Anda di halaman 1dari 82

TEORI HUKUM

&
PENEMUAN HUKUM
Dr.H.Achmad Sulchan,SH,MH.

Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang


Email: ach.sulchan@unissula.ac.id Hp 081228389498
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
 Bismillahirrohmanirrohim

 Kuliah di Universitas Islam Sultan Agung


Semarang, sebagai Calon Notaris.

 Mampu memberikan solusi hukum terbaik


untuk memecahkan problematika yang
muncul dalam masyarakat.

 Kata kunci : teori, hukum dan penemuan.


TEORI
 TEORI = thea ,
bahasa yunani : cara atau hasil pandang
= theoria ,
bahasa latin : perenungan

SANTOS : Teori adalah suatu set / kumpulan / koleksi gabungan


proposisi yang secara logis terkait satu sama lain dan diuji serta
disajikan secara sistimatis, dibangun dan dikembangkan melalui
research dan di maksudkan untuk menggambarkan dan
menjelaskan suatu fenomena.

 TEORI : adalah suatu kontruksi dialam pikir cita atau ide atau
gagasan manusia yang dibangun dengan maksud untuk
mengejawantahkan/menggambarkan secara reflektif dan fenomena
yang dijumpai dalam pengalamannya.
SYARAT TEORI – MALCOLM WATERS
1. Pernyataan itu harus abstrak.
2. Pernyataan itu harus tematis.
3. Pernyataan itu harus konsisten secara logika.
4. Pernyataan itu harus dijelaskan.
5. Pernyataan itu harus umum pada prinsipnya.
6. Pernyataan itu harus independen.
7. Pernyataan itu secara substantif harus valid.
Pernyataan Itu Harus Abstrak
 YAITU :
 HARUS DIPISAHKAN DARI PRAKTEK-PRAKTEK

SOSIAL YANG DILAKUKAN.


 JADI TEORI BIASANYA MENCAPAI ABSTRAKSI

MELALUI PENGEMBANGAN KONSEP TEKNIS


YANG HANYA DIGUNAKAN DALAM
KOMUNITAS TERTENTU.
PERNYATAAN ITU HARUS TEMATIS
 ARGUMENTASI TEMATIS TERTENTU HARUS
DIUNGKAPKAN MELALUI SEPERANGKAT
PERNYATAAN YANG MENJADIKAN
PERNYATAAN ITU KOHEREN DAN KUAT.
 TEMATIS ATAU FOKUS.
 KOHEREN ATAU KESERASIAN/SERASI ATAU

KEKOMPAKAN/KOMPAK.
PERNYATAAN ITU HARUS KONSISTEN
SECARA LOGIKA

 YAITU :
 PERNYATAAN ITU TIDAK BOLEH SALING

BERLAWANAN SATU SAMA LAIN DAN JIKA


MUNGKIN DAPAT DITARIK KESIMPULAN DARI
SATU DAN LAINNYA.
PERNYATAAN ITU HARUS DIJELASKAN

 TEORI HARUS MENGUNGKAPKAN SUATU TESIS


ATAU ARGUMENTASI TENTANG FENOMENA
TERTENTU YANG DAPAT MENERANGKAN
BENTUK SUBSTANSI ATAU EKSISTENSINYA.
PERNYATAAN ITU HARUS UMUM
PADA PRINSIPNYA

 PERNYATAAN ITU HARUS DAPAT DIGUNAKAN


DAN MENERANGKAN SEMUA
 ATAU CONTOH FENOMENA APAPUN YANG

MEREKA COBA TERANGKAN.


PERNYATAAN – PERNYATAAN ITU
HARUS INDEPENDEN

 PERNYATAAN ITU TIDAK BOLEH DIKURANGI


HINGGA PENJELASAN YANG DITAWARKAN
PARA PARTISIPAN UNTUK TINGKAH LAKU
MEREKA SENDIRI.
PERNYATAAN – PERNYATAAN ITU
SECARA SUBSTANTIF HARUS VALID
 PERNYATAAN ITU HARUS KONSISTEN
TENTANG APA YANG DIKETAHUI TENTANG
DUNIA SOSIAL OLEH PARTISIPAN DAN AHLI-
AHLI LAINNYA.
 MINIMAL HARUS ADA ATURAN-ATURAN

PENERJEMAHAN YANG DAPAT


MENGHUBUNGKAN TEORI DENGAN ILMU
BAHKAN PENGETAHUAN LAIN.
Ada 3 Tipe Teori :

1. Tipe Teori Formal.

2. Tipe Teori Substantif.

3. Tipe Teori Positivistik.


Tipe Teori Formal :

- Mencoba menghasilkan suatu skema konsep dan


pernyataan dalam masyarakat atau interaksi
keseluruhan manusia yang dapat dijelaskan .

-Berusaha menciptakan agenda keseluruhan


untuk praktek teoritis masa depan terhadap
klaim paradigma yang berlawanan.

- Berusaha mempunyai karakter yang fondasional yaitu


mencoba untuk mengidentifikasi seperangkat prinsip tunggal
yang merupakan landasan puncak untuk kehidupan dan
bagaimana semuanya dapat diterangkan.

TEORI FORMAL : Teori Sibernetik – T.Parsons

Teori Sistem Hukum – L.M.Fridman

Teori Strukturasi – A.Giddens


 TEORI FORMAL :

Teori Sibernetik – Talcolt Parsons

Teori Sistem Hukum – L.M.Fridman

Teori Strukturasi – Anthony Gidden


Sibernetik, sistem informasi yang diproses dan
akan dipelajari dan strukturasi merupakan
pemikiran kritis adapun
Sistem hukum, sistem merupakan
satu kesatuan yang terdiri dari unsur-
unsur.
 TalcoltParsons dengan Teori Sibernetik :
Kehidupan masyarakat itu merupakan suatu sistem yang saling terkait
dan terdiri 4 subsistem, yaitu :
1. Sub-sistemEkonomi, berfungsi sebagai penyesuaian (Adaption)
secara sistematis terhadap semua proses kehidupan masyarakat
(Ekpolsosbud).
2. Sub-sistem Politik, berfungsi untuk mencapai tujuan (goal
pursuance) yi : mendorong warga masyarakat untuk menghormati
kaidah dan nilai2 hukum.
3. Sub-sitem Sosial, berfungsi sebagai integrasi (Integration) yaitu :
menciptakan hubungan yang serasi antara proses hukum dgn sistem
sosial dalam masy.
4. Sub-sistem Budaya, berfungsi untuk mempertahankan pola perilaku
(pattern maintenance) dgn nilai2 kehidupan masyarakat yang positif.
Jadi hukum dlm masy itu tidaklah otonom krn
penegakannya selalu dipengaruhi oleh faktor
non hukum yi: ek.pol.bud.
Contoh : adanya konspirasi politik.
 Teori sistem hukum L.M.Fridman
 Yaitu :

1.Struktur Hukum (Legal Structure)


2.Substansi/Isi Hukum (Legal Substence)
3.Budaya Hukum (Legal Culture)

4.Dampak hukum (Legal Impact)


Berhasil atau tidaknya penegakan hukum tergantung
pada Substansi Hukum, Struktur Hukum dan Budaya
Hukum
Adapun, Dampak Hukum dilihat dari
efektivitas kepatuhan masy. Terhadap
aturan hukum yg dibuat.
 Teori Strukturasi Anthoni Giddens

Merupakan teori yang menepis dualism


(pertentangan) dan mencoba mencari
pertautan setelah terjadi pertentangan
tajam antara struktur fungsional dgn
konstruksionisme fenomenologis

Pendekatan : 1. Dominasi Struktur dan


kekuatan sosial
2. Menekankan pada individu.

Teori struktural mengawinkan dua pendekatan yg


bersebrangan.
Tipe Teori Substantif:
Teori yang mencoba untuk tidak
menjelaskan secara keseluruhan tetapi
lebih kepada menjelaskan hal-hal khusus.

Misal : - Hak Pekerja


- Hak Cipta
Tipe Teori Positivistik :

Teori ini mencoba untuk menjelaskan


hubungan empiris antara variabel dengan
menunjukkan bahwa variabel-variabel itu
dapat disimpulkan dari pernyataan-
pernyataan teoritis yang lebih abstrak.
Misal : Aparat hukum memberikan perlakuan
istimewa terhadap kalangan the haves
yang melanggar hukum.
TEORI SECARA LUAS
 PEMAHAMAN TENTANG HAL-HAL DALAM
HUBUNGANNYA YANG UNIVERSAL DAN IDEAL
ANTARA SATU SAMA LAIN.
 BERLAWANAN DENGAN EKSISTENSI FAKTUAL

DAN/ATAU PRAKTEK.
 DALAM FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN, TEORI

BERPIJAK PADA PENEMUAN FAKTA-FAKTA MAUPUN


PADA HIPOTESIS.
 HIPOTESIS MERUPAKAN JAWABAN SEMENTARA

TERHADAP MASALAH YANG MASIH BERSIFAT


PRADUGA KARENA MASIH HARUS DIBUKTIKAN
KEBENARANNYA.
APA ITU HUKUM DAN APA TUJUAN
HUKUM ITU ?
 HUKUM ADALAH PERATURAN YANG TERTULIS
MAUPUN TIDAK TERTULIS YANG MENGATUR
MANUSIA DALAM HIDUP BERMASYARAKAT ,
YANG APABILA DILANGGAR ADA SANKSI
YANG TEGAS.
 TUJUAN HUKUM ADALAH UNTUK MENCAPAI

KEADILAN MANUSIA DALAM HIDUP


BERMASYARAKAT DISAMPING KEPASTIAN
HUKUM.
HUKUM : ( HANS KELSEN )
 TATA ATURAN (ORDER) SEBAGAI SUATU SISTEM
ATURAN-ATURAN (RULES) TENTANG PERILAKU
MANUSIA.
 HUKUM TIDAK MENUNJUK PADA SATU ATURAN

TUNGGAL (RULE), TETAPI SEPERANGKAT ATURAN


YANG MEMILIKI SUATU KESATUAN SEHINGGA
DAPAT DIPAHAMI SEBAGAI SUATU SISTEM.
 KONSEKUENSINYA , TIDAK MUNGKIN MEMAHAMI

HUKUM JIKA HANYA MEMPERHATIKAN SATU


ATURAN SAJA.
TEORI HUKUM
Berasal :
>dari bahasa Inggris, yaitu : theory of law.
>dari bahasa Belanda,yaitu : rechtstheorie.
Menurut Muchyar Yahya,
Teori Hukum adalah : cabang ilmu hukum yang
mempelajari berbagai aspek teoritis maupun praktis
dari hukum positif tertentu secara tersendiri dan
dalam keseluruhannya secara interdisipliner, yang
bertujuan memperoleh pengetahuan dan penjelasan
yang lebih baik, lebih jelas dan lebih mendasar
mengenai hukum positif yang bersangkutan.
Bruggink mengatakan,
 Teori Hukum adalah :
suatu keseluruhan pernyataan yang saling
berkaitan berkenaan dengan sistem konseptual
aturan-aturan hukum dan putusan-putusan hk &
sistem tersebut sebagian penting dipositifkan.
Jadi Teori Hukum adalah cabang ilmu hukum yang
membahas atau menganalisir tidak sekedar
menjelaskan atau menjawab pertanyaan atau
permasalahan secara kritis ilmu hukum positif
dengan menggunakan metode interdisipliner tetapi
menggunakan argumentasi atau penalaran.
Pengertian Teori Hukum Dalam
Definisi bermaksud ganda karena,

 Teori
Hukum dinyatakan sebagai
produk dan proses;

 Pengertian ini dapat dijelaskan


karena teori hukum tidak hanya
mengkaji tentang norma tetapi
juga hukum dalam kenyataannya;
Ada 2 manfaat teori hukum :
1. Manfaat secara teoritis adalah sebagai alat
dalam menganalisis dan mengkaji penelitian-
penelitian hukum yang akan dikembangkan
oleh para ahli hukum, baik itu yang di lakukan
dalam penelitian disertasi, penelitian hibah
bersaing, penelitian hibah kompetensi dll;

2. Manfaat secara praktis adalah sebagai alat atau


instrumen dalam mengkaji dan menganalisis
fenomena-fenomena,yang timbul berkembang
dalam masyarakat, bangsa dan negara.
TEORI HUKUM DIGUNAKAN UNTUK
MEMECAHKAN MASALAH HUKUM :

1) Menjelaskan
Teori hukum dilaksanakan dengan cara menafsirkan
sesuatu arti atau pengertian dan sesuatu syarat atau
unsur dari pada sahnya suatu peristiwa hukum serta
hirarhi kekuatan peraturan hukum.
2) Menilai
Teori hukum digunakan untuk menilai suatu
peristiwa hukum.
3) Memperbaiki
Teori hukum digunakan untuk membuat perkiraan
tentang sesuatu yang akan terjadi.
JALAN KELUAR DARI PERMASALAHAN-
PERMASALAHAN HUKUM
 1. Dengan memperbaiki perundang-undangan yang dinilai
banyak memiliki kelemahan atau tidak memenuhi rasa
keadilan masyarakat atau tidak aspiratif.
 2. Dengan membuat undang-undang baru untuk dapat
mengganti perundang-undangan yang dinilai banyak memiliki
kelemahan atau tidak memenuhi rasa keadilan
masyarakat/tidak aspiratif.
 3. Dengan melakukan penelitian-penelitian mendalam oleh
kalangan ilmuwan dan akademisi terhadap perundang-
undangan yang dinilai bermasalah.
 4. Dengan penemuan hukum (rechtsvinding) oleh para
Hakim sebagai penegak hukum.
PENDEKATAN TEORI HUKUM
TERHADAP PERMASALAHAN HUKUM

 Suatu teori hukum tidak terlepas dari lingkungan


zaman dimana teori tersebut lahir, karena harus
menjawab permasalahan hukum yang dihadapi.
 Hukum terikat pada waktu dan kultur jika ingin
memenuhi fungsinya.
 Hukum merupakan ungkapan dari suatu pola kultur
tertentu,gambaran manusia dan masyarakat tertentu.
 Jadi teori yang lahir akan dipengaruhi oleh tantangan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
globalisasi .
Pengembangan konsepsional :
 Pada hakekatnya konsepsi hukum lahir dari
masyarakat Indonesia sendiri berdasarkan
kebutuhan yang mendesak dan dipengaruhi
faktor-faktor yang berakar dalam sejarah
masyarakat dan bangsa Indonesia.
 Selama perubahan yang dikehendaki dalam

masyarakat hendak dilakukan dengan cara


yang tertib, selama itu masih ada tempat bagi
peranan hukum.
CIRI TEORI HUKUM
 1. Dalam tujuannya teori hukum menguraikan hukum
secara ilmiah positif.
 2. Teori hukum telah diakui secara luas sebagai suatu
disiplin ilmu yang mandiri.
 3. Obyek kajian teori hukum adalah : mempelajari
persoalan-persoalan fundamental dalam kaitan dengan
hukum positif, seperti sifat kaidah hukum, definisi
hukum, hubungan antara hukum & moral.
 4. Teori hukum menggunakan metode interdisipliner,
yang berarti teori hukum tidak terikat pada satu
ilmu/metode saja, sehingga sifatnya lebih luas & bebas.
Interdisipliner
 Pendekatan dalam pemecahan suatu masalah
dengan menggunakan tinjauan berbagai
sudut pandang ilmu serumpun yang relevan
atau tepat guna secara terpadu.

Multidisipliner
= Pendekatan dalam pemecahan masalah
dengan menggunakan berbagai sudut
pandang banyak ilmu yang relevan .
KEGUNAAN TEORI HUKUM DALAM
PENELITIAN :
 1. Berguna untuk lebih mempertajam atau lebih mengkhususkan
fakta yang hendak diselidiki atau diuji kebenarannya.
 2. Berguna mengembangkan sistem klasifikasi fakta, membina

struktur, konsep-konsep serta memperkembangkan definisi-


definisi.
 3. Merupakan suatu ikhtisar hal-hal yang telah diketahui serta
diuji kebenarannya yang menyangkut obyek penelitian.
 4. Memberikan kemungkinan pada prediksi fakta mendatang,
oleh karena telah diketahui sebab-sebab terjadinya fakta
tersebut dan mungkin faktor-faktor yang akan timbul lagi pada
masa-masa mendatang.
 5. Memberikan petunjuk-petunjuk terhadap kekurangan-

kekurangan pada pengetahuan peneliti.


Teori hukum pembangunan Muchtar
Kusumaatmadja sebagai jalan keluar dari
permasalahan hukum Indonesia karena
dapat melandasi pemikiran pencapaian
tujuan pembangunan di Indonesia

Fenomena-fenomena yang terjadi dalam


kehidupan politik dan ketatanegaraan yang
mempengaruhi pemahaman atas proses
pembentukan dan penegakan hukum di Indonesia :
Proses pembentukan dan penegakan hukum di
Indonesia :
 1. Kecenderungan sistem otonomi menjadi diperluas sehingga
dapat saja kedepannya terjadi Federalism.
 2. Kecenderungan sistem multi partai yang berdampak
terhadap sistem Kabinet Presidensiil yang dianut UUD Tahun
1945.
 3. Kecenderungan pemisahan kekuasaan (bukan pembedaan)
secara tegas antara legislatif, eksekutif fan yudikatif.
 4. Masuknya pengaruh-pengaruh Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) ke dalam proses pengambilan keputusan oleh
Pemerintah dan proses legislasi di lembaga Legislatif.
 5. Adanya Tap MPR RI yang memerintahkan kepada Presiden
untuk melaksanakan pemberantasan Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme (KKN) dan menciptakan pemerintahan yang bersih
dan berwibawa.
FUNGSI HUKUM SEBAGAI SARANA
PEMBANGUNAN :
 HUKUM MERUPAKAN SARANA PEMBAHARUAN
MASYARAKAT DIDASARKAN ATAS ANGGAPAN BAHWA
ADANYA KETERATURAN ATAU KETERTIBAN DALAM USAHA
PEMBANGUNAN ATAU PEMBARUAN ITU MERUPAKAN
SESUATU YANG DIINGINKAN ATAU BAHKAN DIPANDANG
(MUTLAK)PERLU.
 KONSEPSI HUKUM SEBAGAI SARANA PEMBANGUNAN
BAHWA HUKUM DALAM ARTI KAIDAH ATAU PERATURAN
HUKUM MEMANG BISA BERFUNGSI SEBAGAI ALAT
(PENGATUR) ATAU SARANA PEMBANGUNAN DALAM ARTI
PENYALUR ARAH KEGIATAN MANUSIA KEARAH YANG
DIKEHENDAKI OLEH PEMBANGUNAN/PEMBARUAN
Masalah yang perlu diselesaikan :

 Masalah reaktualisasi sistem hukum yang bersifat netral dan


berasal dari hukum lokal (adat dan agama) ke dalam sistem
hukum nasional di satu sisi dan di sisi lainnya juga terhadap
hukum yang bersifat netral yang bersumber dari perjanjian
internasional.
 Masalah penataan kelembagaan aparat hukum yang belum
dibentuk secara komprehensif, sehingga melahirkan berbagai
ekses seperti egosektoral dan menurunnya kerjasama antar aparat
hukum secara signifikan.
 Masalah pemberdayaan masyarakat baik dalam bentuk
peningkatan akses masyarakat ke dalam kinerja pemerintahan
maupun peningkatan kesadaran hukum masyarakat, dimana
kedua hal dimaksud dapat dimasukkan sebagai Budaya Hukum.
 Masalah,pemberdayaan-birokrasi (bureaucratic engineering).
Pandangan ahli dan hasil pengamatan akan dapat
menjadi sebuah teori apabila memenuhi syarat-
syarat :
 Sebuah teori harus cermat, mengandung arti bhw akibat yg di dpt dr dlm
teori itu hrs sesuai dgn hasil2 eksperimen & pengamatan yg dilakukan.
 Sebuah teori hrs sederhana, menciptakan ketertiban dlm suatu
keseluruhan unsur yg kacau balau, daya tarik yg sangat rendah terbatas
dari berbagai teori dan dari logika hukum formal.
 Sebuah teori hrs konsisten, tdk boleh mengandung pertentangan internal
atau membawa pada kesimpulan2 yg saling bertentangan .
 Sebuah teori hrs memiliki lingkup jangkauan yang luas, dpt menjelaskan
lebih banyak ketimbang yg sebelumnya dgn pengamatan sederhana.
 Sebuah teori harus produktif dalam hubungannya dgn temuan2 penelitian
yg baru.
 Sebuah teori hrs mengungkapkan relasi2 baru diantara gejala2 yg sdh
dikenal yg sebelumnya tdk teramati.
Menurut Ahmad Mulyana,
ada 5 patokan sbg tolak ukur dlm mengevaluasi
kesahihan teori:

1. Cakupan teoritis, teori yg dibangun hrs memiliki


keberlakuan umum.
2. Kesesuaian, teori hrs sesuai dengan pertanyaan2
atau permasalahan teoritis yg diteliti.
3. Heuristic, teori yg dibentuk mempunyai potensi
untuk menghasilkan penelitian atau teori2 lainnya
yg berkaitan.
4. Validity, teori hrs memiliki konsistensi internal &
eksternal.
5. Parsimony, teori hrs memiliki kesederhanaan.
3 jenis teori tentang kebenaran
 Teori Koherensi (Konsistensi)=Plato & Aristoteles
Suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat
koheren atau konsisten/searah dgn pernyataan2 sebelumnya yg
dianggap benar.
 Teori Korespondensi=Bertrand Russel
Suatu pernyataan adalah benar jika materi pengetahuan yg
dikandung pernyataan itu berkoresprodensi/berhubungan dgn
obyek yg di tuju oleh pernyataan tsb.
 Teori Pragmatis=Charles S Pierce
Kebenaran suatu pernyataan diukur dgn kriteria, apakah
pernyataan tsb bersifat fungsional dlm kehidupan praktis.Artinya
pernyataan itu benar jika pernyataan itu mempunyai kegunaan
praktis dlm kehidupan manusia.
Teori hukum memiliki kegunaan :
Menjelaskan hukum dgn menafsirkan sesuatu
arti/pengertian, sesuai syarat atau unsur sah nya
suatu peristiwa hukum dan hirarki peraturan
hukum.

Menilai suatu peristiwa hukum.

Memprediksi tentang sesuatu yang akan terjadi.


PENEMUAN HUKUM :
 Yurisprudensi putusan Hakim.
 Hasil penelitian, terutama lulusan sarjana

hukum.
 Peraturan atau perundang-undangan yang

berlaku dalam masyarakat, baik undang-


undang tertulis maupun tidak tertulis
(konvensi).
 Kesimpulan Penyidik, dakwaan Jaksa dan

pledoi Penasihat Hukum/Advokat/Pengacara.


( yang dimasukkan dalam putusan Hakim)
PENEMUAN HUKUM
( RECHTSVINDING )
= SUATU METODE UNTUK MENDAPATKAN HUKUM
DALAM HAL PERATURANNYA SUDAH ADA AKAN
TETAPI TIDAK JELAS BAGAIMANA PENERAPANNYA
PADA SUATU KASUS YANG KONKRET.
= PROSES PEMBENTUKAN HUKUM OLEH HAKIM ATAU
APARAT HUKUM LAINNYA (NOTARIS) YANG
DITUGASKAN UNTUK PENERAPAN PERATURAN
HUKUM UMUM PADA PERISTIWA HUKUM KONKRET.
= KEHARUSAN MENEMUKAN HUKUM BARU KETIKA
ATURANNYA TIDAK SAJA TAK JELAS, TETAPI MEMANG
TIDAK ADA, DIPERLUKAN PEMBENTUKAN HUKUM.
PENEMUAN HUKUM OLEH HAKIM
=PEMBENTUKAN HUKUM
 Penemuan hukum dapat diartikan sebagai
pembentukan hukum oleh Hakim atau penegak
hukum lainnya.
 Hakim tidak boleh menolak menjatuhkan
putusan dengan alasan karena hukumannya
tidak lengkap atau tidak jelas.
 Hakim harus mencari dan menemukan
hukumnya (rechtsviding).
 Pasal 10 ayat (1) UU No.48 Tahun 2009

tentang Kekuasaan Kehakiman.


CARA MELAKUKAN PENEMUAN
HUKUM :

 Menggali nilai-nilai hukum yang berkembang


dalam masyarakat.
 Sudikno, ada 2 metode penemuan hukum:

a.Interpretasi/Penafsiran, memberi penjelasan.


b.Kontruksi Hukum, memberi argumen.
Prof Gunarto, Merekontruksi :
Menemukan hukum dengan cara membentuk
kembali, membangun kembali berupa :
fakta-fakta atau ide-ide
atau melakukan remodel
untuk mencapai :
> “existing” = kontruksi ideal/ada
kontruksi yang ideal sekali.
PENEMUAN HUKUM NOTARIS
 RECHTSVIDING ATAU LAW MAKING , YANG
MENEMUKAN HUKUM TIDAK HANYA HAKIM
TETAPI JUGA NOTARIS.
 NOTARIS AKAN BERHADAPAN PADA PERISTIWA

KONKRIT YANG MASIH BARU UNTUK DIPECAHKAN


ATAU DIRUMUSKAN MENJADI PERISTIWA HUKUM
DALAM PEMBUATAN AKTA OTENTIK.
 NOTARIS SAMA SAJA MENEMUKAN HUKUM,
KARENA MEMUASKAN/YANG DIKEHENDAKI KLIEN
DAPAT DIWUJUTKAN DALAM AKTA.
KEKUASAAN KEHAKIMAN
 PASAL : 5 AYAT (1) UNDANG UNDANG No.48
TAHUN 2009 tentang :
KEKUASAAN KEHAKIMAN
“ HAKIM DAN HAKIM KONSTITUSI WAJIB MENGGALI ,
MENGIKUTI , DAN MEMAHAMI NILAI-NILAI HUKUM
DAN RASA KEADILAN YANG HIDUP DALAM
MASYARAKAT “.
Kata menggali mengasumsikan bahwa hukum nya
ada tetapi tersembunyi, agar sampai pada
permukaan masih harus digali, dicari, dan di
temukan kemudian lalu di ciptakan.
ADA 2 TEORI PENEMUAN HUKUM
 MENURUT ACHMAD ALI,
1. Metode Interpretasi atau Penafsiran :
a.Gramatikal (menurut bahasa)
b.Teleologis (tujuan kemasyarakatan)
c.Sistematis (saling berkaitan)
d.Historis (sejarah)
e.Futuristik (sesuai aturan)
f. Restriktif (membatasi)
g.Komparatif (membandingkan)
h.Ekstensif (memperluas)
i. Otentik (secara resmi)
j.Interdisipliner (berbagai ilmu hukum)
k.Multidisipliner (beberapa ilmu diluar ilmu hukum)
2. METODE KONTRUKSI HUKUM.
Memberikan suatu putusan/pendapat dalam peristiwa konkret dapat
memenuhi rasa keadilan dan kemanfaatan walaupun ukurannya sangat
relatif.
MELAKUKAN KONTRUKSI HUKUM
 MENURUT RUDOLPH von JHERING, ADA 3 SYARAT YAITU:
1. KONTRUKSI HUKUM HARUS MAMPU MELIPUTI SEMUA
BIDANG HUKUM POSITIF YANG BERSANGKUTAN.
2. DALAM PEMBUATAN KONTRUKSI TIDAK BOLEH ADA
PERTENTANGAN LOGIS DIDALAMNYA ATAU TIDAK
BOLEH MEMBANTAH DIRINYA SENDIRI.
3. KONTRUKSI INI MENCERMINKAN FAKTOR ESTETIKA /
KEINDAHAN, ARTINYA BUKAN MERUPAKAN SESUATU
YANG DI BUAT-BUAT DAN KONTRUKSI HARUS MAMPU
MEMBERI GAMBARAN YANG JELAS TENTANG SESUATU
HAL, SEHINGGA DI MUNGKINKAN PENGGABUNGAN
BERBAGAI PERATURAN, PEMBUATAN PENGERTIAN-
PENGERTIAN BARU DAN LAIN-LAIN.
PENEMUAN HUKUM MELALUI METODE
KONTRUKSI HUKUM
 1. METODE ARGUMENTUM PER ANALOGIUM
(ANALOGI)
 2. METODE ARGUMENTUM a CONTRARIO

(ANALOGI YANG BERLAWANAN)


 3. METODE RECHTSVERVIJNINGS

(PENYEMPITAN/ PENGKONKRETAN HUKUM)


 4. METODE FIKSI HUKUM (FAKTA-FAKTA

BARU)
 5. METODE HERMENEUTIKA HUKUM

(MENAMBAH HUKUM BARU)


1. METODE ARGUMEN PER
ANALOGIUM (ANALOGI)
 MERUPAKAN METODE PENEMUAN HUKUM
DIMANA PENEGAK HUKUM MENCARI ESENSI
YANG LEBIH UMUM DARI SEBUAH PERISTIWA
HUKUM ATAU PERBUATAN HUKUM BAIK YANG
TELAH DIATUR OLEH UNDANG-UNDANG
MAPUN YANG BELUM ADA PERATURANNYA.
2.METODE ARGUMENTUM a CONTRARIO
analogi yang berlawanan
 METODE YANG MEMBERIKAN KESEMPATAN
KEPADA PENEGAK HUKUM UNTUK MELAKUKAN
PENEMUAN HUKUM DENGAN PERTIMBANGAN
BAHWA APABILA UNDANG-UNDANG
MENETAPKAN HAL-HAL TERTENTU UNTUK
PERISTIWA TERTENTU.
 MENGEDEPANKAN CARA PENAFSIRAN YANG
BERLAWANAN PENGERITANNYA ANTARA
PERISTIWA KONKRIT YANG DIHADAPI DENGAN
PERISTIWA YANG DIATUR DALAM UNDANG-
UNDANG.
3.METODE RECHTSVERVIJNINGS
penyempitan
 METODE PENYEMPITAN / PENGKONKRITAN
HUKUM BERTUJUAN UNTUK MENYEMPITKAN
SUATU ATURAN HUKUM YANG TERLALU ABSTRAK,
PASIF SERTA SANGAT UMUM, AGAR DAPAT
DITERAPKAN TERHADAP SUATU PERISTIWA
TERTENTU.
 DIKATAKAN ABSTRAK KARENA ATURAN HUKUM
BERSIFAT UMUM/LUAS DAN DIKATAKAN PASIF
KARENA ATURAN HUKUM TERSEBUT TIDAK AKAN
MENIMBULKAN AKIBAT HUKUM KALAU TIDAK
TERJADI PERISTIWA KONKRIT.
4.METODE FIKSI HUKUM/ FAKTA2
HUKUM BARU
 SANGAT DIBUTUHKAN OLEH HAKIM DALAM
PRAKTEK PERADILAN, KARENA SEORANG YANG
DIDAKWA MELAKUKAN SUATU TINDAK PIDANA
KEJAHATAN, TIDAK DAPAT BERDALIH UNTUK
DIBEBASKAN DENGAN ALASAN TIDAK
MENGETAHUI HUKUMNYA BAHWA PERBUATAN
ITU MERUPAKAN SUATU KEJAHATAN YANG
DAPAT DIJATUHI PIDANA.
5.METODE HERMENEUTIKA HUKUM
/PENAMBAHAN HUKUM BARU
 DALAM PRAKTEK BERACARA TIDAK HANYA
HAKIM, TETAPI JUGA NOTARIS DAPAT
MENAMBAHKAN HUKUM YANG BARU UNTUK
KEBUTUHAN PARA PIHAK, SEBAGAI SOLUSI
YANG SALING MENGUNTUNGKAN.
DALAM MELAKUKAN PENEMUAN
HUKUM :
 SISTEM DAN PERKEMBANGAN HUKUM HARUS
RAJIN DIIKUTI.
 BERSIKAP JUJUR DAN BERANI DALAM PENEGAKAN

HUKUM.
 PENEMUAN HUKUM UNTUK MEMECAHKAN
MASALAH-MASALAH YANG BAIK.
 NOTARIS HARUS TELITI DAN WASPADA DALAM

MEMECAHKAN MASALAH DALAM MASYARAKAT


DALAM PENEMUAH HUKUM YANG DIWUJUTKAN
SEBUAH AKTA OTENTIK.
NOTARIS YANG BAIK
 SELALU TIDAK MEMIHAK DAN BERDIRI DITENGAH.
 MEMBANTU ORANG YANG TIDAK MAMPU.
 BERSIKAP SANTUN DAN LEGOWO.
 BERJIWA ISLAMI.
 AKTANYA DAPAT DIPERTANGGUNG JAWABKAN.
 TAAT TERHADAP KODE ETIK NOTARIS.
 MEMASYARAKAT TIDAK SOMBONG.
 MENEMUKAN HUKUM YANG BAIK.
NOTARIS
 PEGAWAI PEMERINTAH TANPA GAJI PEMERINTAH.

 DIPENSIUN OLEH PEMERINTAH TANPA MENDAPAT


UANG PENSIUN DARI PEMERINTAH.

NOTARIS BUKAN PEGAWAI NEGERI SEHINGGA


TIDAK BISA DISAMAKAN DENGAN PEGAWAI
NEGERI, WALAUPUN IJINNYA DARI MENTERI .
Pasal : 263 ayat (1) jo Pasal : 52 > akta penghadap
Tugas calon/kandidat Notaris
 Buat Makalah dengan Thema:
“Notaris Indonesia Sebagai Pejabat Bukan ASN”
Ketentuan : Kaver harus sama sesuai kesepakatan, merah
muda .
Minimal : 15 halaman, waktu 2 minggu.
1. Pendahuluan.
2. Permasalahan.
3. Pandangan Islam tentang Judul Saudara
4. Pembahasan / Uraian dan kasus posisi serta penerapan
teori hukum.
5. Simpulan.
6. Daftar Pustaka.
KASIHAN TANPA KEKASIH
SEKIAN

DAN

TERIMA KASIH

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
LANJUTAN
PERTEMUAN YANG KE
DUA
PENEMUAN

HUKUM NOTARIS
Mengapa perlu sekali adanya
penemuan hukum ?
 Karena hukum itu tidak lengkap.
 Karena hukum itu tidak jelas.
 Karena hukum itu cacat.

Maka perlu sekali adanya


penemuan hukum, khususnya
bagi Notaris.
Penemuan hukum tidak sama dengan
penciptaan hukum

 Menemukan hukum berarti,


menemukan hukum yang sudah ada.
 Menciptakan hukum berarti,

menciptakan suatu hukum yang


sebelumnya tidak ada.
 Jadi tujuan menemukan hukum adalah:

untuk memecahkan hukum konkrit.


Paul Scholten
 Bahwa dari segi teori dikatakan,
hukum itu sudah ada pada perilaku
manusia.
 Jadi hukum itu tidak hanya ada dalam

bentuk peraturan perundang-


undangan saja, tetapi juga ada pada
perilaku manusia.
Undang Undang No.48/2009
 tentang Kekuasaan Kehakiman
Pasal 5 (1) berbunyi :

 Bahwa
Hakim wajib menggali
hukumnya di dalam masyarakat.

Menyelesaikan hukum konkret.


Masalah Hukum Konkret
 Bukan hanya sengketa atau pelanggaran atau
kejahatan saja, akan tetapi masalah hukum yang
memerlukan jawaban dan atau penyelesaian.
 Jadi masalah hukum konkret tidak selalu merupakan
perselisihan, sengketa atau pelanggaran, tetapi
masalah yang harus diselesaikan dengan memberi
solusi jawaban yang dapat diterima oleh para pihak /
masyarakat.
 Termasuk masyarakat yang menghadap Notaris
untuk membuatkan Akta, maka dengan
dibuatkannya akta oleh Notaris menjadi solusi
jawaban para penghadap, mengenai masalahnya.
Contoh :
 Suami Istri setelah cerai bingung untuk
membagi tanah dan bangunan rumahnya
sebagai gono-gini, karena kalau dijual
sayang dan memerlukan waktu lama sesuai
harga umumnya, sedangkan anak masih
kecil.
 Maka Notaris bisa memberi solusi jawaban

yaitu : Tanah dan Rumah tersebut dihibahkan


kepada anaknya, dan dilanjutkan balik nama
atas nama anaknya.
 Jadi tidak perlu untuk dibagi gono-gini tsb.
BAGAIMAN DENGAN NOTARIS
 NOTARIS DALAM PEMBUATAN AKTA SELALU
MENEMUKAN HUKUM, BERARTI MEMBANTU
MENYELESAIKAN DENGAN MEMBERI SOLUSI
MASALAH HUKUM & PENEGAKAN HUKUM.
 UNTUK MELAKUKAN PENEMUAN HUKUM, MAKA BAIK
ILMU HUKUM HARUS DIKUASAI DAN PERKEMBANGAN
HUKUM HARUS DIIKUTI DENGAN BAIK SECARA
SAKSAMA.
 KARENA DIKEMUDIAN HARI ORANG SUDAH BOSAN
MENYELESAIKAN PERKARANYA DI PENGADILAN,
LEBIH BAIK DILAKUKAN DIVERSI DENGAN DI
BUATKANNYA AKTA NOTARIIL.
METODE HERMENEUTIKA HUKUM
NOTARIS
 HERMENEUTIKA HUKUM ATAU PENAFSIRAN
HUKUM, OLEH NOTARIS BUKANLAH MERUPKAN
SUATU KASUS YANG KHUSUS ATAU BARU,
TETAPI SEBALIKNYA, IA HANYA MEREKONTRUK
SI KEMBALI DARI SELURUH PROBLEM DAN
KEMUDIAN MEMBENTUK KEMBALI SECARA
UTUH DENGAN DIBUATKANNYA AKTA OLEH
NOTARIS.
KEKOSONGAN HUKUM
 BANYAK HAL YANG TIDAK SEMPAT DIATUR
DALAM UNDANG-UNDANG, SEHINGGA AKAN
MENIMBULKAN KEKOSONGAN.
 DENGAN JALAN PENAFSIRAN OLEH NOTARIS

MENGISI KEKOSONGAN NYA.


 KARENA BANYAK HUKUM YANG TUMBUH DI

DALAM MASYARAKAT, YAITU HUKUM


KEBIASAAN.
UU No 31 TAHUN 1999
 PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI
 PASAL 3, MENYATAKAN :
 “SETIAP ORANG YANG DENGAN TUJUAN
MENGUNTUNGKAN DIRI SENDIRI ATAU ORANG
LAIN ATAU SUATU KORPORASI,
MENYALAHGUNAKAN KEWENANGAN,
KESEMPATAN ATAU SARANA YANG ADA
PADANYA KARENA JABATAN ATAU KEDUDUKAN
YANG DAPAT MERUGIKAN KEUANGAN NEGARA
ATAU PEREKONOMIAN NEGARA................”
ABSTRAK
 MERUPAKAN INTISARI DARI TESIS.
 DIBUAT DALAM SATU HALAMAN & SPASI TUNGGAL
 TERDIRI DARI 3 ATAU 4 ALINEA :

1.PEMULA, 2.TUJUAN PENELITIAN, 3.METODE


PENELITIAN DAN TEORI YANG DIPAKAI UNTUK
MENGANALISIS PERMASALAHAN (KERANGKA
TEORITIS) DAN 4.SIMPULAN DAN/ATAU SARAN
DIAKHIRI DENGAN KATA KUNCI.
BAB I PENDAHULUAN
 1. DIBUAT SEBAGAI PROPOSAL
 2. DILAKUKAN BIMBINGAN
 3. BAHAN UNTUK LAMPIRAN PERMOHONAN

PENELITIAN.
SETELAH ITU DIBUAT SEBAGAI BAB 1, DENGAN
DIHILANGKAN JADWAL PENELITIANNYA.
JANGAN LUPA LATAR BELAKANG / ALASAN,
YANG DIKAITKAN DENGAN JUDUL, SERTA
RUMUSAN MASALAH – ANALISA.
BAB II KAJIAN PUSTAKA/TINJAUAN
TEORITIK
 1. UPAYA UNTUK MENJAWAB PERTANYAAN
PENELITIAN SECARA UMUM MELALUI
PENGETAHUAN YANG TELAH ADA/DALAM
PUSTAKA.
 2. ISI KAJIAN PUSTAKA BERUPA TEORI-TEORI

YANG RELEVAN DENGAN RUMUSAN MASALAH.


 3. DIBUAT DENGAN KERANGKA TERTENTU

UNTUK MENJAWAB RUMUSAN MASALAH TSB


BERDASAR TEORI YANG SUDAH ADA.
 4. HARUS MEMBAHAS PERMASALAHAN DENGAN

KAJIAN KEISLAMAN.
BAB III
HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN
 MERUPAKAN JAWABAN (DAN PENJELASAN) ATAS
RUMUSAN MASALAH (BAIK DARI PENELITIAN
KEPUSTAKAAN DAN ATAU PENELITIAN
LAPANGAN), DISERTAI ANALISIS / PEMBAHASAN.
 ANALISIS MENGGUNAKAN TEORI HUKUM YANG
DITENTUKAN DALAM KERANGKA TEORITIS.
 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BISA
DIBUAT SECARA TERPISAH (DALAM SUB BAB
BERBEDA), BISA DALAM SATU SUB BAB SEBAGAI
SATU KESATUAN (MASING-MASING SESUAI
JUMLAH RUMUSAN MASALAHNYA).
BAB IV PENUTUP
 TERIDIRI DARI :
1. SIMPULAN, YANG MERUPAKAN
JAWABAN DARI RUMUSAN MASALAH
SETELAH DI BAHAS.
2. SARAN, REKOMENDASI PENULIS DARI
HASIL PENELITIAN.
BAGIAN AKHIR TESIS
 DAFTAR PUSTAKA
 1. MINIMAL 100 LITERATUR DAN 15 % BERBAHASA

ASING.
 2. A. AL.QUR’AN / HADIST

B. BUKU
C. PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN
D. LAIN-LAIN , JURNAL, INTERNET DLL
LAMPIRAN : SURAT KETERANGAN DARI
INSTANSI YBS YANG DILAKUKAN
PENELITIAN/RISET. DLL.
TEORI- TEORI YANG BERHUBUNGAN
DENGAN TESIS
TEORI KEADILAN
“NOTARIS DALAM PEMBUATAN AKTA HARUS
BERLAKU ADIL”
TEORI PERSAMAAN
“NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN
KEPADA MASYARAKAT TIDAK MEMBEDA-
BEDAKAN”
TEORI KEPASTIAN HUKUM
“PELAKSANAAN TUGAS JABATAN NOTARIS DALAM
PEMBUATAN AKTA OTENTIK MENJAMIN
KEPASTIAN HUKUM”
TEORI- TEORI YANG BERHUBUNGAN
DENGAN TESIS
TEORI KEPERCAYAAN
“NOTARIS MERUPAKAN JABATAN
KEPERCAYAAN DALAM PEMBUATAN AKTA”
TEORI KEHATI-HATIAN
“PEMBUATAN AKTA NOTARIS WAJIB
DILAKUKAN DENGAN AMANAH”
TEORI JAMINAN
“PELAKSANAAN PEMBUATAN AKTA HIPOTEK
KAPAL LAUT DAN PENDAFTARANNYA DI
KOTA KENDARI”
TEORI- TEORI YANG BERHUBUNGAN
DENGAN TESIS
TEORI PERJANJIAN
“PERJANJIAN KREDIT YANG DIBUAT NOTARIS
MERUPAKAN PACTA SUN SERVANDA”
TEORI PERLINDUNGAN HUKUM
“GROSSE AKTA HIPOTIK YANG DIBUAT
NOTARIS MELINDUNGI KREDITUR ATAS
DEBITUR YANG MELAKUKAN WANPRESTASI’
DLL.
SEKIAN

SELESAI

Anda mungkin juga menyukai