berharga, yang berguna, yang indah, yang memperkaya batin, yang menyadarkan manusia akan harkat dan martabatnya. Menilai berarti menimbang, suatu kegiatan manusia untuk menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain, kemudian untuk selanjutnya diambil keputusan.
Keputusan itu merupakan keputusan nilai yang
dapat menyatakan berguna atau tidak berguna, benar atau tidak benar, baik atau tidak baik, indah atau tidak indah.
Sesuatu dikatakan bernilai apabila sesuatu itu
berharga, berguna, benar, baik, dan lain sebagainya. Notonagoro membagi nilai menjadi 3 macam, yaitu:
a. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna
bagi kehidupan manusia (ragawi);
b. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna
bagi manusia, untuk melakukan kegiatan (aktivitas);
c. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang
berguna bagi rohani manusia. Nilai kerohanian dapat dibedakan atas empat macam:
1. Nilai kebenaran, yang bersumber pada akal
(ratio, budi, cipta) manusia; 2. Nilai keindahan (estetis), yang bersumber pada unsur perasaan manusia; 3. Nilai kebaikan (nilai moral), yang bersumber pada unsur kehendak manusia; 4. Nilai religius, yang merupakan nilai kerohanian yang tertinggi dan mutlak. B. Norma
Norma (kaidah) adalah petunjuk tingkah laku yang
harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, berdasarkan suatu alasan (motivasi) tertentu dengan disertai sanksi.
Sanksi adalah ancaman/akibat yang akan diterima
apabila norma (kaidah) tidak dilakukan. Manusia cenderung untuk memelihara hubungan dengan Tuhan, masyarakat dan alam sekitarnya dengan serasi, selaras, dan seimbang.
Dengan kata lain manusia berusaha untuk
menjalin hubungan yang bersifat vertikal (Tuhan), masyarakat (horizontal), dan vertiko- horizontal (alam/ lingkungan alam).
Berbagai penyesuaian/adaptasi dilakukan oleh
manusia agar mampu mempertahankan eksistensinya. Macam-macam norma dengan sanksinya:
a. Norma agama, dengan sanksi agama;
b. Norma Hukum, dengan sanksi hukum dari Pemerintah (alat-alat negara) c. Norma kesusilaan, dengan sanksi rasa susila; d. Norma kesopanan, dengan sanksi sosial dari masyarakat; C. Moral
Moral adalah ajaran baik dan buruk tentang perbuatan
dan kelakuan (akhlak).
Jadi, moral adalah tingkah laku manusia yang dilakukan
dengan sadar,dipandang dari sudut baik dan buruknya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Seseorang yang taat pada aturan, kaidah, atau norma
yang berlaku dalam masyarakat, dianggap sesuai dan bertindak benar secara moral. Jika sebaliknya yang terjadi, pribadi itu dianggap tidak bermoral. Interaksi nilai, norma, dan moral itulah yang memberi motivasi dan arah sekalian anggota masyarakat untuk berbuat, bersikap, dan bertingkah laku.
Nilai, norma, dan moral secara bersama-sama
mengatur kehidupan masyarakat dalam berbagai aspeknya.
Pancasila sebagai sistem etika diperlukan dalam
kehidupan politik untuk mengatur sistem penyelenggaraan kehidupan bernegara di Indonesia. Pentingnya Pancasila sebagai sistem etika bagi bangsa Indonesia ialah menjadi rambu normatif untuk mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Dengan demikian, pelanggaran dalam kehidupan
bernegara, seperti korupsi (penyalahgunaan kekuasaan) dapat diminimalkan.
ILMU PERUBAHAN DALAM 4 LANGKAH: Strategi dan teknik operasional untuk memahami bagaimana menghasilkan perubahan signifikan dalam hidup Anda dan mempertahankannya dari waktu ke waktu