Anda di halaman 1dari 16

FARMAKOTERAPI

II
ULKUS PEPTIKUM
DOSEN PENGAMPU:
Apt. Nur Asma S. Somadayo, S.Farm., M.Farm

KELOMPOK II
KELAS B
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FARMASI
UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE
2023
KELOMPOK II

Dessy Trisiani (09412111008)

Velsa Marella (09412111014)

Anjas Bimantoro (09412111034)

Eka Amelia Ilham (09412111036)

Muzdhalifa Ngoro (09412111048)

Nur Arizka Bahrudin (09412111058)

Tantri Alimin (09412111062)

Nanda Meutya (09412111070)


OUTLINE
TERAPI
FARMAKOLOGI

I.
(ALGORITMA
DEFENISI
V. TERAPI)

TERAPI NON

II. PATOFISIOLOGI VI. FARMAKOLOGI

ETIOLOGI & FAKTOR


III. RESIKO
VII STUDI KASUS

.
IV. MANIFESTASI KLINIS
DEFEN
ISI
Ulkus peptikum adalah kondisi rusaknya
jaringan mukosa, submukosa hingga lapisan
otot dari saluran cerna dan berhubungan
langsung (kontak) dengan cairan lambung
asam/pepsin.

Diketahui ada dua faktor utama penyebab


ulkus peptikum, yaitu,infeksi Helicobacter
pylori, dan penggunaan NSAID.

Septyarani, 2019, Potensi Buah Pare (Momordhica Charantia) Sebagai


Agen Pengobatan Ulkus Peptikum, Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi
Husada, Vol. 10, No. 2.
PATOFIOLOGI Asam

ACH

1. Surfacell mukosa
Aktivasi sel lambung 2. Mukosa neck sell
3. Sel parietal Reseptor
4. Sel chiff
5. Sel ECL M2
6. Sel G H2
G

Sel parietal aktiv

Aktivasi pompa proton Ikatan kompleks Ca 2+

Kuna el al, Peptic Ulcer Disease: A Brief Review of Conventional Therapy and Herbal Treatment Options, J Clin Med, Vol. 8, No. 2.
Etiologi dan Faktor Resiko
Penyebab umum dari ulkus peptikum adalah ketidakseimbangan antara sekresi
cairan lambung dan derajat perlindungan yang diberikan mukosa gastroduodenal
dan netralisasi asam lambung oleh cairan duodenum. Ada dua penyebab utama
ulkus (tukak):
a. Penurunan produksi mukus sebagai penyebab ulkus. Kebanyakan ulkus
terjadi jika sel-sel mukosa usus tidak menghasilkan produksi mukus yang
adekuat sebagai perlindungan terhadap asam lambung.
b. Kelebihan asam sebagai penyebab ulkus. Pembentukan asam di lambung
penting untuk mengaktifkan enzim pencernaan lambung. Asam hidroklorida
(HCl) dihasilkan oleh sel-sel parietal sebagai respons terhadap makanan
tertentu, obat, hormon. Makanan dan obat seperti kafein dan alkohol
menstimulasi sel-sel parietal untuk menghasilkan asam.

Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya ulkus petikum


yang telah diidentifikasi antara lain penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid
(NSAID), infeksi Helicobacter pylori, penyalahgunaan alkohol, merokok, dan
stres fisik.

Zahra, H., Haridas, R. B., Gholam, G. M., & Setiawan, A. G. (2022). Aktivitas
Antiulseratif Berbagai Tanaman Herbal dan Prospek Masa Depan Sebagai
Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala umum ulkus peptikum meliputi nyeri epigastrik,


kembung, perut terasa penuh dan mual dan muntah. Pada keadaan
yang lebih serius, ulkus peptikum dapat meyebabkan perforasi dan
perdarahan. Perdarahan akibat ulkus peptikum dapat
mengakibatkan hematemesis (batuk darah) dan melena (feses yang
berwana hitam). Perforasi ditandai dengan rusaknya semua lapisan
lambung
CREDITS: This presentation template was created
by Slidesgo, and includes icons by Flaticon, and
infographics & images by Freepik
Maharani, S. (2021). Pengaruh pemberian ekstrak rimpang temu ireng
(curcuma aeruginosa roxb) terhadap skor ulkus peptikum yang diamati
Please keep this slide as attribution
secara makroskopis pada tikus putih (rattus novergicus) strain wistar yang
diinduksi indometasin (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim).
(algoritma terapi)
api farmakologi

Wibawa dkk, UPDATE IN GASTROENTERO HEPATOLOGY EVIDENCE BASED CLINICAL PRACTICE, PT Percetakan Bali, Denpasar.
Wibawa dkk, UPDATE IN GASTROENTERO HEPATOLOGY EVIDENCE BASED CLINICAL PRACTICE, PT Percetakan Bali, Denpasar.
Wibawa dkk, UPDATE IN GASTROENTERO HEPATOLOGY EVIDENCE BASED CLINICAL PRACTICE, PT Percetakan Bali, Denpasar.
Non Farmakologi
Pasien dengan tukak harus mengurangi stres, merokok, dan penggunaan NSAID.
Walaupun tidak ada kebutuhan untuk diet khusus, patien harus menghindari
makanan dan minuman yang menyebabkan dispepsia atau yang dapat
menyebabkan penyakit tukak contohnya makanan pedas, kafein dan alkohol
Studi Kasus
Tn. IY datang ke instalasi gawat darurat (IGD) rumah sakit pada tanggal 16 Februari 2020 pukul 17.48 WITA.
Pasien berusia 69 tahun, lahir pada tanggal 8 September 1950. Pasien memiliki berat badan 60 kg dan tinggi badan
165 cm. Tn. IY datang dengan keluhan merasa lemas, pusing, mual, muntah dan nyeri ulu hati serta perut
kembung. ia sering mengkonsumsi obat pereda nyeri. Dari hasil pemeriksaan lab didapatkan tes antibodi terhadap
helicobactery pylori didapatkan jumlah IgM yaitu 60 U/ml. Dokter mendiagnosa pasien mengalami melena ec
NSAID ulkus peptikum, dan anemia. Selama masuk rumah sakit dari tanggal 16 Februari 2020, pasien
mendapatkan pengobatan berupa: Infus RL 20 tetes/menit i.v lalu diturunkan menjadi 14 tetes/menit i.v.;
Omeprazol 40 mg/12 jam i.v; Sirup sukralfat 3×10mL P.O; dan Paracetamol 4×500 mg P.O. Pada tanggal 20
Februari 2020 pasien keluar rumah sakit dan diberikan obat pulang meliputi: Omeprazol 2×20 mg PO;
Paracetamol 3×500 mg PO; dan Domperidone 3×1.

Sulistiarini, R., Hajrah, H., Ardan, M., Anggraini, R., & Ramadhan, A. M. (2022). Laporan Kasus: Pengobatan pada Melena et causa NSAID Ulkus
peptikum pada Pasien Anemia dan Nefrolitiasis dengan CKD: Case Report: Treatment of Melena et causa NSAIDs Peptic Ulcers in Patients with Anemia
and CKD Nephrolithiasis. Jurnal Sains dan Kesehatan, 4(SE-1), 5-8.
PENYELESAIAN KASUS DENGAN SOAP

S (Subjektif) : keluhan merasa lemas, pusing, mual, muntah serta nyeri ulu hati dan perut
kembung. Ia sering mengkonsumsi obat pereda nyeri. Dari hasil pemeriksaan, dokter
mendiagnosa pasien mengalami melena ec NSAID ulkus peptikum, dan anemia.

O (Objektif) :
 Tn. IY (berjenis kelamin laki-laki)
 Berusia 69 tahun
 Bb 60 dan tinggi 165 cm
 pengobatan berupa: Infus RL 20 tetes/menit i.v lalu diturunkan menjadi 14 tetes/menit i.v.; Omeprazol
40 mg/12 jam i.v; Sirup sukralfat 3×10mL P.O; dan Paracetamol 4×500 mg P.O. Pada tanggal 20
Februari 2020 pasien keluar rumah sakit dan diberikan obat pulang meliputi: Omeprazol 2×20 mg PO;
Paracetamol 3×500 mg PO; dan Domperidone 3×1.
 Pemeriksaan antibodi terhadap helicobacter pylori : Di dapatkan jumlah IgM yaitu 60 U/mL.
A (Asesmen) : Dari data yang di berikan, diketahui pasien Tn. IY memiliki riwayat
mengonsumsi obat pereda nyeri (NSAID) dan berdasarkan keluhan pasien, pasien
merasa lemas, pusing, mual, muntah, perut kembung dan ulu hati nyeri, ini
merupakan tanda dan gejala dari ulkus peptikum dan hasil pemeriksaan antibodi
IgM (60 U/ml) yang menandakan positif ulkus peptikum.

P (Plan) : Dari data penggunaan obat tn IY maka disarankan untuk menghentikan


konsumsi paracetamol dan digantikan dengan celecoxib karena paracetamol
termasuk golongan NSAID non selektif sehingga dapat menimbulkan efek
kenaikan asam lambung sehingga digantikan celecoxib yang merupakan golongan
NSAID yang selektif sehingga tidak menganggu kenaikan asam lambung.
DAFTAR PUSTAKA
Kuna el al, Peptic Ulcer Disease: A Brief Review of Conventional Therapy and Herbal Treatment Options, J Clin Med, Vol. 8, No. 2.

Maharani, S. (2021). Pengaruh pemberian ekstrak rimpang temu ireng (curcuma aeruginosa roxb) terhadap skor ulkus peptikum
yang diamati secara makroskopis pada tikus putih (rattus novergicus) strain wistar yang diinduksi indometasin (Doctoral
dissertation, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim).

Septyarani, 2019, Potensi Buah Pare (Momordhica Charantia) Sebagai Agen Pengobatan Ulkus Peptikum, Jurnal Ilmiah Kesehatan
Sandi Husada, Vol. 10, No. 2.

Sulistiarini, R., Hajrah, H., Ardan, M., Anggraini, R., & Ramadhan, A. M. (2022). Laporan Kasus: Pengobatan pada Melena et causa
NSAID Ulkus peptikum pada Pasien Anemia dan Nefrolitiasis dengan CKD: Case Report: Treatment of Melena et causa NSAIDs
Peptic Ulcers in Patients with Anemia and CKD Nephrolithiasis. Jurnal Sains dan Kesehatan, 4(SE-1), 5-8.

Wibawa dkk, UPDATE IN GASTROENTERO HEPATOLOGY EVIDENCE BASED CLINICAL PRACTICE, PT Percetakan Bali, Denpasar.

Zahra, H., Haridas, R. B., Gholam, G. M., & Setiawan, A. G. (2022). Aktivitas Antiulseratif Berbagai Tanaman Herbal dan Prospek
Masa Depan Sebagai Tanaman Budidaya: Anti-ulceritis Activity of Various Herbal Plants and Future Prospects as Cultivated
Plants. Jurnal Sains dan Kesehatan, 4(3), 343-353.
TERIMA KASIH
Sekian dari kami, kami undur diri
karena kalo maju saingannya teman
sendiri

Anda mungkin juga menyukai