Anda di halaman 1dari 41

Referat Parkinson Disease

Presented by:
Rosyidah Qurrota A’yun
201570020
BAB I Pendahuluan

1. Latar Belakang
2. Tujuan
Latar Belakang
Penyakit Parkinson adalah penyakit yang mengganggu sistem gerak

tubuh dan merupakan salah satu penyakit degenerasi otak terbanyak


setelah Alzheimer.
Penyakit Parkinson ditemukan oleh seorang ilmuwan Inggris yang

bernama James Parkinson pada tahun 1817.


Tanda-tanda dari penyakit ini yaitu, bradikinesia (melambatnya gerak

anggota tubuh), kekakuan dan tremor serta adanya gejala mental.


Parkinson biasanya terjadi pada usia 65 hingga 70 tahun sedangkan

kasus sebelum usia 40 tahun terjadi <5%.


Latar Belakang
Onset yang lebih awal bisa terjadi pada seseorang yang

memiliki riwayat genetik. Secara umum faktor genetik terlibat


sekitar 5-10% dari kasus parksinson.
Parkinson terjadi lebih sering pada pria daripada wanita.

Prevalensi penyakit ini berkisar 100-200 per 100.000 orang


dan insiden tahunannya sekitar 15 per 100.000 orang
Selain penyakit Parkinson ternyata ada banyak penyakit terkait

degenerasi otak yang harus dipahami sehingga pada referat ini


akan dijelaskan teori dan klinis terkait penyakit Parkinson.
Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan referat dengan judul “Parkinson


Disease” dibuat antara lain untuk membantu penulis
memahami salah satu penyakit neurodegeneratif yang
sering terjadi.
BAB II Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Penyakit Parkinson


2. Patogenesis
3. Anatomi-Patofisiologi
4. Manifestasi Klinis
5. Klasifikasi
6. Faktor Risiko
7. Diagnosis Banding
8. Penegakkan Diagnosis
9. Tatalaksana
10.Prognosis
Pengertian Penyakit Parkinson
 Penyakit parkinson (PD) adalah suatu penyaakit
neurodegeneratif kronik dan progresif yang dicirikan
dengan kelainan pergerakan hipokinetik yang disebabkan
oleh hilangnya neuron dopaminergik dari subtansia nigra
 Parkinsonisme merupakan sindrom klinis yang ditandai

oleh adanya tremor istirahat, rigiditas, bradikinesia, dan


instabilitas postural/hilangnya refleks tubuh.
Anatomi Otak

Ganglia Basal:
- Korpus Striatum Nukleus kaudatus,
putamen, globus palidum
- Subtansia nigra
- Nukleus subtalamik
Gambaran Subtansi Nigra Pada PD
Histopatologi Penyakit Parkinson

Gambar 1. Penyakit Parkinson. (A) Subtansia nigra normal. (B) Depigmentasi subtansia nigra PD
idiopatik. (C) Jisim Lewy pada sebuah neuron subtansia nigra yang terpulas merah muda.2
Manifestasi Klinis
Stadium klinis berdasarkan
Hoem dan Yahr
Klasifikasi PD
Idiopatik (primer) penyakit parkinson, genetik PD
Simtomatik (Sekunder) akibat infeksi, obat, vascular,
trauma, hipotiroidea, tumor, hidrosefalus tekanan
normal dan hidrosefalus obstruktif
Parkinsonisme plus (multiple system degenerative)
merupakan parkinsosime primer dengan gejala
tambahan. Termassuk demensia lewy bodues,
progresif supranuklear palsi, atrofi multi system,
degenerasi striatonigral, degenerasi
olivipontoserebelar dll
Parkinsonisme herediter seperti penyakit Wilson,
penyakit huntington dll.
Penyebab dan Faktor Risiko
Penyebab pasti penyakit Parkinson belum diketahui,
tetapi beberapa faktor yang tampak mempengaruhi
terjadinya penyakit parkinson.
Usia 60 tahun
Genetik Dikeluarga ada yang mengalami
Gender Laki-laki
Lingkungan Paparan racun yang berkelanjutan
Diagnosis Banding
Gangguan Karakteristik
Tremor Predominan tremor aksi ekstremitas atas yang khas
esensial simetris. Mengenai juga kepala dan pita suara. Biasanya
tidak ada defisit neurologis lain. Dapat ditemukan
riwayat keluarga yang positif, dan tremor berkurang
dengan minum alkohol
Tremor Postur distonik (seperti, tangan yang distonik pada
distonik posisi tertentu). Diagnosis biasanya cukup sulit
ditegakkan.
Penyakit Awitan neurologis Penyakit Wilson biasanya dimulai
Wilson dari saat kecil atau dewasa muda. Pasien
memperlihatkan gejala tremor, parkinsonism dan/atau
distonia. Sebagai peraturan umum, pasien yang
memperlihatkan gangguan gerak dibawah 50 tahun
harus menjalani pemeriksaan untuk mengeksklusi
penyakit ini
Diagnosis Banding
Gangguan Karakteristik
Progressive Ciri khas berupa defisit gerakan bola mata vertikal
supranuclear (restriksi atau pada tahap awal penyakit terdapat
palsy perlambatan sakadik ke bawah). Riwayat jatuh sering
ditemukan pada fase awal (dalam 1 tahun pertama).
Dapat ditemukan rigiditas aksial (leher) yang lebih
dominan dibanding ekstremitas. Pasien dapat
memperlihatkan tanda disartria/disfagia pada fase awal
penyakit.
Parkinsonism Parkinsonism mengenai terutama badan bagian bawah.
Vaskuler Tidak ada tremor istirahat yang tipikal. Gambaran
seperti stroke dapat ditemukan. Pasien biasanya
memiliki faktor risiko vaskuler yang nyata dan MRI
kepala biasanya memperlihatkan perubahan iskemik luas
(lebih jarang, parkinsonism ini dapat disebabkan oleh
stroke pembuluh darah kecil di lokasi strategik seperti di
substansia nigra.
Menegakkan Diagnosis

Anamnesis, Pemeriksaan Fisik, Pemeriksaan


Penunjang
Penegakkan Diagnosis
Diagnosis penyakit Parkinson ditegakkan
berdasarkan pemeriksaan klinis, berupa
ditemukannya kumpulan gejala berupa tremor,
bradikinesia, rigiditas dan ketidakseimbangan
postural.
Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan
laboratorium maupun imaging biasanya dalam
batas normal
Kriteria Diagnosis Menurut Hughes
Possible: Di dapatkan salah satu gejala utama
Tremor istirahat, Rigiditas, Bradikinesia, Kegagalan
refleks postural
Probable: Bila terdapat kombinasi dua gejala utama
(termasuk kegagalan refleks postural) atau satu dari
tiga gejala pertama yang tidak simetris (dua dari
empat tanda motorik)
Definite: Bila terdapat kombinasi tiga dari empat
gejala atau dua gejala dengan satu gejala lain yang
tidak simetris (tiga tanda kardinal). Bila semua
tanda-tanda tidak jelas sebaiknya dilakukan
pemeriksaan ulangan beberapa bulan kemudian.
Anamnesis
Awitan keluhan atau gejala tidak diketahui dengan pasti
Perjalanan gejala semakin memberat
Gejala dimulai pada satu sisi anggota gerak, tetapi seiring waktu akan
mengenai kedua sisi tubuh.Jenis gejala yang mungkin timbul :
 Merasakan tubuh kaku dan berat
 Gerakan lebih kaku dan lambat
 Tulisan tangan semakin mengecil dan tidak terbaca
 Ayunan lengan berkurang saat berjalan
 Kaki diseret saat berjalan
 Suara bicara pelan dan sulit dimengerti
 Tangan atau kaki gemetar
 Merasa goyah saat berdiri
 Merasakan kurang bergairah
 Berkurang fungsi penghidu / penciuman
 Keluar air liur berlebihan
Anamnesis
Faktor yang memperingan gejala : istirahat, tidur, suasana tenang
Faktor yag memperberat gejala : kecemasan, kurang istirahat
Riwayat penggunaan obat antiparkinson dan respon terhadap
pengobatan.
Anamnesis yang mengarah ke penyebab lain seperti:
 Riwayat stroke
 Riwayat trauma kepala
 Riwayat infeksi otak
 Riwayat ada tumor otak
 Riwayat gangguan keseimbangan
 Riwayat mengkonsumsi obat-obat tertentu seperti obat anti
muntah, obat psikosis
Pemeriksaan Fisik
Pengamatan saat pasien duduk:
 Tremor saat istirahat, terlihat di tangan atau tungkai bawah.
 Ekspresi wajah seperti topeng / face mask (kedipan mata dan ekspresi wajah
menjadi datar)
 Postur tubuh membungkuk
 Tremor dapat ditemukan di anggota tubuh lain (meskipun relatif jarang) misalnya
kepala, rahang bawah, lidah, leher atau kaki.
Pemeriksaan bradikinesia
 Gerakan tangan mengepal-membuka-mengepal dan seterusnya berulang-ulang,
makin lama makin berkurang amplitudo dan kecepatannyanya
 Gerakan mempertemukan jari telunjuk-ibu jari (pada satu tangan) secara berulang-
ulang makin lama makin berkurang amplitudo dan secepatannyanya
 Tulisan tangan makin mengecil
 Kurang trampil melakukan gerakan motorik halus, seperti membuka kancing baju
 Ketika berbicara suara makin lama makin halus, dan artikulasi mejadi tidak jelas,
kadang-kadang seperti gagap.
Pemeriksaan Fisik
Pengamatan saat pasien berjalan :
 Kesulitan / tampak ragu-ragu saat mulai berjalan
(hesitancy), berjalan dengan kaki diseret (shuffling),
jalan makin lama makin cepat (festination)
 Ayunan lengan berkurang baik pada 1 sisi anggota gerak
maupun dikeduanya.
Ditemukan rigiditas pada pemeriksaan tonus otot
Pemeriksaan instabilitas postural / tes retropulsi : pasien
ditarik dari belakang pada kedua bahunya untuk melihat
apakah pasien tetap mampu mempertahankan posisi tegak.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik lain untuk menemukan tanda negatif dari
Penyakit Parkinson:
 Pemeriksaan refleks patologis : refleks patologis negative
 Pemeriksaan gerakan bola mata ke atas : gerakan okulomotor
normal
 Pemeriksaan tekanan darah postural
 Pemeriksaan fungsi otonom, misalnya pengontrolan miksi
adakah inkontinensia
 Pemeriksaan fungsi serebelum, misalnya ataksia saat berjalan
 Pemeriksaan fungsi kognitif yang muncul pada permulaan
penyakit.
Pemeriksaan Penunjang
Secara umum pemeriksaan pencitraan otak dibagi
2:
 Pencitraan struktural (CT scan kepala, MRI
kepala , Ultrasonografi transkranial)
 Pencitraan fungsional (PET, SPECT).
Pemeriksaan Patologi Anatomi Ganglia Basal
Tatalaksana
Secara garis besar konsep terapi farmakologis maupun
pembedahan pada penyakit Parkinson dibedakan menjadi tiga hal:
Simptomatik, untuk memperbaiki gejala dan tanda penyakit

Protektif, dengan cara mempengaruhi patofisiologi penyakit

Restoratif, mendorong neuron baru atau merangsang


pertumbuhan dan fungsi sel neuron yang masih ada

Tujuannya  untuk meningkatkan, atau paling sedikit


mempertahankan kualitas hidup penderitanya.
Tatalaksana Medikamentosa
DopaminergikObat pengganti dopamine (Levodopa,
Carbidopa)
• Meningkatkan jumlah dopamin, memulihkan keseimbangan
antara inhibisi dopaminergik dan eksitasi kolinergik.
• Obat ini sangat efektif untuk menghilangkan gejala karena
langsung mengganti neuron dopaminergik yang produksinya
sangat menurun akibat proses degenerasi
Efek Samping: Neusea, Muntah, Distress abdominal, Hipotensi
postural, Aritmia jantung, terutama pada penderita yang
berusia lanjut. Efek ini diakibatkan oleh efek beta-adrenergik
dopamin pada sistem konduksi jantung. Ini bisa diatasi dengan
obat beta blocker seperti propanolol, Diskinesia, dan
abnormalitas laboratorium
Tatalaksana Medikamentosa
Agonis Dopamin Bromokriptin (Parlodel), Pergolid (Permax),
Pramipexol (Mirapex), Ropinirol, Kabergolin, Apomorfin, dan lisurid
Merupakan obat yang mempunyai efek serupa dopamine pada reseptor

D1 maupun D2, tetapi tidak akan dikonversi di dalam tubuh seperti


levodopa. Biasanya obat ini sering dipakai sebagai kombinasi utama
dengan levodopa-carbidopa agar menurunkan dosis levodopa,
sehingga mengurangi efek samping yang ditimbulkan.
Efek samping obat ini adalah halusinasi, psikosis, eritromelalgia,

edema kaki, mual dan muntah


Tatalaksana Medikamentosa
Penghambat Monoamin Oksidase
(MAO Inhibitor)Selegiline (Eldepryl), Rasagaline
(Azilect).
Berguna untuk mengendalikan gejala dari penyakit
Parkinson yaitu untuk menghaluskan pergerakan
Mengurangi gejala dengan menginhibisi monoamine
oksidase B (MAO-B), sehingga menghambat
perusakan dopamin yang dikeluarkan oleh neuron
dopaminergik
Selain itu obat ini juga  berfungsi sebagai antidepresan
ringan.
Efek sampingnya adalah insomnia, penurunan tekanan
Tatalaksana Medikamentosa
DA release enhancer / DA reuptake blocker   (Amantadine)
• Berperan sebagai pengganti dopamin, tetapi bekerja di
bagian lain otak. Obat ini diketahui dapat menghilangkan
gejala penyakit Parkinson yaitu menurunkan gejala
tremor, bradikinesia, dan fatigue pada awal penyakit
Parkinson dan dapat menghilangkan fluktuasi motorik
(fenomena on-off ) dan diskinesia pada penderita
Parkinson lanjut.
• Dapat dipakai sendirian atau sebagai kombinasi dengan
levodopa atau agonis dopamine.
• Efek sampingnya dapat mengakibatkan mengantuk.
Tatalaksana Medikamentosa
Penghambat Catechol 0-Methyl
Transferase/COMTEntacapone (Comtan), Tolcapone
(Tasmar). Obat ini masih relatif baru, berfungsi
menghambat degradasi dopamine oleh enzim COMT dan
memperbaiki transfer levodopa ke otak.
Neuroproteksi Terapi neuroprotektif dapat melindungi
neuron dari kematian sel yang diinduksi progresifitas
penyakit.
(CEP 1347 and CTCT346), lazaroids, bioenergetics,
antiglutamatergik agents, dan dopamine receptors
Tatalaksana Medikamentosa
Non-dopaminergik/ Antikolinergik
• Obat ini menghambat sistem kolinergik di basal ganglia
dan menghambat aksi neurotransmitter otak yang disebut
asetilkolin.
• Obat ini mampu membantu mengoreksi keseimbangan
antara dopamine dan asetilkolin, sehingga dapat
mengurangi gejala tremor.
• Ada dua preparat antikolinergik yang banyak digunakan
untuk penyakit parkinson, yaitu thrihexyphenidyl  (artane)
dan benztropin mesilat (Kogentin).
• Efek samping obat ini adalah mulut kering dan pandangan
kabur.
Tatalaksana Pembedahan
Terapi pembedahan yang bertujuan untuk
memperbaiki atau mengembalikan seperti semula
proses patologis yang mendasari (neurorestorasi).
Terapi pembedahan dapat berupa terapi ablasi lesi di
otak, deep brain stimulation, transplantasi
Tatalaksana Nonmedikamentosa
Terapi non farmakologi adalah sebagai berikut:
Edukasi Pasien serta keluarga diberikan pemahaman
mengenai penyakitnya, misalnya pentingnya meminum
obat teratur dan menghindari jatuh. Menimbulkan rasa
simpati dan empati dari anggota keluarganya sehingga
dukungan fisik dan psikis menjadi maksimal.
Terapi rehabilitasi Untuk meningkatkan kualitas hidup
penderita dan menghambat bertambah beratnya gejala
 penyakit.
Prognosis
Tatalaksana yang cepat dan tepat akan meningkatkan

kualitas hidup produktif meskipun rata-rata harapan


hidup pada pasien PD umumnya lebih rendah
dibandingkan yang tidak menderita PD
BAB III Kesimpulan
Kesimpulan
Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif
yang dicirikan dengan gangguan motorik (bradikinesia,
tremor istirahat, kekakuan, dan instabilitas postural),
onset gejala asimetris, dan respon yang baik untuk
levodopa.
Neuropatologis utama PD adalah keberadaan Lewy
bodies yang mengandung α-synuclein dan hilangnya
neuron dopaminergik di substantia nigra
Penyebab dan faktor risiko meliputi usia >60 tahun,
genetik, umumnya terjadi pada laki-laki, dan faktor
lingkungan karena paparan racun.
Kesimpulan
Diagnosis penyakit Parkinson ditegakkan berdasarkan
pemeriksaan klinis, berupa ditemukannya kumpulan gejala
berupa tremor, bradikinesia, rigiditas dan ketidakseimbangan
postural.
Penatalaksanaan dari penyakit ini secara garis besar meliputi
terapi medikamentosa, pembedahan, dan nonmedikamentosa,
tatapi belum ada terapi yang secara definitive dapat
menyembuhkan Parkinson. Obat-obatan yang ada hanya dapat
menekan gejala yang ditimbulkan saja, sehingga tujuan utama
terapi adalah untuk meningkatkan kualitas hidup penderitanya.
Prognosis bergantung seberapa cepat PD ditatalaksana dan
ketaatan pasien.
Referensi
 Price SA, Wilson LM. Patofisiologi, Konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi 6.
Alih Bahasa: Pendit BU, Hartanto H, Wulansari P, Mahanani DA. Jakarta: EGC.
2005. h. 1141-44.
 Kumar V, Abbas AK, Aster JC. Buku ajar patologi Robbins. Edisi ke 10. Alih
Bahasa: Ham MF, Saraswati M. Indonesia: Elsevier Singapore. 2020. h. 864-66.
 Rahayu RA. Penyakit Parkinson. In: Sudoyo AW, Setiyoohadi B, Alwi I, Simadibrata
M, Setiati S, Editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 5. Jakarta: Interna
Publishing. 2015. h. 851-7.
 Joesoef AA. Parkinson’s Disease: Basic Science. In: Sjahrir H, Nasution D, Gofir A,
Editors. Parkinson’s Disease and Other Movement Disorders. Medan: Pustaka
Cendekia; 2007. p. 4, 7, 14-8.
 Suharti. Patofisiologi penurunan kognitif pada penyakit Parkinson. UMI Medical
Journal Vol.5 Issue:1; Juni, 2020. Sitasi 12 Okt 2021.
 Mayo Clinic. Parkinson Disease. 08 Dec 2020. [cited on 12 Okt 2021]. Available
from:
https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/parkinsons-disease/symptoms-cause
s/syc-20376055
Thank You

Anda mungkin juga menyukai