Anda di halaman 1dari 25

PARKINSON’S DISEASE

KELOMPOK 5
 NAHDHIA FALLAH PH
 JUWITA AFRILIA
 FITRIANI
 DEVI FERANITA ZEBUA
PENDAHULUAN
Sejak saat itu muncul istilah
parkinsonism
Tahun 1817 Dr.yaitu
James Parkinso n
mengg ambarkan
mempu gejalapasien
blikasikan kasus klinikyang
mengalami “Sh aking
yang ditandai denganPalsy” (shake=
gemetar,
gemetar,
kekakuan, palsy
bra=dikenisia
kelumpuhan)
, dan
instabilitas postural

Pada
tahu
n
1921
,
Char
les
Foix
berh
asil
men
gung
kapk
an
kelai
nan
seca
ra
tepa
t
dibat
ang
otak,
yaitu
di
subt
ansi
a
nigra
mes
ense
falon
seba
gi
subs
trat
peny
akit
parki
nson
Definisi

Penyakit Parkinson


Penyakit gangguan syaraf kronis dan progreresif yang ditandai dengan:

T : Tremor (gemetar)

R : Rigiditas (kekakuan otot)

A : Akinesia/ Bradikenisia (berkurangnya kecepatan
gerakan)

P : Postural Disability (misalnya: postur tubuh membungkuk,
gaya berjalan yang kecil-kecil, kepala sedikit menunduk)
Epidemiologi

Penyakit
Faktor
parkinson
Onset
lingkunganyang
Peningkata
terjaditidak
terjadi <50
n usia
pada begitu
usiatahun
>60berpegaru
tahun mungkin
ada
h faktor
genetik
Prevalensi


Penyakit Parkison paling banyak dialami pada usia lanjut dan jarang ditemukan pada umur dibawah 30
tahun. Sebagian besar kasus ditemukan pada usia 40-70 tahun, rata-rata pada usia 58-62 tahun dan
kirakira 5% muncul pada usia dibawah 40 tahun. (PERDOSSI, 2008).


Angka prevalensi penyakit Parkinson di Amerika Utara diperkirakan sebesar 160 per 100.000 populasi dengan angka kejadian sekitar 20 per
100.000 populasi. Prevalensi dan insidensi penyakit Parkinson semakin meningkat seiring bertambahnya usia. Prevalensi berkisar antara 0,5-
1% pada usia 65-69 tahun. Pada umur 70 tahun prevalensi dapat mencapai 120 dan angka kejadian 55 kasus per 100.000 populasi pertahun.
Prevalensi meningkat sampai 1-3% pada usia 80 tahun atau lebih.

Indonesia


Di Indonesia belum ada data prevalensi penyakit Parkinson yang pasti, namun diperkirakan terdapat
sekitar 400.000 penderita penyakit Parkinson. Penyakit ini lebih banyak ditemukan pada pria dari pada
wanita dengan angka perbandingan 3:2 (Joesoef, 2007).
Etiologi
• Faktor resiko tidak diketahui, tetapi terdapat hipotesis,
diantaranya; infeksi oleh virus yang non konvensional (belum
diketahui), reaksi abnormal terhadap virus yang sudah
umum, pemaparan terhadap zat toksik yang belum di
ketahui, terjadinya penuaan yang prematur atau dipercepat.
• Selain itu, beberapa hal yang dapat menyebabkan gejala
parkinson, antara lain:
– Obat, seperti : fenotiazin, benzamid, metildopa, dan
reserpin, metoklopramid, SSRI, Amiodarone, Diltiazem,
Asam Valproat
– Keracunan logam berat (Mn)
– Anoksia (keracunan Co)
– Pasca trauma, dll.
Patofisiologi
• Abnormalitas patologis yang utama : degenerasi sel dengan
hilangnya neuron dopaminergik yang terpigmentasi di pars
compacta subtansia nigra di otak dan ketidakseimbangan
sirkuit motor ekstrapiramidal (pengatur gerakan di otak)
• Pada orang normal, dopamine berkurang 5% perdekade
• Pada penderita parkinson, dopamine berkurang 45%
selama dekade pertama setelah diagnosis
• Biasanya gejala baru muncul ketika dopamine di striatal
sudah berkurang sampai 80%
• Degenerasi saraf dopamine pada nigrostriatal
menyebabkan peningkatan aktivitas kolinergik striatal ->
efek tremor
Patofisiologi
• Pada tahun 1921, Charles Foix berhasil mengungkapkan
secara tepat kelainan di batang otak, yaitu di subtansia
nigra mesensefalon sebagai substrat penyakit parkinson.
Pemeriksaan makroskopis memperlihatkan daerah yang
pucat (depigmentasi) pada pars kompakta subtansia nigra
yang dengan jelas menunjukkan lenyap atau berkurangnya
jumlah sel-sel neuromelanin yang menghasilkan dopamin
pada penyakit parkinso. Sedangkan pada pemeriksaan
mikroskopik terlihat adanya badan-badan Lewy yang
merupakan inclusion body dan mendesak granula-granula
neuromelanin yang tersisa ke tepi. Juga terlihat destruksi
sel dengan fagositosis sisa sel dan pigmen, serta sel-sel
yang masih ada akan menciut dan bervakuola.
Patofisiologi
Gejala dan tanda

Tanda utama

Tremor, pada Kekakuan, gerakan Melemahnya Ketidak


putar siku dan gerakan, langkah
saat istirahat pergelangan
pendek-pendek,
seimbangan
keparahan tangan berkurang,
ekspresi wajah lambaian tangan tubuh,
relatif stabil kaku berkurang sering jatuh
Tanda non motorik
Inkonti
Dem
nensia
ensia

Dep
resi

Konsti
pasi,
dll
Diagnosis
• Kemungkinan diagnosis tepat jika pasien menunjukkan
bradikinesia, tremor, kekakuan
• Perlu dilihat ada info sejarah penggunaan obat (drug induced
parkinsonism)
• Dengan melakukan anamnesis dan pemeriksaan yang seksama,
umumnya diagnosis parkinson sudah dapat ditegakkan. Hanya
sedikit saja pemeriksaan penunjang lain dibutuhkan setelah
evaluasi klinik yang lengkap. Pada tiap kunjungan perlu diproleh:
– Tekanan darah yang diukur dalam keadaan berbaring dan
berdiri untuk mendeteksi hipotensi ortostatik, yang dapat pula
diperberat oleh medikasi
– Menilai respon terhadap stress
– Mencatat dan menilai kemampuan fungsional
– Pemeriksaan penunjang
• Sekali diagnosis, dapat dievaluasi perkembnagan penyakitnya
dengan skala Hoehn dan Yahr
Skala Hoehn dan Yahr
Stage 0 Tidak ada tanda-tanda penyakit
Stage 1 Tanda-tanda unilateral
Stage 1,5 Tanda-tanda unilateral dan bilateral
Stage 2 Tanda-tanda bulateral tanpa
gangguan keseimbangan
Stage 2,5 Penyakit bilateral ringan
Stage 3 Penyakit bilateral ringan-sedang,
terjadi ketidak seimbangan tubuh,
secara fisik masih mandiri
Stage 4 Penyakit parah, tidak mampu hidup
sendiri
Stage 5 Tidak bisa berjalan atau berdiri
tanpa bantuan
Tujuan terapi
• Meminimalkan kecacatan (disability) dan
efek samping, serta meningkatkan kualitas
hidup semaksimal mungkin
Terapi Non Farmakologi

Nutrisi
Edukasi

Latihan
Terapi Farmakologi
Meningkatkan kadar dopamin endogen

• L- Dopa, prekusor dopa


• Carbidopa, Benserazid, menghambat metabolisme perifer oleh dopa dekarbosilase
• Entacapon, tolcapon, menghambat degredasi dopa oleh O-metiltransferase
• Selegilin, menghambat degredasi Dopa oleh MAO B
• Amantadin, meningkatkan sintesis dan pelepasan dopamin, menghambat re-uptake

Mengatifkan reseptor dopamin dengan antagonis

• Bromokriptin, lisurid, agonis D2


• Pramipeksol, ropinirol, agonis D2 dan D3
• Pergolid, apomorfin, agonis D1 dan D2

Menekan aktifitas kolinergik dengan obat-obatan anti kolinergik

• Benztropin, triheksifenidil
DAFTAR PUSTAKA


Perhimpunan dokter spesialis saraf indonesia, Harsono (Ed). 2011. Buku Ajar Neurologi
Klinis. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Perhimpunan dokter spesialis saraf indonesia, Harsono (Ed). 2009. Kapita Selekta
Neurologi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Zulliesikawati.staff.ugm.ac.id/wp-content/.../parkinsons-disease.pdf

Wuryasti, fetri. DBS Perbaiki Kualitas Hidup Penderita Parkinson. Diakses pada tanggal
Rabu, 15 April 2015 00:00 WIB. http://www.mediaindonesia.com/news/read/2552/dbs-
perbaiki-kualitas-hidup-penderita-parkinson/2015-04-15
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai