Filsof Tujuan Pemidanaan
Filsof Tujuan Pemidanaan
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MEDAN AREA
1
Capaian Pembelajaran :
Mahasiswa akan dapat menjelaskan mengenai
dasar filosofis tujuan pemidanaan
Kemampuan Akhir yang Diharapkan :
1.Mahasiswa mampu menjelaskan tentang
beragam tujuan pemidanaan yang ada di
dunia
2.Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan
pemidanaan yang dianut di Indonesia
DETERRENCE
RETRIBUTIF
TREATMENT
TEORI TUJUAN
PEMIDANAAN
RESTORATIF SOCIAL
JUSTICE DEFENCE
4
Retributif Deterrence Integrative Treatment Social Restorative
Retributif Deterrence Integrative Treatment Social Restorative
Defence Justice
Defence Justice
5
TEORI RETRIBUTIF
(TEORI PEMBALASAN)
6
TEORI RETRIBUTIF (TEORI PEMBALASAN)
9
TEORI DETERRENCE( TEORI RELATIF)
11
TEORI DETERRENCE( TEORI RELATIF)
12
TEORI DETERRENCE( TEORI RELATIF)
13
TEORI DETERRENCE( TEORI RELATIF)
14
TEORI TREATMENT
15
TEORI TREATMENT
16
TEORI TREATMENT
17
TEORI TREATMENT
18
TEORI TREATMENT
19
TEORI TREATMENT
• Menurut Toby,
Perbaikan terhadap pelaku kejahatan
merupakan gelombang besar dari gerakan
konformis yang dipengaruhi oleh tuntutan
humanisme dan menggunakan pendekatan
keilmuan dalam ilmu pemidanaan yang lebih
konstruktif dari pada penghukuman. Sebagian
besar dari argumen paham ini adalah
penentangan terhadap pemenjaraan dan
bentuk-bentuk lain dari pemidanaan dalam
kepustakaan penjara singkat yang dinyatakan
secara tegas bahwa pemidanaan (punishment)
bertentangan dengan perbaikan
(rehabilitation).
20
TEORI TREATMENT
Jackson Toby:
Tingginya angka resedivis sebagai hasil dari
proses pemenjaraan disebutkan sebagai bukti
dari pemidanaan yang tidak rasional. Dalam
hal ini muncul pertanyaan, mengapa terjadi
“frustasi pemenjaraan” dari pelaku kejahatan
sehingga menjadi resedivis?. Jika program
rehabilitasi didisain untuk membantu pelaku
dalam mengatasi rasa frustasi dalam situasi
kehidupannya, maka cara yang baik untuk
memulainya dengan ikut bertanggung jawab
bahwa pemenjaraan yang keras adalah tidak
cocok untuknya.
21
TEORI TREATMENT
22
TEORI TREATMENT
• Kritikan pertama :
Ditujukan pada kenyataannya bahwa hanya sedikit
negara yang mempunyai fasilitas untuk
menerapkan program rehabilitasi pada tingkat dan
kebijakan yang menekankan penggunaan tindakan
untuk memperbaiki (treatment) atas nama
penahanan.
23
TEORI TREATMENT
• Kritikan kedua:
Adanya tuduhan yang serius bahwa pendekatan yang
digunakan oleh paham rehabilitasi adalah pendekatan
yang mengundang tirani individu dan penolakan hak asasi
manusia. Misalnya dalam hal proses pelaksanaan
rehabilitasi ini tidak seseorang pun yang dapat
memprediksi berapa lama pengobatan akan berlangsung
ketika seorang tahanan segera diserahkan kepada dokter
untuk disembuhkan atau diobati sebelum tahanan itu
dibebaskan. Dalam hal ini juga sulit untuk mengontrol
otonomi keputusan dokter. Menurut Lewis sebagaimana
yang dikemukakan oleh Gerber McAnany bahwa sebagian
besar metode treatment yang dilakukan dengan penuh
kebaikan dan atas nama kemanusiaan, namun akhirnya
tidak terkontrol.
24
SOCIAL DEFENCE
(PERLINDUNGAN SOSIAL)
25
SOCIAL DEFENCE (PERLINDUNGAN SOSIAL)
27
DIVERSI DAN
RESTORATIVE JUSTICE
30
DIVERSI DAN RESTORATIVE JUSTICE
33
Tujuan Pemidanaan di dunia
Menyelesaiakan
konflik
Memulihkan
keseimbangan
34
Menyelesaikan konflik dan Memulihkan
Keseimbangan
35
Menyelesaikan konflik dan
Memulihkan Keseimbangan
36
Konsep Komunal dalam Hukum Adat
menurut Koesnoe
37
Konsep Komunal dalam Hukum Adat
menurut Koesnoe
38
Contoh Sanksi Adat dalam UU Simbur Cahaya
• Pada delik perzinahan, pelakunya dikenakan hukuman adat
berupa “pembasuh dusun atau tepung dusun.”;
• Hukuman ini berupa membebankan kewajiban untuk menyembeli
seekor kerbau atau seekor kambing yang bertujuan untuk
menghapuskan kehinaan atau “sial” di dalam masyarakat akibat
terjadinya kejahatan;
• Sanksi adat ini berfungsi untuk memperkuat masyarakat secara
magis karena untuk menyeimbangkan lingkungan alam yang telah
ternoda sehingga tidak membawa malapetaka bagi masyarakat
lainnya;
• Pembasuh dusun atau tepung dusun sering juga disebut syukuran
cuci dusun, yaitu pelaksanaan persedekahan dusun karena telah
terjadinya perzinahan, yaitu dengan menyembelih seekor kerbau
atau kambing atau perbuatan lain yang setara nilainya dengan
biaya persedekahan itu, sesuai dengan musyawarah mufakat yang
dipimpin oleh kepala desa atau jajaran dan pemangku adat.
39