Anda di halaman 1dari 8

Penyelesaian Sengketa Ekonomi

Internasional Di ASEAN

Yasmin Khalisha Wahab (2103101010356)


Hukum Ekonomi Internasional
Kelas: A
Peran AFTA Penyelesaian Sengketa Ekonomi
Internasional
ASEAN membentuk Framework Agreement on Enhanced Economic Cooperation
pada tahun 1992. Perjanjian ini melahirkan ASEAN Free Trade Area (AFTA) (1992)
untuk jangka waktu 15 tahun (yaitu 2007). Pada KTT ASEAN ke-5 di Bangkok
(1995), batas waktu tersebut diperpendek menjadi 10 tahun dengan ketentuan
penghapusan hambatan perdagangan akan dimulai pada tahun 1993. Tujuan
strategis AFTA adalah untuk meningkatkan penguatan keunggulan komparatif
regional ASEAN sebagai unit manufaktur.Untuk itu, penghapusan hambatan tarif
dan non-tarif antar negara anggota diharapkan dapat meningkatkan efisiensi
perekonomian, produktivitas, dan daya saing negara-negara anggota ASEAN.
DISPUTE SETTLEMENT MECHANISM ASEAN

ASEAN telah menyusun Protokol Mekanisme Penyelesaian Sengketa sejak tahun 1996
sebagai upaya untuk menyelesaikan sengketa di antara negara-negara anggota. Mekanisme
ini didasarkan pada semangat negosiasi dan mediasi, di mana negara anggota yang terlibat
sengketa memiliki hak untuk memilih bentuk mediasi yang diinginkan. Jika mediasi tidak
berhasil, sengketa dapat diajukan ke Pertemuan Pejabat Ekonomi Senior ASEAN (SEOM).
SEOM dapat membentuk panel atau merujuk masalah ke tim aturan dan prosedur khusus.
SEOM akan meninjau laporan panel dan memutuskan tentang sengketa tersebut dalam
waktu 30 hari setelah laporan diserahkan. Pihak yang tidak puas dengan keputusan SEOM
dapat mengajukan banding ke para Menteri Ekonomi ASEAN (AEM) dalam waktu 30
hari. AEM harus mengambil keputusan tentang banding dalam waktu 30 hari setelah
pengajuan banding.
ASEAN Comprehensive Investment Agreement
(ACIA)
ASEAN Comprehensive Investment Agreement merupakan kesepakatan Peraturan
Hukum Penanaman Modal bagi Anggota intra-ASEAN, dan Perjanjian ini memiliki
tujuan untuk menciptakan penanaman modal yang bebas dan terbuka di ASEAN,
melalui “liberalisasi progresife melalui rezim investasi di negara-negara anggota”
untuk mencapai tujuan akhir dari terintegrasinya Masyarakat Ekonomi ASEAN
tahun 2015.
Arbitrase Di ASEAN
1. Arbitrase yang cepat dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN sebagai suatu cara alternatif penyelesaian
sengketa dapat memfasilitasi penyelesaian sengketa tertentu yang menyangkut masalah yang
didefinisikan secara jelas oleh kedua belah pihak.
2. Kecuali sebagaimana ditentukan lain dalam Protokol ini,penggunaan upaya arbitrase wajib tunduk
pada kesepakatan bersama dari para pihak, yang wajib menyepakati prosedur yang akan diikuti.
Kesepakatan untuk menggunakan upaya arbitrase wajib diberitahukan kepada seluruh Negara Anggota
secara memadai sebelum benar-benar memulai proses arbitrase.
3. Negara-negara Anggota lainnya dapat menjadi pihak dalam suatu proses arbitrase hanya berdasarkan
kesepakatan para pihak yang telah menyepakati untuk menggunakan upaya arbitrase. Para pihak dalam
proses arbitrase wajib sepakat untuk mematuhi putusan arbitrase. Putusan arbitrase wajib
diberitahukan kepada SEOM dan Badan Sektoral Tingkat Menteri ASEAN yang relevan lainnya
sehubungan dengan persetujuan yang tercakup di mana setiap Negara Anggota dapat mengajukan poin
apa pun sehubungan dengannya.
Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP)

P(Regional Comprehensive Economic Partnership/ RCEP) telah ditandatangani oleh Menteri


Ekonomi/Perdagangan negara anggota RCEP (15 negara) pada tanggal 15 November 2020 lalu dengan
disaksikan oleh masing-masing Kepala Negara/Pemerintahan. Kelima belas negara anggota RCEP
tersebut adalah 10 negara anggota ASEAN (Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand,Vietnam,
Myanmar, Republik Demokratik Rakyat Laos, Kamboja, dan Brunei Darussalam), serta 5 (lima) Mitra
Wicara FTA ASEAN (Republik Rakyat Tiongkok, Korea Selatan, Jepang, Australia, dan Selandia Baru).
Walaupun penandatanganan perjanjian RCEP berlangsung secara virtual, namun gaung
penandatanganannya mendunia. Di tengah-tengah pandemi Covid-19 yang menekan perekonomian dunia
hingga ke kondisi resesi, 15 negara Ini mampu mewujudkan komitmennya dalam menuntaskan
perundingan RCEP yang telah berlangsung selama delapan tahun. Penandatanganan RCEP telah
memberikan sinyal ke kalangan internasional bahwa 15 negara anggotanya berkomitmen tinggi untuk
segera bekerja sama mengupayakan pemulihan ekonomi dunia. Peristiwa ini juga mengirim pesan bahwa
perdagangan dan hubungan ekonomi global masih akan tetap berkembang.
Peran Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN Dalam Penyelesaian
Sengketa Ekonomi Internasioaal

KTT diadakan setiap tahun, dan yang terbaru adalah KTT ASEAN ke-43 yang diadakan
di Jakarta, Indonesia, pada tanggal 6-8 September 2023]. Para pemimpin sepakat untuk
mendorong implementasi Inisiatif Chiang Mai dan Transaksi Mata Uang Lokal (Local
Currency Transaction/LCT) Chiang Mai Initiative adalah perjanjian pertukaran mata
uang multilateral di antara negara-negara ASEAN, Cina, Jepang, dan Korea Selatan,
yang bertujuan untuk memberikan dukungan keuangan kepada negara-negara anggota
pada saat krisis[4]. LCT adalah sistem pembayaran yang memungkinkan transaksi
dilakukan dalam mata uang lokal, sehingga mengurangi ketergantungan pada dolar AS].
Contoh Kasus

1. Sengketa Laut China Selatan 2010-2015


2. Kasus Penjualan Produk Otomotif Ke Vietnam 2017

Anda mungkin juga menyukai