Anda di halaman 1dari 15

REVIU JURNAL

PEMATAHNAN DORMANSI BENIH AREN (Aren ga Pinnata Merr)

HETTY LISMA EVIANTI MANURUNG, SP

Magister Agroteknologi

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
MEDAN
2023
METODE PENGUJIAN
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok
(RAK) faktorial
PEMATAHAN DORMANSI BENIH AREN (ARENGA PINNATA (WURMB.) MERR.)
PADA TINGKAT KEMASAKAN YANG BERBEDA MENGGUNAKAN METODE
PERENDAMAN

• Perlakuan
Pertama tingkat kemasakan (K) terdiri dari k1 (kemasakan M-3), k2 (kemasakan M-4), k3
(kemasakan M-5), faktor kedua bahan perendaman (B) terdiri dari b1 (asam asetat 1%), b2 (nira
aren 100%), dan b3 (air kelapa 100%), dan faktor ketiga lama perendaman (L) terdiri dari l1 (0
jam), l2 (6 jam), l3 (12 jam), dan l3 (24 jam).
• Dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa masing-masing tingkat kemasakan memiliki potensi
benih berkecambah yang berbeda. Potensi benih berkecambah yang paling tinggi terdapat pada
tingkat kemasakan k1 (M-3) sebesar 95,15%, diikuti oleh tingkat kemasakan k2 (M-4) sebesar
94,45%, dan terendah pada tingkat kemasakan k3 (M-5). Setelah dilakukan uji lanjut DMRT
pada taraf signifikansi 5%, perlakuan tingkat kemasakan k1 dan k2 menunjukkan tidak berbeda
signifikan, serta k2 dan k3 pula tidak menunjukkan berbeda signifikan, sedangkan pada
perlakuan kemasakan k1 dan k3 menunjukkan berbeda signifikan antar perlakuan.
Benih dorman pada penelitian ini, terjadi karena perlakuan perendaman yang belum sesuai
dengan kriteria benih aren untuk dapat melakukan proses perkecambahan benih dengan cepat.
Hal ini dikarenakan, konsentrasi bahan dan lama perendaman yang belum tepat, dalam hal ini
konsentrasi asam asetat yang masih rendah, dan jangka waktu perendaman pada air kelapa
dan nira aren, yang masih rendah, sehingga perlu ditingkatkan.
PEMATAHAN DORMANSI BENIH ENAU (ARENGA PINNATA) DENGAN BERBAGAI
PERLAKUAN SERTA EVALUASI PERTUMBUHAN BIBIT DI LAPANGAN

Perlakuan yang diberikan terdiri atas:


 perendaman benih dalam air panas pada suhu awal 60o C selama 6 jam
 perendaman benih dalam larutan KNO3 3% selama 6 jam,
 perendaman benih dalam larutan HCl 3% selama 6 jam,
 perendaman benih dalam larutan H2SO4 3% selama 6 jam, serta
 pengikisan kulit benih bagian punggung benih dengan kertas pasir.
Bahwa pada pengujian viabilitas dan vigor benih enau di rumah kaca dengan berbagai
perlakuan pematahan dormansi benih, ternyata dengan perlakuan pengikisan benih dengan
kertas pasir dapat mempercepat pematahan dormansi benih enau yaitu selama 43,4 hari
setelah disemai pada uji viabilitas dan 32,2 hari untuk uji vigor. Jika dibandingkan antara hasil
pengamatan uji viabilitas dengan uji vigor, pada pengujian vigor benih enau di rumah kaca
dengan perlakuan pengikisan kulit benih pada bagian punggung benih dengan kertas pasir
lebih cepat dibanding dengan pengujian viabilitas.
Pematahan dormansi benih enau dengan perlakuan pengikisan kulit benih pada bagian
punggung benih dengan kertas pasir membutuhkan waktu sekitar 32,2 hari setelah
dikecambahkan pada pengujian vigor dan sekitar 43,4 hari setelah dikecambahkan pada
pengujian viabilitas yang dilaksanakan di rumah kaca. Tinggi bibit enau setelah 23 minggu
disemai sekitar 35,9 cm dengan masing-masing bibit mempunyai dua helai daun
Metode pematahan dormansi dengan perlakuan pengikisan, perendaman dalam air panas
suhu 60 0 c , H2SO4 3 %, KNO3 3 % dan HCL 3 % belum mampu mematahkan dormasni dari
benih aren
PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN ASAM SULFAT
TERHADAPPERKECAMBAHAN BIJI AREN ( ARENGA PINNATA MERR. )

Faktor pertama adalah konsentrasi asam sulfat (H2SO4), dengan 4 taraf yaitu:
H0 : 0% (tanpa H2SO4), H1 : 25 %H2SO4, H2 : 50 % H2SO4, H3 : 75 % H2SO4. Faktor kedua
adalah lama perendaman dengan 4 taraf yaitu:
P1 : 5 Menit, P2 : 10 Menit, P3 : 15 Menit, P4 : 20 Menit

Interaksi antara perlakuan konsentrasi dan lama perendaman asam sulfat berpengaruh nyata
terhadap persentase perkecambahan dengan data tertinggi pada kombinasi perlakuan dengan
konsentrasi 75% asam sulfat direndam direndam selama 10 menitsebesar 100% berkecambah yang
berbeda tidak nyata dengan perlakuan konsentrasi 75% asam sulfatdirendam selama 5 menit,
konsentrasi 75% asam sulfat selama 15 menitdan konsentrasi 75% asam sulfat direndam selama 20
menit namun berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam diproleh bahwa pengaruh lama perendaman asam sulfat
belum berpengaruh nyata terhadap semua peubah amatan.
PEMATAHAN DORMANSI BENIH AREN (ARENGA PINNATA MERR) DENGAN
BERBAGAI PERLAKUAN SKARIFIKASI DAN KONSENTRASI GIBERELIN (GA3)

Perlakuan
S1 (Skarifikasi Kertas Amplas), S2 (Skarifikasi Gerinda Tangan), S3 (Skarifikasi Gerinda Duduk) dan Faktor kedua
perendaman benih aren dengan larutan giberelin terdiri 4 taraf, yaitu: G1 (0 ppm), G2 (50 ppm), G3 (100 ppm), G4
(150 ppm).

Skarifikasi kertas amplas memiliki pengaruh nyata dengan skarifikasi gerinda tangan dan gerinda duduk. Kadar air
benih awal sebelum dilakukan skarifikasi dan perendaman giberelin yaitu 48.05 %. Skarifikasi benih aren
menggunakan kertas amplas memiliki nilai kadar air benih tertinggi yaitu 58.50 % dan nilai kadar air terendah
adalah menggunakan gerinda tangan, yaitu 51.49 %.
Skarifikasi benih aren menggunakan gerinda tangan menunjukkan berpengaruh nyata dengan skarifikasi gerinda
duduk terhadap waktu patah dormansi benih aren. Perlakuan perendaman giberelin 0 ppm juga memiliki pengaruh
nyata dengan perendaman giberelin 50 ppm,100 ppm dan 150 ppm. Waktu patah dormansi tercepat terjadi dengan
waktu 18.67 hari pada skarifikasi menggunakan gerinda duduk dan juga perendaman giberelin 100 ppm.
Persentase daya kecambah benih aren berkisar 65.78% sampai 72.44%.tidak adanya pengaruh antar faktor yang
terjadi dalam persentase daya berkecambah benih aren. Penggunaan giberelin dalam penelitian belum mampu
meningkatkan persentase daya kecambah benih aren.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa skarifikasi benih tidak mempengaruhi daya berkecambah.
PENGARUH SKARIFIKASI DAN PEMBERIAN HORMON TUMBUH TERHADAP
PERKECAMBAHAN BENIH AREN ARENGA PINNATA MERR. DI PERSEMAIAN

Faktor pertama yaitu perlakuan skarifikasi yang terdiri atas 5 taraf yaitu so (benih control), s1
(konsentrasi 50 ppm), s2 (konsentrasi 100 ppm), s3 (konsentrasi 150 ppm), s4 (konsentrasi
200 ppm) dan faktor kedua adalah pemeraman benih aren terdiri atas 5 taraf yaitu p0 (Tidak
diperam), p1 (diperam 8 hari), p2 (diperam 16 hari), p3 (diperam 24 hari), dan p4 (diperam 32
hari).
Persentase perkecambahan benih menunjukkan pengaruh perlakuan lama pemeraman dan
perlakuan skarifikasi berpengaruh sangat nyata dan hasil sidik ragam untuk daya kecambah
berpengaruh nyata terhadap lama pemeraman dan perlakuan skarifikasi pada benih aren,
sedangkan interaksi antar keduanya memberikan pengaruh yang tidak nyata.
Perlakuan lama pemeraman berpengaruh sangat nyata terhadap laju perkecambahan dan
perlakuan skarifikasi memberikan pengaruh nyata terhadap laju perkecambahan, sedangkan
interaksi antar keduanya memberikan pengaruh yang tidak nyata. Laju perkecambahan
membutuhkan waktu tercepat terletak pada perlakuan dengan perendaman giberelin 150 ppm
(s3) nilai rata-ratanya sebesar 13.6 hari. sedangkan nilai laju perkecambahan membutuhkan
waktu terlama pada perlakuan dengan tanpa perendaman giberelin (s0) nilai rata-ratanya
sebesar 16.67 hari
PENGARUH PERLAKUAN PEMATAHAN DORMANSI TERHADAP KEMAMPUAN
PERKECAMBAHAN BENIH AREN (ARENGA PINNATA MERR.)

Perlakuan yang diberikan yaitu perendaman dengan lima taraf : K0 = kontrol, K1 = Skarifikasi
Mekanis, K2 = Skarifikasi Mekanis + NaOCl 1% selama 10 menit, K3 = Skarifikasi Mekanis +
GA3 100 ppm selama 20 menit, K4 = Skarifikasi Mekanis + H2SO4 75% selama 10
menit.Perlakuan skarifikasi mekanis (K1) tidak berbeda nyata dengan perlakuan Skarifikasi
Mekanis + NaOCl 1% selama 10 menit (K2) dan Skarifikasi Mekanis + GA3 100ppm selama
20 menit (K3), tetapi berbeda nyata dengan perlakuan kontrol (K0) dan perlakuan Skarifikasi
Mekanis + H2SO4 75% selama 10 menit (K4) terhadap laju perkecambahan.
Persentase kecambah abnormal benih aren tertinggi pada perlakuan Skarifikasi Mekanis +
NaOCl 1% selama 10 menit (K2) yaitu 24% yang berbeda nyata dengan perlakuan perlakuan
lainnya
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan skarifikasi mekanis + NaOCl 1% selama 10
menit berpengaruh mempercepat prosess perkecambahan biji aren dapat dilihat pada semua
parameter, yaitu laju perkecambahan, uji perkecambahan, indeks vigor, potensi tumbuh
maksimum, Panjang plumula kecambah dan panjang akar.
PEMATAHAN DORMANSI DENGAN METODE PENGAMPLASAN UNTUK
PERKECAMBAHAN BENIH AREN (ARENGA PINNATA)

Perlakuan pengampelasan terdiri dari 6 taraf yaitu P0 (tanpa pengampelasan), P1


(pengampelasan pada punggung benih), P2 (pengampelasan pada ujung atas benih), P3
(pengampelasan pada ujung bawah benih), P4 (pengampelasan pada sisi kiri benih) dan P5
(pengampelasan pada sisi kanan benih). Setiap perlakuan diulang sebanyak 5 kali.
Banyaknya perlakuan terdiri dari 30 plot percobaan dengan 25 benih/plot sehingga terdapat
270 sampel pengamatan
Perlakuan P0 dan P1 memilki intensitas dorman yang paling tinggi sebesar 100% yang
kemudian diikuti oleh perlakuan P2 dan P3 masing-masing memiliki nilai intensitas dormansi
sebesar 99,84% dan 99,68%. perlakuan pengampelasan pada sisi kanan (P5) dan perlakuan
pengampelasan pada sisi kiri beni (P4) menunjukkan hasil intensitas dormansi yang rendah
masing-masing sebasar 54,4% dan 55,2% berbeda nyata dengan perlakuan lainnya yang
memiliki nilai intensitas dormansi yang lebih tinggi. Perlakuan pengampelasan pada sisi
kanan (P5) dan perlakuan pengampelasan pada sisi kiri beni (P4) menunjukkan hasil
intensitas dormansi yang rendah masing-masing sebasar 54,4% dan 55,2% berbeda nyata
dengan perlakuan lainnya yang memiliki nilai intensitas dormansi yang lebih tinggi.
TEKNIK PEMATAHAN DORMANSI SECARA FISIK DAN KIMIA TERHADAP
VIABILITAS BENIH AREN (ARENGA PINNATA MERR.)

Ada 2 faktor yang diteliti yaitu pematahan dormansi secara fisik yang terdiri dari 4 taraf yaitu tanpa
perlakuan fisik, digosok dengan kertas amplas, digores dengan cutter sepanjang punggung benih dan
menghilangkan selaput gabus pada hilum, dan pematahan dormansi secara kimia (KNO3) yang terdiri
dari 4 taraf yaitu 0%, 0,3%, 0,5% dan 0,7%. Secara keseluruhan terdapat 16 kombinasi perlakuan
Potensi tumbuh yang lebih baik dijumpai pada perlakuan digores dengan cutter (S2) pada konsentrasi
KNO3 0,7% (K3) yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan digores dengan cutter (S2) pada
konsentrasi KNO3 0,5% (K2). Namun berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.
Daya berkecambah yang lebih baik dijumpai pada perlakuan digores dengan cutter (S2) pada
konsentrasi KNO3 0,7% (K3) yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan digores dengan cutter (S2)
pada konsentrasi KNO3 0% (K0), 0,3% (K1) dan 0,5% (K2), juga berbeda tidak nyata dengan tanpa
perlakuan fisik (S0) pada konsentrasi KNO3 0,5% (K2) dan 0,7% (K3). Namun berbeda nyata dengan
perlakuan lainnya.
Pertumbuhan yang lebih cepat dijumpai pada perlakuan digores dengan cutter (S2) pada konsentrasi
KNO3 0,7% (K3). yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan digores dengan cutter (S2) pada
konsentrasi KNO3 0,5% (K2), namun berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.
PEMATAHAN DORMANSI DAN VIABILITAS BENIH AREN (ARENGA PINNATA
MERR) PADA BERBAGAI MEDIA TANAM DAN PERLAKUAN FISIK

Faktor yaitu : (I) Media tanam (T) dengan empat taraf : t0 = pasir + tanah (1 :1); t1 = pasir +
pupuk kandang kotoran ayam (1 :1); t2 = pasir + sekam (1 : 1) dan t3 = pasir + serbuk gergaji
(1:1). (II) Perlakuan fisik benih (F) dengan empat taraf : f0 = tanpa perlakuan fisik; fl = disayat
segi empat dekat mata tunas ± 5 mm; f2 = dikikir bulat tepat mata tunas; f3 = digosok kertas
ampelas tepat mata tunas.
Hasil analisis ragam terhadap persentase perkecambahan menunjukkan bahwa perlakuan
media tanam (T) lan fisik benih (F) serta faktor tunggal media tanarn berpengaruh sangat
nyata sedangkan fisik benih (F) tidak berpengaruh nyata. Persentase perkecambahan
tertinggi adalah kombinasi media tanam pasir + sekam perlakuan fisik benih disayat segi
empat dekat mata tunas (t2f1).
Hasil analisis ragam terhadap laju perkecambahan menunjukkan bahwa interaksi perlakuan
media tanam (T) dan fisik benih (F) serta faktor tunggal berpengaruh sangat nyata. laju
perkecambahan yang tercepat adalah 6.65 hari yang terdapat pada kombinasi media tanam
pasir + tanah dengan perlakuan fisik dikikir bulat tepat mata tunas (t0f2) berbeda nyata
dengan perlakuan t0f0, t0f1, tlf0, tlfl , t2f0, t2f2, t3f0 dan t3f1
PENGARUH PEMATAHAN MASA DORMANSI MELALUI PERENDAMAN AIR
DENGAN STRATIFIKASI SUHU TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH AREN
(ARENGA PINNATA)

Skarifikasi dilakukan dengan empat perlakuan yaitu kontrol atau tanpa perendaman,
perendaman air dengan suhu 25°C, 50°C, dan 75°C selama 24 jam.

Perlakuan perendaman benih aren dalam air bersuhu 25°C dan 50°C menghasilkan
persentase kecambah, kecepatan berkecambah, dan daya berkecambah sama baiknya
dengan kontrol. Perendaman benih dalam air bersuhu 75°C menurunkan persentase
kecambah dan kecepatan berkecambah aren, namun daya kecambah benih meningkat
dibandingkan dengan kontrol.
Perlakuan perendaman benih aren dalam air bersuhu 25°C, 50°C, dan 75°C tidak satupun
yang efektif dalam mematahkan dormansi benih aren
PEMECAHAN DORMANSI BENIH AREN (ARENGA PINNATA MERR.) DENGAN
PENGAMPLASAN BIJI DAN PERENDAMAN DALAM BERBAGAI KONSENTRASI
KALIUM NITRAT (KNO3)

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental dalam
rancangan acak lengkap dengan dua faktor yaitu pengamplasan (A) yang terdiri dari 2
taraf yaitu tanpa pengamplasan (A1) dan pengamplasan (A2) dan perendaman dalam
berbagai konsentrasi KNO3 (N) yang terdiridari 3 taraf yaitu konsentrasi 0,4 % (N1), 0,5 %
(N2), dan 0,6 % (N3). Setiap perlakuan diulang 5 kali sehingga percobaan ini berjumlah 30
kombinasi perlakuan, kemudian direndam selama 36 jam
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan pengamplasan dan
perendaman dalam KNO3 konsentrasi 0,5 % memberikan pengaruh terhadap presentase
perkecambahan, panjang plumula, panjang akar, dan diameter. Namun tidak memberikan
pengaruh terhadap panjang axis embrio. Sedangkan pada jumlah benih busuk, perlakuan
pengamplasan dan perendaman dalam KNO3 konsentrasi 0,5 % merupakan konsentrasi
yang optimal sehingga tidak memberikan pengaruh.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai