Anda di halaman 1dari 20

Sains Biologi SMA

Kls XII
Bumi Aksara
BAB 4
HUKUM HEREDITAS,
PENERAPAN, SERTA
IMPLIKASINYA
Standar Kompetensi:
• memahami penerapan konsep dasar dan
prinsip-prinsip hereditas serta implikasinya
pada salingtemas

Kompetensi Dasar:
• menerapkan prinsip hereditas dalam
mekanisme pewarisan sifat
Integrasi Nilai
Genetika

Ilmu yang mempelajari tentang pewarisan sifat


(hereditas) dari individu induk kepada keturunannya

Dikembangkan oleh

Gregor Mendel, melalui penelitiannya pada kacang


ercis (Pisum sativum). Ditulis dalam Proceeding of
National History Society pada tahun 1866.

timbul

Hukum Pewarisan Sifat:


Hukum Mendel I dan Hukum Mendel II
Hukum Pewarisan Sifat

Hukum Mendel I atau hukum segregasi: alel-alel akan berpisah


secara bebas dari diploid menjadi haploid pada saat
pembentukan gamet.
Untuk mengujinya, Mendel melakukan perkawinan silang
antara antara ercis berbunga ungu dengan ercis berbunga
putih dengan satu faktor pembawa sifat.

Hukum Mendel II atau the law of independent assortment:


perkawinan silang yang menyangkut dua atau lebih pasangan
sifat berbeda maka pewarisan dari masing-masing pasangan
faktor sifat-sifat tersebut adalah bebas sendiri-sendiri (masing-
masing tidak tergantung satu sama lain.
Untuk mengujinya, Mendel melakukan perkawinan silang
antara antara ercis berbunga ungu dengan ercis berbunga
putih dengan dua atau lebih faktor pembawa sifat.
Hukum Mendel I

Persilangan antara ercis berbunga ungu dengan ercis berbunga putih


menghasilkan keturunan F1 ercis berbunga ungu.
Keturunan F1 dikawinkan antarsesamanya menghasilkan keturunan F2
di mana sebagian ercis berbunga ungu (3/4 bagian) dan sebagian
berbunga putih (1/4 bagian)
Hukum Mendel II

Persilangan antara ercis


berbiji kuning bentuk bulat
dengan ercis berbiji hijau
bentuk keriput.
Penyimpangan Semu Hukum Mendel

1. Interaksi dari Beberapa Gen (Atavisme)


Adanya interaksi dua gen dominan atau resesif menghasilkan fenotipe
keturunan berbeda dari kedua induknya.
Contoh: bentuk pial pada ayam

Pial biji Pial bilah Pial gerigi Pial sumpel


Penyimpangan Semu Hukum Mendel

Pial-pial tersebut dapat disilangkan satu sama lain:

1. ayam berpial gerigi galur murni X ayam berpial bilah


F1 100% berpial gerigi dan F2 terdiri atas 75% berpial gerigi dan 25% bilah.
Berarti, pial gerigi dominan terhadap pial bilah.

2. ayam berpial biji galur murni X ayam berpial bilah


F1 100% berpial biji dan F2 terdiri atas 75% berpial biji dan 25% bilah.
Berarti, pial biji dominan terhadap pial bilah.

3. ayam berpial gerigi galur murni X ayam berpial biji galur murni
F1 100% berpial sumpel (walnut). Jadi, sifat pialnya berbeda dengan
induk jantan maupun induk betina.
F2 diperoleh 4 macam fenotipe= pial sumpel: pial gerigi: pial biji: pial bilah
=9:3:3:1
Penyimpangan Semu Hukum Mendel
2. Polimeri
Sifat yang muncul pada persilangan heterozigot, disebabkan terdapat dua
atau lebih gen yang menempati lokus berbeda, tetapi memiliki sifat yang
sama.
Contoh: persilangan gandum berbiji merah dengan gandum berbiji putih.

F1 semua berbiji merah

F2 diperoleh keturunan
dengan rasio fenotipe
15 merah dan 1 putih
Penyimpangan Semu Hukum Mendel
3. Kriptomeri
Gen dominan yang seolah-olah tersembunyi jika berdiri sendiri-sendiri,
pengaruhnya tampak jika bersama-sama dengan gen dominan lainnya.
Contoh: persilangan Linaria maroccana berbunga merah galur murni
dengan berbunga putih juga galur murni.

F1 semua
berbunga
ungu

F2 diperoleh
keturunan
dengan rasio
fenotipe
9 berbunga
ungu, 3
berbunga
merah, dan 4
berbunga putih
Penyimpangan Semu Hukum Mendel
4. Epistasis dan Hipostasis
Salah satu bentuk interaksi antara gen dominan mengalahkan gen
dominan lainnya yang bukan sealel. Gen dominan yang menutup gen
dominan lainnya disebut epistasis, dan gen dominan yang tertutup itu
disebut hipostasis.
Contoh: persilangan antara gandum berkulit biji hitam dengan gandum
berkulit biji kuning
P : HHkk >< hhKK
(hitam) (kuning)
Gamet : Hk hK
F1 : HhKk (hitam)
F2 :
Penyimpangan Semu Hukum Mendel
5. Gen Komplementer
Gen-gen yang berinteraksi dan saling melengkapi. Jika salah satu gen
tidak hadir maka pemunculan suatu karakter akan terhalang atau tidak
sempurna.

Contoh: pigmen pada bunga Lathyrus adoratus


Ada dua gen yang berinteraksi dalam menumbuhkan pigmen:
Gen C : menyebabkan timbulnya bahan mentah pigmen.
Gen c : tidak menumbuhkan pigmen.
Gen P : menumbuhkan enzim pengaktif pigmen.
Gen p : tidak mampu menumbuhkan enzim

Individu yang mengandung faktor C tanpa faktor P akan berwarna putih.


Individu yang mengandung faktor P tanpa faktor C juga berwarna putih.
Individu yang mengandung faktor C dan P akan menunjukkan warna
ungu.
Penyimpangan Semu Hukum Mendel
Diagram
persilangannya

F2 diperoleh
dengan rasio
fenotipenya
adalah 9
berpigmen ungu
dan 7 berpigmen
putih.

Keterangan:
No. 1, 2, 3, 4, 5, 7, 9, 10, dan 13 = mengandung faktor C dan P, berfenotipe ungu.
No. 6, 8, 14 = mengandung C tanpa P, berfenotipe putih.
No. 11, 12, 15 = mengandung P tanpa C, berfenotipe putih.
No. 16 = tidak mengandung faktor P dan C, berfenotipe putih.
Tautan

Dua atau lebih gen yang


menempati kromosom sama
dan menimbulkan suatu sifat
yang sama disebut tertaut atau
linkage.
Peristiwa terbentuknya gen
tertaut ini disebut tautan

Dikemukakan oleh Morgan pada


persilangan lalat buah
(Drosophila melanogaster)
yang memiliki perbedaan
morfologis, seperti bentuk
sayap, warna tubuh, dan warna
mata.
Tautan
Persilangan antara Drosophila betina normal tubuh berwarna
kelabu dan bersayap panjang dengan Drosophila jantan tidak
normal yang tubuh berwarna hitam dan tidak bersayap.
Keterangan:
BbVv = Drosophila
kelabu-bersayap
panjang
bbvv = Drosophila
hitam-bersayap
pendek
Pindah Silang
Pada peristiwa meiosis, kromatid yang berdekatan dari kromosom homolog tidak
selalu berjajar berpasangan dan beraturan, kadang-kadang saling melilit satu
dengan lainnya. Menyebabkan sering terjadi sebagian gen-gen suatu kromatid
tertukar dengan gen-gen kromatid homolognya. Peristiwa ini disebut pindah
silang atau crossing over.
Determinasi Seks

Jenis kelamin dapat ditentukan berdasarkan susunan


kromosom di dalam sel. Salah seorang perintis yang
berhasil menemukan perbedaan susunan kromosom sel jenis
kelamin jantan dan betina adalah McClung.

Dalam membedakan jenis kelamin dikenal beberapa sistem


pengelompokan kromosom,di antaranya adalah sebagai
berikut.
1. Sistem XX-XY, misalnya pada manusia dan lalat.
2. Sistem XX-XO, pada beberapa jenis serangga.
3. Sistem ZZ-ZW, pada unggas, kupu-kupu, dan ikan.
a. Sistem XX-XY pada manusia dan Drosophila. Jantan merupakan heterogamet dan
menghasilkan dua gamet (X atau Y), sedangkan yang betina adalah homogamet dan
hanya menghasilkan satu macam gamet saja (X)
b. Sistem XX-XO pada belalang dan serangga lainnya, yang jantan juga heterogamet,
tetapi kedua macam gametnya adalah X dan X bukan X dan Y
c. Sistem ZZ-ZW pada unggas dan kupu-kupu, yang betina adalah heterogamet,
kromosom seksnya disebut Z untuk jantan dan W untuk betina
d. Pada lebah madu dan ordo Hymenoptera lainnya, telur-telur tidak dibuahi dan
berkembang haploid dengan jenis jantan, sedangkan yang dibuahi menjadi diploid
dengan jenis kelamin betina

Anda mungkin juga menyukai