 ginjal)
Cortical & Juxtamedullary Nephron

• Glomerulus di bagian • Di bgn dlm cortex dkt


luar cortex medulla
• Jumlah 70-80 % • 20-30%
• Loop of henle pendek • Panjang
• Bentuk kapiler • Vasa recta
peritubuler network
Fungsi Ginjal

• Ekskresi sisa hasil metabolisme & bahan


kimiawi asing
• Regulasi keseimbangan air & elektrolit
• Regulasi osmolalitas cairan tubuh & konsentrasi
elektrolit
• Regulasi tekanan darah
• Regulasi keseimbangan asam basa
• Mensekresikan hormon
• Gluconeogenesis
Proses dasar pembentukan urin
• Filtrasi; Filtrasi plasma darah bebas
protein ke dalam kapsula Bowman
• Reabsorpsi; Penyerapan kembali bahan2
yg masih dibutuhkan oleh kapiler
peritubuler
• Sekresi; Pembuangan bahan2 yg tidak
dibutuhkan untuk dikeluarkan
Filtrasi Glomerulus
• Komposisi filtrat sama dengan plasma
tanpa protein dan bahan-bahan seluler
seperti eritrosit
• Konsentrasi juga sama dengan plasma
kecuali dengan sedikit kalsium dan asam
lemak oleh karena sebagian berikatan
dengan protein plasma
Laju Filtrasi Glomerulus
• Sekitar 20% dari renal plasma flow
• Nilai GFR ditentukan oleh: (1) keseimbangan
antara tekanan hidrostatis dan osmotik (2)
filtration coefficient kapiler (Kf) yaitu
permeabilitas dan area permukaan filtrasi
• GFR normal 125 ml/min, atau 180 L/day.
• Filtration fraction: fraksi renal plasma flow yang
mengalami filtrasi sekitar 0,2
• Filtration fraction = GFR/Renal plasma flow
• GFR = Kf \ Net filtration pressure atau
• GFR = Kf \ (PG – PB – pG + pB)
Cara pengukuran LFG dengan
metode clearance
• Inulin clearance merupakan suatu
polisakarida dgn BM 5200, bersifat
mengalami filtrasi dan tidak mengalami
reabsorpsi dan sekresi sehingga didapat:
• U.Vinulin = GFR.Pinulin
 GFR = U.Vinulin / Pinulin
• Clearance Creatinine, merupakan hasil
metabolisme otot dan dikeluarkan dari
tubuh melalui proses filtrasi
Creatinine Cleareance =
Ucreatinine.Vcreatinine / Pcreatinine
• Clearance PAH = Renal Plasma Flow ok
PAH mengalami proses sekresi
seluruhnya sehingga yang dijumpai di
plasma akan sama dengan yang
diekskresikan
RPF = ClearancePAH = UPAH.V / PPAH
Autoregulasi GFR dan RBF
Reabsorpsi Filtrat
Mekanisme urine yang :
• Encer :
Banyak minum  Vol. ECF   Sekresi
ADH   Reabsorbsi air   Urine encer
• Pekat
Sedikit minum  Vol. ECF   Sekresi
ADH   Reabsorbsi air   Urine Pekat
Diuretik
• Suatu bahan yg meningkatkan laju
pengeluaran volume urin
Ureter
• Merupakan saluran yang menghubungkan ginjal
ke kandung kemih, yang merupakan lanjutan
renal pelvis.
• Panjang 10-12 inchi.
• Ureter memasuki kandung kemih melalui bagian
posterior dengan cara menembus otot detrusor
di daerah trigonum kandung kemih
• Dinding ureter terdiri dari otot polos & dipersarafi
oleh saraf simpatis & parasimpatis.
• Kontraksi peristaltik pada ureter ditingkatkan
oleh perangsangan parasimpatis & dihambat
oleh perangsangan simpatis.
• Peristalsis dibantu gaya gravitasi akan
memindahkan urine dari ureter ke kandung
kemih.
Vesica Urinaria
• Berfungsi menampung/menyimpan urine
sementara.
• Terdiri atas :
1. Badan (corpus) = bagian utama kandung
kemih dimana urine terkumpul.
2. Leher (kollum) = lanjutan dari badan yang
berbentk corong, berjalan secara inferior dan
anterior ke dalam daerah segitiga urogenital &
berhubungan dengan urethra.
Dinding kandung kemih :
• 3 lapisan otot polos (detrusor muscle)
• Mucosa : ‘transitional epithellium’
• Dinding : tebal & berlipat saat kandung
kemih kosong.

 Trigone – tiga pembukaan :


1.Dua dari ureter

2.Satu ke urethra
Persarafan

• Saraf sensorik = regangan dinding


kandung kemih → refleks berkemih.
• Saraf motorik = parasimpatis → berakhir
pada sel ganglion yang terletak dalam
dinding kandung kemih untuk mensarafi
otot detrusor.
Urethra
• Saluran berdinding tipis yang
memindahkan urine dari kandung kemih
ke luar tubuh degan gerak peristalsis.
• Panjang : pria=8 inchi, wanita=1½ inchi.
• Pengeluaran urine diatur oleh dua katup
(sphincters)
– Internal urethral sphincter (tanpa
sadari/involuntary)
– External urethral sphincter
(disadari/voluntary)
Berkemih
• Berkemih adalah proses pengosongan
kandung kemih ketika terisi
• Peristiwa ini melibatkan 2 tahapan:
• Pertama, kandung kemih terisi secara
progresif sampai dindingnya meregang di
atas ambang, hal ini mengakibatkan
langkah kedua yaitu suatu refleks saraf
yang disebut refleks berkemih untuk
mengosongkan kandung kemih
MICTURITION REFLEX
Bladder fills

+
Stretch receptors

Spinal Cord
+
Parasympathetic
nerve

Internal urethral
Bladder contracts
sphincter opens

Only the external urethral sphincter is controlled voluntarily


Pengaruh pusat yang lebih tinggi
terhadap refleks berekmih
• Pusat yg lebih tinggi menjaga refleks berkemih
dihambat kecuali jika ingin berkemih diinginkan
• Pusat yg lebih tinggi dapat mencegah berkemih
meskipun refleks berkemih terjadi, melalui
kontraksi tonus sphincter ekstena secara
kontinu hingga waktu yang diinginkan
• Jika tiba waktu berkemih, pusat korteks dapat
memfasilitasi pusat berkemih sakralis untuk
membantu memunculkan refleks berkemih
KELAINAN PADA SISTEM
GENITOURINARIUS
• NYERI
• KELUHAN MIKSI
• HEMATURIA
• PNEUMATURIA
• HEMATOSPERMIA
• CLOUDY URINE
• KELUHAN PADA SKROTUM
• DISFUNGSI SEKSUAL
1. NYERI
• Definisi : pengalaman sensorik dan
emosional yang tidak menyanangkan
akibat kerusakan jaringan.
• Nyeri pada organ genitourinaria dapat
berupa nyeri lokal  kelainan ginjal
(terasa di CVA)
referred pain  kolik ureter (terasa hingga
ke inguinal, testis, dan tungkai bawah)
• Nyeri ginjal
– Akibat regangan kapsul ginjal
– Terjadi pada : edema, obstruksi saluran, tumor
• Nyeri kolik
– Akibat spasme otot polos ureter gerakan
peristaltiknya terhambat oleh batu, bekuan darah,
benda asing
– Sangat nyeri dan hilang timbul sesuai gerak
peristaltik ureter
– Lokasi terutama pada CVA dan menjalar ke regia
inguinal dan dinding depan abdomen
– Dapat diikuti dengan mual muntah
• Nyeri vesika
– Akibat overdistensi buli-buli (retensi urin,
inflamasi)
– Terasa sebagai perasaan kurang nyaman di
daerah suprapubik, muncul episodik saat
terisi penuh dan berkurang saat setelah miksi
• Nyeri prostat
– Akibat inflamasi yang menyebabkan edema
kelenjar prostat dan distensi kapsul prostat
– Nyeri di abdomen bawah, perineal,
lumbosakral, rektum,
– Kadang diikuti keluhan miksi
• Nyeri testis / epididimis
– Akibat inflamasi akut yang menyebabkan
peregangan kapsul
– Sangat nyeri, dapat menjalar ke daerah abdomen
• Nyeri penis
– Saat flaksid atau tidak ereksi
• Dapat berupa referred pain dari inflamasi mukosa buli-
buli atau uretra
• Atau akibat radang prepusium / glands penis yang
terasa di ujung penis
– Saat ereksi
• Penyakit peyronie atau penyakit priapismus
2. Keluhan miksi
• Lower urinary tract symptoms
– Gejala iritasi
• Urgensi
• Polakisuria
• Nokturia
• disuria
– Gejala obstruksi
• Obstruksi infravesika
• Obstruksi uretra
• Inkontinensia urin
• Gejala iritasi
– Urgensi : rasa sangat ingin kencing sehingga
terasa sakit
Akibat inflamasi yang menyebabkan hiperaktivitas,
benda asing di dalam buli-buli, obstruksi infra
vesika, kelainan nerogen.
– Polakisuria : frekuensi berkemih lebih dari normal
akibat
produksi urin berlebihan (poliuria) : DM, asupan>>
kapasitas buli-buli berkurang : obstruksi, benda
asing
– Nokturia : polakisuria yang terjadi pada
malam hari
dipengaruhi oleh asupan cairan berlebih,
konsumsi alkohol dan kopi, posisi, usia tua
– Disuria : nyeri pada saat miksi terutama
daerah meatus uretra eksternus
akibat inflamasi buli-buli (akhir miksi) dan
uretra (awal miksi)
• Gejala obstruksi
– Infravesika
• Hesitansi : awal keluar urin lebih lama
• Mengejan saat mulai miksi
• Pancaran urin melemah
• Intermitensi
• Terasa masih ada sisa urin di akhir miksi
• Menetes di akhir miksi (terminal dribbling)
– Uretra
• Pancaran kecil, deras
• Bercabang, kadang berputar
• Inkontinensia urin
– Yaitu tidak mampu menahan urin yang keluar dari
buli-buli
– Jenis:
• Paradoksa (overflow)
urin keluar saat buli-buli penuh, pada obstruksi
infravesika
• Stress
urin keluar saat tekanan abdomen meningkat, pada
kelemahan otot panggul
• Urge
urin keluar saat ada keinginan, pada kelainan nerogen
• Continuous / true
urin keluar selalu, pada kerusakan sfingter eksterna
3. hematuria
• Definisi : terdapat darah dalam urin atau sel
darah merah
• Beda dengan bloody uretral discharge (tanpa
melalui proses miksi)
• Disebabkan oleh infeksi saluran kemih,
trauma, keganasan (tanpa nyeri).
• Jenis :
– Total
– Inisial
– terminal
4. Penumaturia : miksi bercampur udara
terjadi pada fistula antar buli-buli dengan
usus atau fermentasi glukosa  CO2
pada penderita DM
5. Hematospermia : terdapat darah dalam
semen
akibat kelainan pada kelenjar prostat dan
vesikula seminalis
6. Cloudy urin : urin keruh dan bau busuk
terdapat pada infeksi saluran kemih
SPESIFIK

TRAK.URINARIUS
NON SPESIFIK

- Ginjal

INFEKSI - Ureter
- Buli

- Urethra

TRAK. GENITALIS - Prostat


- Epididymis
- Testis
INFEKSI NON SPESIFIK
Akut
• GINJAL - Pielonefritis
Kronis
- Abses ginjal
- Abses perirenal
- Interstitial nephritis
• URETER - Ureteritis
• BULI - Sistitis - Akut
- Berulang
• URETHRA - urethritis - Akut
- kronis
PIELONEFRITIS AKUT
• Infeksi pada parenkim & pelvis ginjal
• Etiologi : E coli, Proteus, Klebsiella, Strept, Fecalis.
Patogenesis
• Umumnya infeksi “ascending”
• Jarang hematogen atau limfogen
Temuan Klinis
• Gejala-gejala - demam & menggigil tiba-tiba
- nyeri menetap pada pinggang
- sistitis (frekwensi, nokturia,
urgensi & disuri)
- malaise, mual, muntah, diare.
• Tanda-tanda - tampak sakit
- demam (38,5°- 40°C)
- takikardia (90x/i - 140x/i)
- nyeri ketok pada pinggang
- ginjal sukar diraba
- distensi abdomen
- paralitik ileus
• Laboratorium
- Leukositosis, BSR 
- Urin : keruh, piuria, bakteriuria, proteinuria kadang-
kadang hematuria.
- Fungsi ginjal : normal
• Radiologis
* BNO - bayangan ginjal tidak jelas
- batu ginjal
* IVP - ginjal membesar
- neprogram ber (-)
• Diagnosis banding
- Pankreatitis
- Basal pneumonia
- Appendisitis, Cholesistitis
- PID
• Komplikasi
- Septikemi
• Pengobatan
- Segera buat kultur urin dan darah
- Antibiotik : - Aminoglikosid + Ampisilin  IV
selama 1 minggu  disambung AB sesuai
kultur.
- Bed rest
- Analgenik / Antipiretik.
ABSES GINJAL
• Etiologi : Penyebaran S aureus secara hematogen.
Tersering infeksi dari kulit
• Sering pada penderita D.M.
• Pada anak-anak  Gram negatif, sebagai
komplikasi vesikoureteral refluk.
Temuan Klinis
• Gejala-gejala :
- tiba-tiba menggigil, demam
- nyeri pada sudut kostovertebral
- bila abses sudah berhubungan dengan sistem
kolekting  timbul gejala iritasi buli.
• Tanda-tanda
- Nyeri tekan pada pinggang
- Kadang-kadang teraba masa
- Kulit : eritema & edema
• Laboratorium
- Lekositosis (Shift to the left)
- bila belum berhubungan dengan sistem
kolekting  piuria (-), bacteriuria (-)
- Pada Medullary absces  piuria (+), bakteriuria
(+) & kultur (+) pada urin & darah
- Glukosuri & hiperglikemi  D.M.
• Radiologi

- BNO : bayangan ginjal membesar


perselubungan (+)
m.psoas (-)
batu
- IVP : abses pada kortek  “ Space occupying
lesion”
- USG  masa kistik
- CT Scan
• Terapi

- Pada stadium awal  AB


- Stafilokok  Penisilin yang resisten
terhadap
- laktamase
- Gram (-)  Aminoglikosida
- Drainase abses

• Komplikasi
- bacteremia
- sepsis
ABSES PERINEFRIK

- Terletak antara kapsul ginjal & fasia gerota


- Umumnya akibat ruptur abses intra renal
- Etiologi : bakteri coliform, & Pseudomonas, dan
Stafilokok.
• Temuan Klinis
Gejala-gejala
- demam, menggigil
- nyeri pada pinggang & perut
- malaise
- disuri
Tanda-tanda
- nyeri tekan pada sudut kostovertebral
- teraba masa
- kulit : eritema, edema
Laboratorium
- Lekositosis, BSR 
- Urin : kadang-kadang piuria (+), bakteriuri (+).
- Faal ginjal normal
Radiologi
- BNO : - Perselubungan, bay, psoas (-), skoliosis
- Batu
- IVP : fungsi terlambat
non fungsi  obstruksi urofati
ginjal terdorong
- Foto toraks : diafragma 
Terapi
- drainase
- AB
Komplikasi
- Sepsis
- Penekanan ureter  hidronefrosis
- Periureteritis
SISTITIS AKUT
• Etiologi : E coli (terbanyak), Staphylococcus
saprophyticus, Enterococcus
• Umumnya asal infeksi dari urethra
• Insidens : lebih sering pada wanita dari pada laki-
laki.
• Patologi :
Stad awal : mukosa hiperemis, edema.
Stad lanjut : mukosa rapuh, hemorrhgis, ulkus
dangkal yang berisi eksudat.
• Temuan Klinis
Gejala-gejala :
- freukwensi, disuri, urgensi, nokturi &
- rasa terbakar pada saat miksi
- urge incontinence, hematuri
- nyeri suprapubik & pinggang
- “ honeymoon cystitis”
• Tanda-tanda :
- nyeri ketok suprapubis
- vagina  - discharge
- VT  adnexa ?
- defisiensi estrogen  pucat
- urethra  tumor, karunkulae.
• Laboratorium
- Hemogram : lekositosis ringan
- Urinalisa : piuria, bakteriuria, hematuria
(mikro/gross)
- Kultur urine & tes sensitivitas
• Pielografi intravena
Indikasi - Th/ A.B  tidak membaik
- Sistitis tanpa piuria, gejala (+)
- Sistitis berulang
- Hematuria
• Sistoskopi & kalibrasi urethra
- Indikasi sistoskopi : hematuri, pada IVP  tidak
ditemukan kelainan pada traktus urinarius
bagian atas.
- Kalibrasi dengan bougie a boule  snapping 
stenosis
• Pengobatan
- A.B.  sesuai kultur
- Anticholinergic  Probanthine
- Urinary analgesic  Pyridium
- Stiktur/stenosis  dilatasi
- Karunkulae  ekstirpasi
URETHRITIS AKUT

• Etiologi
- Ascending : meatus, urethra distal
- Descending : traktus urinarius bagian atas buli
& prostat
- Penyebab
* N gonorrhoeae  terbanyak
* NGU : Chlamydia trachomatis, U urealyticum
• Patologi
- mukosa eritema, edema, eksudat purulen
- ulserasi
• Temuan klinis

Gejala-gejala :
- discharge pada urethra
- disuri
- gatal & rasa terbakar pada urethra
- Go  masa inkubasi  1-5 hari  discharge
purulent (seperti susu)
- NGU : masa inkubasi 5-21 hari  discharge
mukoid, disuri bisa (+)/(-)
Tanda-tanda :
- discharge (+)
- meatus urethra : merah, edematous
• Laboratorium
- Urin : lekosituria
- Gram -stained smear
* intracelluler gram (+) cocci  Go
* gram (+) cocci  tidak ditemukan NGU
- Kultur & tes sentivitas urin
• Komplikasi
- infeksi keatas : prostat, ductus ejaculatorius,
vesicula seminalis, vas deferens, epididymis &
buli.
- abses periurethral
- stricture urethra
• Terapi
1. Gonorrhea  infeksi non spesifik
2. NGU  sesuai hasil kultur.
• A.B. - Tetrasiklin 4x500 mg
- Doksisiklin 2x100 mg
- Minosiklin 2x100 mg
- Eritromisin 4x500 mg
- Tmp - sm
- lama terapi 7-14 hari
• Laki-laki : - pakai kondom
S/d sembuh
- abstinensia
• Terapi  sexual partner
INFEKSI TRAKTUS / ORGAN GENITALIS

• PROSTAT
* Prostatitis akut bakteriel
* Prostatitis kronis bakteriel
* Prostatitis non bakteriel
* Prostatodinia
• EPIDIDYMIS
* Epididymitis - akut
- kronis
• TESTIS
* Orchitis
PROSTATITIS
• Sukar disembuhkan  masalah rumit
• Prostat  sekretnya memiliki anti bakteriel
• Drach, fair, Meares & Stamey (1978) 
Klasifikasi Sindroma Prostatitis
1. Prostatitis akut bakteriel
2. Prostatitis kronis bakteriel
3. Prostatitis non bakteriel
4. Prostatodinia
PROSTATITIS AKUT BAKTERIEL
• Etiologi : E coli, Pseudomonas, Enterococcus.
• Patogenesis  route of infection
1. Infeksi asendens dari urethra
2. Refluks urin yang terinfeksi kedalam saluran
kelenjar prostat.
3. Invasi kuman dari rektum baik langsung
maupun limfogen
4. Infeksi hematogen
• Tanda- tanda & gejala klinis
- demam mendadak, menggigil
- nyeri pada perineum, pinggang
- urgensi, frekwensi, nokturi, disuri
- obstruksi bladder out let
- mialgia, arthralgia
- RT : Prostst membesar, lunak, indurasi, nyeri
• Laboratorium
- lekositosis
- piuria, mikroskopik hematiri, bakteriuri
- discharge purulent setelah R.T.
• Terapi

- A.B. - TMP-SM (160-800mg) 2x1


- Gentamisin
- Tobramisin

- Bed rest
- analgetik
- Bila retensi  kateter
- Massage Prostat  kontraindikasi
PROSTATITIS KRONIS BAKTERIEL
• Lanjutan Prostatitis akut yang tidak
tersembuhkan, kadang-kadang tanpa riwayat
akut.
• Gejala & tanda-tanda klinis
- bervariasi
- sebagian asymptomatik
- umumnya mengalami urgensi, frekwensi,
nokturi & disuri + nyeri perineal
- RT : Prostat bisa boggy, indurasi atau normal
- hematuri terminal, hemospermi & discharge
urethra kadang-kadang ditemukan
• Laboratorium
Pada yang kronis  sukar dibedakan dengan
prostatitis non bakteriel & prostatodinia  kultur
urin D/ pasti.
Cara pengambilan sampel urin (STAMEY)
4 macam spesimen
1. VB1 : 10 ml urin pertama
2. VB2 : 200 ml urin berikutnya  ambil 10ml
3. EPS : sekret prostat setelah massage
4. VB3 : 10 ml urin pertama setelah EPS
• VB3  kultur  bakteri (+) Prostatitis 
kultur (-)  Prostatitis non bakteriel atau
Prostatodinia
• Terapi
 sesuai hasil kultur
- A.B. yang sering digunakan sebelum kultur
selesai : Tmp-Sm, Minosiklin, Eritrosin
PROSTATITIS NONBAKTERIEL
• tersering
• penyebab tidak diketahui
• Tanda-tanda & gejala klinis
- sama dengan yang bakteriel
- tidak ada riwayat infeksi saluran kemih
• Laboratorium
EPS : - sel radang (+)
- bakteri (-)
• Terapi
 A.B. tidak efektif
- Simptomatik : Ibuprofen 3x400-600mg/hr
PROSTATODYNIA

• Syndroma Prostatitis (+), terutama nyeri


pada perineum
• tidak ada riwayat UTI sebelumnya
• EPS : bakteri (-)
• Urodinamik : voiding dysfunction
• Terapi
- Phenoxybenzamin 1 x 10-20mg
- Diazepam
EPIDIDYMITIS AKUT
• Etiologi
1. Urethritis : C. trachomatis, N gonorroeae 
sexually transmitted
2. Non sexually transmitted  Enterobacter,
pseudomonas.
• Gejala-gejala
- riwayat Prostatitis atau urethritis
- nyeri tiba-tiba pada scrotum yang menjalar ke
sepanjang spermatic cord & bahkan ke pinggang
- epididymis membengkak & nyeri
- demam
- scrotum bengkak, merah
- spermatic cord menebal
• Laboratorium
- Lekositosis
- Mid stream urin - direct smear  Gram
- kultur
• Diagnosa banding
- Torsio testis
- Tumor testis
- Tubercolous epididymitis  beading
- Mumps orchitis
• Terapi
- A.B
- Bed rest
- Support  me (-) nyeri
- Analgetik
ORCHITIS AKUT

• Etiologi
- Hematogen  Mumps orchitis  3 - 4 hari
setelah Parotitis
• Tanda-tanda & gejala klinis
- scrotum oedematous, erythema
- demam s/d 40°C
- Parotitis (+)
- Nyeri pada palpasi
- Testis membesar, sukar dibedakan dengan
epididymis
• Laboratorium
- Lekositosis
- Urinalisa : umumnya normal
• Komplikasi
- Gangguan spermatogenesis
• Terapi
- Bed rest
- Analgesik / Antipiretik
- Bila penyebab infeksi (+)  A.B.
- Kompres es
INFEKSI SPESIFIK

1. Tuberkulosis
- Ginjal dan ureter
- Buli
- Prostat & vesicula seminalis
- Epididymis & testis
2. Jamur - Actinomycosis
- Candidiasis
3. Schistosomiosis
4. Filariasis
5. Gonorrhea
GONORRHEA
• Primer infeksi urethra
• Penyebab : N gonorrhoeae
• Cara infeksi : Sexually transmitted
• tanda & gejala klinis
- discharge purulent  1-5 hari setelah kontak
- rasa terbakar, gatal pada saat miksi
- frekwensi, urgensi, nokturi
- meatus merah, edematous
- urethra menebal & nyeri tekan
- pharyngitis, proctitis  dicari
• Laboratorium
- direct smear  Gram staining Diplococcus (+)
- kultur urin  pada yang asimptomatik
• Komplikasi
- periurethritis  striktur
• Terapi
- P.P. 4,8 juta unit + 1 gr Probenecid
- Ampisillin 3,5 gr single dose
- Amoksilin 3 gr single dose
TUBERKULOSIS

• Dapat mengenai satu atau lebih organ


traktus urogenitalis
• Menyebabkan infeksi granulomatus
• Laki-laki > Wanita
• Etiologi : M tuberculosis
• Penyebaran hematogen dari paru
• Tempat infeksi primer sering asimptomatik
GINJAL
• TBC ginjal berkembang lambat  15-20 tahun
• Sebelum lesi mencapai kaliks / pelvis  tidak
ada gejala
• Bila sudah mengenai sistem kolekting  gejala-
gejala sistitis
TEMUAN KLINIS
TBC traktus urogenitalis harus dicurigai bila
ditemukan
1. Sistitis kronis yang tidak sembuh dengan terapi adekwat
2. Piuria steril
3. Hematuri mikro / gross
4. Epididymis membesar, nyeri (-) ; beaded (+)
5. Scrotal sinus yang kronis
6. Indurasi / nodul pada Prostat
Gejala & tanda klinis
- sering asimptomatik
- pegal-pegal pada pinggang
- ginjal tidak membesar
Laboratorium
- Piuria steril
- BTA urin  3x
- Kultur
• Radiologi
• Foto thoraks
• BNO-IVP
- Gambaran “moth-eaten” pada kaliks
- Obliterasi kaliks
- Dilatasi Kaliks  stenosis ureter
- Non Visualized  autonephrectomy
- Rongga abses yang berhubungan dengan kaliks
• Komplikasi
- Abses perinefrik
- Uremia
• Terapi
 Triple drugs
URETER
• Akibat infeksi descending dari ginjal
• Ureter menjadi fibrosis, memendek  menjadi
lurus, atau striktur
• Muara ureter  “golf hole”
• Akibat stenosis ureter  hidronefrosis 
autonefrektomi
• Striktur  tersering pada uretero - vesikal
• Radiologis
IVP  - gambaran striktur ureter  single atau
multiple
- dilatasi ureter
- ureter pendek, lurus
BULI
• Gejala awal  irritasi buli
Miksi terasa panas, frekwensi, nokturi hematuri
• Gejala lanjut 
- Ulserasi buli  nyeri suprapubis
- Contracted bladder  Frekwensi >> OK
kapasitas buli 
• Sistoskopi
- tuberkel (+)
 Biopsi
- Ulserasi (+)
- Contrakted bladder
• Sistogram
- Vesico ureteral reflux
Terapi
(1) Cycloserine + PAS + INH
(2) Cycloserine + Ethambutol + INH
(3) Rifampisin + Ethambutol + INH
Dosis
- Cycloserine 2x250mg/hr
- PAS 15gr/hr
- INH 300mg/hr
- Ethambutol 1200mg/hr
- Rifampisin 600mg/hr
• Lama terapi
Gow (1979)  6 bulan
• Bila terjadi “ contracted bladder “
 th/- Bladder augmentation
- Ileocytoplasty
- Sigmoidocystoplasty

Anda mungkin juga menyukai