Anda di halaman 1dari 12

Praktik Profesional Seorang

Profesi Bidan di Indonesia


Anggota Kelompok:

Noor Rafiqatul Jannah 222207131


Neng Nadila Novianty 222207132
Elfa Sagita 222207133
Hanifah Rohadatul A 222207134
Nuraisyah Ruslaniyah 222207135
Suci Pitri Linawati 222207136
Rita Rahmawati 222207137
Nova Tri Utama Putri 222207138
Hasniati 222207139
Profesional
Istilah profesional mengandung makna dua istilah, yaitu profesional
dan profesi. Profesional adalah keahlian dalam suatu bidang. Dengan
demikian, seorang dikatakan profesional bila ia memiliki keahlian dalam suatu
bidang yang ditaandai dengan kemampuannya dalam menawarkan suatu jasa
atau layanan. karakteristik yang harus dipenuhi, oleh seorang profesional
yaitu: memiliki pegetahuan dan kemampuan yang dihasilkan melalui
pendiikan formal dan non formal yang cukup untuk memenuhi kompetesi
profesionalnya.
Sedangkan yang disebut profesi adalah pekerjaan yang
membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus.
Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi/perkumpulan profesi, kode etik, serta
proses sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut.
Pelayanan Kebidanan
Pelayanan kebidanan melibatkan penerapan ilmu kebidanan dalam
asuhan kepada klien, yang merupakan tanggung jawab bidan dari kehamilan
hingga pelayanan kesehatan reproduksi. Untuk dapat menjalankan praktiknya,
seorang bidan harus memenuhi tahap legislasi, yang melibatkan proses sertifikasi,
registrasi, dan lisensi. Legislasi memiliki peran penting diantaranya adalah:
menjamin perlindungan pada masyarakat pengguna jasa profesi dan profesi
sendiri. Legislasi sangat berperan dalam pemberian pelayanan profesional. Tahap
sertifikasi melibatkan pendidikan formal dan non formal untuk memperoleh
pengakuan kelulusan, seperti ijazah dan sertifikat, yang kemudian dilanjutkan ke
tahap registrasi. Tahap-tahap ini memastikan bahwa bidan memiliki kompetensi
yang diperlukan dan mematuhi regulasi untuk memberikan pelayanan kebidanan
secara profesional.
Tahap Registrasi
Tahap registrasi ditempuh bidan guna memperoleh SIB (Surat
Ijin Bidan). SIPB berlaku selama 5 tahun dan dapat diperbaharui. SIB
tidak berlaku lagi karena dicabut atas dasar perundang-undangan yang
berlaku, habis masa berlakunya, tidak mendaftar ulang, dan atas
permintaan sendiri. SIB sendiri merupakan dasar untuk penerbitan
lisensi praktik kebidanan atau SIPB (Surat Ijin Praktik Bidan). Dan
menurut Kepmenkes No.900/Menkes/SK/VIII/2002, SIPB berlaku
sepanjang SIPB belum habis masa berlakunya dan dapat diperbaharui
kembali.
Tahap Lisensi
Seorang bidan yang ingin praktik harus memiliki Surat Izin Praktik
Bidan (SIPB). Untuk memperoleh SIPB, bidan harus mendapatkan
rekomendasi dari organisasi profesi setelah melalui penilaian kemampuan
keilmuan, keterampilan, kepatuhan terhadap kode etik, dan kesanggupan untuk
melakukan praktik bidan. Penilaian kemampuan keilmuan dan keterampilan
tersebut diimplementasikan melalui Uji Kompetensi, yang saat ini masih dalam
tahap uji coba di beberapa wilayah.
Beberapa propinsi, seperti Jawa Tengah, Yogyakarta, dan propinsi
lainnya, menerapkan kebijaksanaan daerah untuk menyelenggarakan Uji
Kompetensi sebagai langkah untuk meningkatkan kualitas pelayanan
kebidanan. Uji Kompetensi ditempatkan pada tahap pengajuan Surat Izin Bidan
(SIB). Meskipun masih dalam pembahasan, Uji Kompetensi diharapkan dapat
memastikan bahwa bidan yang berpraktik adalah individu yang benar-benar
kompeten.
Dalam menjalankan praktiknya, bidan memiliki beberapa
area dalam memberikan pelayanan kebidanan, area tersebut didasari
pada standar pelayanan kebidanan serta kewenangan bidan dalam
memberikan pelayanan. Adapun sasaran pelayanan kebidanan
ditujukan kepada individu, keluarga,dan masyarakat yang meliputi
upaya peningkatan, pencegahan,penyembuhan dan pemulihan.
Pelayanan kebidanan dapat dibedakan menjadi :
1. Layanan Primer
2. Layanan Sekunder
3. Layanan Rujukan
Untuk memberikan suatu pelayanan kebidanan yang profesional, bidan harus
memahami serta mengimplementasikan standar pelayanan kebidanan yang telah
ditetapkan oleh profesi (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No
369/MENKES/SK/III/2007), yaitu :
• STANDAR I : FALSAFAH DAN TUJUAN
• STANDAR II : ADMINISTRASI DAN PENGELOLAAN
• STANDAR III : STAF DAN KEPEMIMPINAN
• STANDAR IV : FASILITAS DAN PERALATAN
• STANDAR V : KEBIJAKAN DAN PROSEDUR
• STANDAR VI : PENGEMBANGAN STAF DAN PENDIDIKAN
• STANDAR VII : STANDAR ASUHAN
• STANDAR VIII : EVALUASI PENGENDALIAN MUTU
Dengan adanya standar pelayanan kebidanan ini, diharapkan dapat meningkatkan mutu
pelayanan kebidanan di Indonesia. Dari pendidikan formal, bidan memperoleh standar
kompetensi kebidanan, yang di dalamnya mengandung sembilan kompetensi yang harus
dipenuhi oleh bidan, yaitu:

1.Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan keterampilan dari ilmu-ilmu sosial,


kesehatan masyarakat dan etik yang membentuk dasar dari asuhan yang bermutu tinggi sesuai
dengan budaya, untuk wanita,bayi baru lahir dan keluargannya

2.Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan kesehatan yang tanggap
terhadap budaya dan pelayanan menyeluruh dimasyarakat dalam rangka untuk meningkatkan
kehidupan keluargayang sehat, perencanaan kehamilan dan kesiapan menjadi orang tua

3. Bidan memberi asuhan antenatal bermutu tinggi untuk mengoptimalkan kesehatan selama
kehamilan yang meliputi: deteksi dini, pengobatan atau rujukan dari komplikasi tertentu
4. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap terhadap kebudayaan
setempat selama persalinan, memimpin selama persalinan yang bersih dan aman,
menangani situasi kegawatdaruratan tertentuuntuk mengoptimalkan kesehatan
wanita dan bayinya yang baru lahir
5. Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan mneyusui yang bermutu tinggi dan
tanggap terhadap budaya setempat
6. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada bayi baru lahir
sehat sampai dengan 1 bulan
7. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komperhensif pada
bayi dan balita sehat (1 bulan – 5 tahun)
8. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan komperhensif pada keluarga,
kelompok dan masyarakat sesuai dengan budaya setempat
9. Melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita/ibu dengan gangguan
sistem reproduksi
Berita Terkini
Seorang bidan desa asal Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan
Utara bernama Margaret menerima penghargaan dari Ibu Negara
Iriana Joko Widodo, sebagai perempuan berjasa dan berprestasi di
bidang kesehatan.
Sebagai bidan di desa terpencil, sehari-hari saya melayani kesehatan
ibu dan anak, karena tidak ada petugas kesehatan yang lain jadi saya
melakukan pelayanan kesehatan umum, mulai dari remaja, usia
produktif, dan juga lansia. Dengan penuh semangat di tengah
keterbatasan akses transportasi, Margaret juga memberikan pelayanan
pemantau pada pasien gangguan jiwa, pelayanan kesehatan kelompok
melalui Posyandu dengan rincian 10 Posyandu kelas balita, 10 kelas
ibu hamil, pelayanan Keluarga Berencana, dan penyuluhan pola hidup
bersih dan sehat atau PHBS. Walau kesulitan akses harus dihadapinya,
namun hal itu tidak menyurutkan semangatnya.
Dengan berjalan kaki dan menggunakan transportasi air bidan Margaret melaksanakan tugasnya. Untuk menuju ke
Puskesmas induk di Binter, Margaret membutuhkan waktu empat jam, ke Puskesmas Rujukan PONED enam jam dan
rujukan ke RS terdekat yaitu ke rumah sakit umum Malinau membutuhkan waktu delapan jam. Untuk ke Kota
Nunukan membutuhkan waktu 10-12 jam. Selain sebagai petugas kesehatan, Margaret juga aktif sebagai anggota
PKK yang pernah menerima penghargaan di kecamatan pada saat HUT RI 17 Agustus 2022.

Margaret mengatakan, dalam kesehariannya dapat melayani pasien rata-rata 10 hingga 20 orang per-hari, dan yang
paling menjadi tantangannya adalah sebisa mungkin memberikan edukasi dan pemahaman kepada Ibu hamil agar
sebelum mendekati hari persalinan sudah harus keluar dari desa untuk mendekati fasilitas kesehatan yang terstandar.
Ia mengatakan, mengingat sulitnya akses dan transportasi untuk mencapai fasilitas kesehatan dan rujukan, sangat
penting untuk melakukan rujukan dini, terencana agar tidak terjadi keterlambatan pertolongan untuk ibu ibu hamil yg
akan bersalin.

Margaret juga membagi waktunya untuk membimbing dan membina para kader Posyandu. "Di luar rutinitas saya
sebagai tenaga kesehatan, saya juga membimbing dan membina kader Posyandu, menjadi koordinator tim
pendamping keluarga berisiko stunting untuk 10 desa, juga aktif di organisasi PKK desa," ujar Wanita yang lahir 34
tahun lalu di Kecamatan Lumbis ini mengatakan penghargaan yang diterimanya tidak lepas dari kinerja, ketulusan,
serta kerja sama dari rekan rekannya.

1.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai