Anda di halaman 1dari 40

FISIOTERAPI PADA

PARKINSON

Bambang W, S.Ft, Ftr, M.Fis


 Pertama kali dikenalkan 1817, James Parkinson
dengan istilah Paralysis Agitans / Shaking Palsy.

 Oleh Jean Martin Charcot istilah Paralysis


Agitans dikoreksi dan untuk mengenang jasa
James Parkinson diubah menjadi peny. Parkinson
 Dijumpai pada segenap ras dengan frekuensi 1 s/d 5 per
1000 penduduk

 Dugaan lesi pada substansia nigra ganglia basalis sebagai


penyebab penyakit parkinson muncul sejak 1894

 Tretiahoff pada tahun 1919 memperkuat dugaan tersebut


pada pemeriksaan post mortem penderita penyakit
parkinson.

 Tahun 1921 Charles Foix berhasil mengungkapkan secara


tepat kelainan di batang otak yaitu substansia nigra
ganglia basalis sebagai penyebab penyakit parkinson.
Parkinson Disease (PD) adalah sebuah
gangguan sistem saraf pusat karena adanya
degenerasi sel-sel saraf ganglia basalis,
hilangnya sel-sel saraf ataupun neuron tertentu
di substansia nigra, sel-sel ini membuat
neurochemical utusan dopamin yang
mempunyai tugas untuk memulai pesan dalam
mengkoordinasikan gerakan normal (Gazzara et
al., n.d.)
Penyakit Parkinson adalah sebuah gangguan
neurodegenerative progresif yang mempengaruhi
motorik dan non motorik dari ganglia basalis.
Degenerasi neuron dopamin di substansia nigra
yang menyebabkan bradikinesia (hilang nya atau
melambatnya gerakan spontan dan rutin),
kekakuan otot, tremor saat istirahat, dan adanya
penurunan refleks postural (Janssens et al., 2014)
Patofisiologi penyakit parkinson :
Ada 2 teori untuk menerangkan terjadinya peny.
Parkinson akibat kelainan pada ganglia basalis:

1. Teori ketidakseimbangan saraf dopaminergik


dangan saraf kolinergik
Korpus striatum selain menerima persarafan
dopaminergik yang datang dari substansia nigra,
juga dipersarafi oleh saraf kolinergik dengan
asetilkolin ( AKA ) sebagai neurotransmiternya,
pengaruh dari striatum terhadap fungsi motorik
korteks ditentukan oleh kegiatan kedua saraf
tersebut.
Bila mana kegiatan dopaminergik meningkat dan
atau kegiatan kolinergik menurun maka pengaruh
dopaminergik akan dominan shg timbullah gejala
hiperkinesia, sebaliknya jika kegiatan
dopaminergik menurun dan atau kolinergik
meningkat maka pengaruh kolinergik akan
dominan shg timbullah gejala hipokinesia
( sindroma parkinson )
2 Teori ketidakseimbangan jalur langsung dan jalur
tidak langsung,
 Baik jalur langsung maupun tidak langsung keduanya
akan bermuara ke GPi / SNr dan salanjutnya dari sini
akan mengeluarkan output menuju talamus dan korteks,
bila masukan dari keduanya seimbang maka
outputnyapun akan seimbang pula sehingga tidak
timbul kelainan gerakan motorik.
 Akan tetapi manakala terjadi hiperaktif jalur langsung
atau hipoaktif jalur tak langsung maka output dari GPi
dan SNr ke arah talamo korteks akan menurun maka
akan terjadi gerakan hiperkinesia.
 Sebaliknya jika terjadi hipoaktifitas jalur langsung dan
hiperaktifitas jalur tak langsung maka keluaran dari Gpi
dan SNr akan meningkat maka terjadi gerakan
hipokinesia / sindroma parkinson.
KLASIFIKASI

1. Parkinsonismus primer/ idiopatik/


paralysis agitans

Sering dijumpai dalam praktek sehari-hari


dan kronis, tetapi penyebabnya belum jelas.
Kira-kira 7 dari 8 kasus parkinson termasuk
jenis ini. Etiologi belum diketahui, masih
belum diketahui.
2. Parkinsonismus sekunder atau
simtomatik

Dapat disebabkan pasca ensefalitis virus,


pasca infeksi lain : tuberkulosis, sifilis
meningovaskuler, iatrogenik atau drug
induced.
3. Sindrom paraparkinson (Parkinsonplus)

Pada kelompok ini gejala hanya merupakan


sebagian dari gambaran penyakit keseluruhan.
Jenis ini bisa didapat pada Progressive
supranuclear palsy, Multiple system atrophy,
degenerasi kortikobasal ganglionik, sindrom
demensia, Hidrosefalus normotensif, dan
Kelainan herediter (Penyakit Wilson, Penyakit
Huntington, Perkinsonisme familial dengan
neuropati peripheral).
Tingkatan/Stages Penyakit Parkinson

Stadium 1
Gejala dan tanda pada satu sisi, terdapat gejala
yang ringan, terdapat gejala yang menganggu
tetapi tidak menimbulkan kecacatan, biasanya
terdapat tremor pada satu anggota gerak, gejala
yang timbul dapat dikenali orang terdekat (teman)
Stadium 2
Terdapat gejala bilateral, terdapat kecacatan
minimal, sikap/cara berjalan terganggu

Stadium 3
Gerak tubuh nyata melambat, keseimbangan
mulai terganggu saat berjalan/berdiri,
disfungsi umum sedang
Stadium 4
Terdapat gejala yang berat, masih dapat
berjalan hanya untuk jarak tertentu, rigiditas
dan bradikinesia, tidak mampu berdiri
sendiri, tremor dapat berkurang
dibandingkan stadium sebelumnya

Stadium 5
Stadium kakhetik (cachactic stage),
kecacatan total, tidak mampu berdiri dan
berjalan walaupun dibantu.
Tanda dan Gejala penyakit parkinson

Penyakit parkinson menyerang penderitanya


dengan cara yang berbeda-beda. Perbedaan ini
terbentuk karena gejala-gejala yang dialami
beragam. Awalnya gejala yang muncul ringan dan
mungkin terabaikan.

1. Tremor
Gemetaran yang tidak bisa dikendalikan. Biasanya gejala
ini muncul pada satu bagian tubuh, terutama tangan dan
jari. Gemetaran terjadi saat bagian tubuh tersebut diam
atau beristirahat (resting tremor)
2. Bradikinesia
Melambatnya gerakan. Setelah beberapa lama, penyakit
parkinson akan mengurangi koordinasi gerakan tubuh pasien
dan menjadikannya lebih lambat.

3. Rigiditas
Kekakuan otot. Otot besar maupun kecil menjadi kaku
maupun tegang. Hal ini membuat ekspresi wajah dan
pergerakan tubuh menjadi sangat terbatas dan juga
menyebabkan rasa sakit akibat kram otot.

4. Gangguan keseimbangan
Pasien dengan gangguan keseimbangan lebih berisiko untuk
jatuh.
6. Kehilangan kemampuan gerak otomatis
Frekuensi gerakan-gerakan yang terjadi tanpa disadari pasien
perlahan mulai menurun. Misalnya kedipan mata dan ayunan
tangan ketika berjalan.

7. Perubahan cara bicara


Cara bicara bisa menjadi lembut, lebih cepat, tidak jelas, atau
merasa ragu sebelum bicara.

8. Masked face
Berkurangnya ekspresi mimik wajah
9. Depresi dan serangan kecemasan/anxiety
Karena belum adanya obat untuk menyembuhkan penyakit
parkinson, dapat membuat pasien merasa depresi dan
khawatir akan masa depannya.

10. Demensia
Gejala ini berarti bahwa pasien bukan hanya gangguan
ingatan, tapi kepribadiannya dapat berubah dan bahkan
mengalami delusi sera halusinasi.

11.Hilangnya indera penciuman


Kondisi ini dapat muncul beberapa tahun sebelum gejala
lain muncul.
12. Gangguan sensoris
Penyakit parkinson dapat menyebabkan sensasi rasa
terbakar, dingin, dan mati rasa.

13. Kesulitan menelan makanan/disfagia


Masalah ini dapat mengakibatkan terjadinya kekurangan
nutrisi dan dehidrasi

14. Pusing, penglihatan buram, penurunan


kesadaran/pingsan
Hal ini terjadi akibat tekanan darah yang turun secara
mendadak.
15. Produksi keringat berlebih/hiperhidrosis dan
produksi air liur berlebih.

16. Gangguan tidur/insomnia.


17. Inkontinensia urin.
18. Disfungsi ereksi.
Pharmacological

Management
Physiotherapy Nutritional
PD

Surgical
Test Keseimbangan (sesuai ICF)

1. Modified Parkinson Activity Scale


2. Dynamic Gait Index
3. Functional Gait Assessment
4. Mini-BES Test
5. Berg Balance Scale
6. Five Times Sit and Stand Test
7. Push and Release Test
Test Gait (sesuai ICF)

1. Modified Parkinson Activity Scale,


2. Timed Up and Go
3. Six-Minute Walk
4. 10 Meter Walk
ICF
(1). Body Structure & function
• gangguan gerakan yang tidak disadari (tremor)
• gangguan fungsi otot
(2) Activity Limitation
• gangguan mobilitas
• gangguan merawat diri sendiri *bila
diperlukan
(3) Participation Restriction
• gangguan dalam bersosialisasi
• gangguan komunikasi
• gangguan intrapersonal, interpersonal, relationship
9.

10.
Intervensi Fisioterapi
a. Mempertahankan kapasitas fisik dengan latihan nafas
b. Menjaga kekuatan otot dan mobilisasi sendi dengan terapi
latihan
c. Memperbaiki postur dengan terapi latihan control postur
dengan metode khusus, misalnya PNF
d. Meningkatkan keseimbangan dengan cara latihan
keseimbangan
e. Stretching
f. Core Exercise
g. Postural Correction
h. Bobath Concept
i. Hands-on Training
j. Gait and Balance Exercise
k. Stimulus informasi sensorik dengan cueing (isyarat/tanda)
Evaluasi

a. Parkinson’s disease questionnaire


b. Gait speed
c. two or six min walk test
d. Freezing of gait questionnaire
e. Timed up and go test
f. Functional reach test
g. Berg balance scale

Anda mungkin juga menyukai