Visi:
Obat dan Makanan aman, bermutu, dan berdaya saing untuk
mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan
berkepribadian berlandaskan gotong royong
STRUKTUR ORGANISASI BPOM
(Peraturan BPOM 26/2017 Kepala Badan Pengawas Obat dan
tentang OTK BPOM) Makanan
Pusat Data dan Informasi Obat dan Pusat Pengembangan SDM Pusat Pengembangan Pengujian Obat Pusat Riset dan Kajian 8
Makanan Pengawasan Obat dan Makanan dan Makanan Nasional Obat dan Makanan
PUSAT PENGEMBANGAN PENGUJIAN
OBAT DAN MAKANAN NASIONAL
KEDUDUKAN DAN TUGAS
PPPOMN
PerBPOM 21 tahun 2020
Penimbangan
Sampling Homogenisasi
Interpretasi/
Preparasi
Pengolahan Pengukuran
sampel
Data
Pengambilan
Pelaporan
Kesimpulan
13
Pengujian
Laboratory
Jaminan Mutu
ISO 17025:2017
GLP
Analisis di Laboratorium
Sampel Ekstraksi, Pemurnian (clean-up); Laporan
analisis dengan instrumen, analisis data Hasil
Analisis
KOMODITI
YANG DIUJI
E = h f = h c/λ
dimana :
h = 6,63 x 10-34 J s (Tetapan Plank)
c = 3 x 1010 cm s-1 (Kecepatan cahaya dalam hampa )
f = frekuensi
λ = Panjang gelombang
Radiasi Elektromagnetik
UV Vis
Cahaya Tampak
Dasar Analisis Spektrofotometri UV
senyawa harus memiliki kromofor dan auksokrom yang memadai
kromofor adalah bagian molekul yang bertanggung jawab pada penyerapan cahaya
auksokrom adalah gugus fungsi yang memiliki hetero atom dan menempel langsung pada sistem
kromofor
Dasar Analisis Spektrofotometri Visible
Senyawa asli/asal harus berwarna
Bila senyawa asli tidak berwarna, dapat diubah menjadi senyawa berwarna dengan cara:
a. derivatisasi
b. memperpanjang kromofor
Bagaimana menghitung kadar
Dengan perbandingan nilai absorban sampel terhadap nilai absorban baku [yang sudah diketahui
kadarnya]
Syarat: Nilai Abs.baku dan Nilai Abs.sampel berdekatan
Absorban sampel
x Kadar baku = Kadar sampel
Absorban baku
Bagaimana menghitung kadar
Dengan menggunakan kurva baku/persamaan garis regresi
linear.
Kalibrasi Spektrofotometer
Wavelength accuracy and reproducibility
Dengan: - holmium atau didinium filter
Check wavelength over entire UV-VIS range
Maximum deviation 1.00 nm
Kalibrasi Spektrofotometer
Photometric accuracy and reproducibility
Dengan: 60 ± 0,25 mg K2Cr2O7/Liter in 0.005 M H2SO4
Running Spektrofotometer
Lakukan kondisioning sekitar 30 menit
Lakukan baseline terlebih dahulu
Lakukan pengukuran mulai blanko, baku, dan sampel
Lakukan pengukuran mulai sampel yang paling encer
Memegang kuvet pada sisi yang keruh
Kuvet yang bening ke arah sesuai
Lakukan pengenceran jika serapan terukur di atas 0,1
IDENTIFIKASI TELBIVUDIN DALAM TABLET
SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV
Pelarut: Larutan asam hidroklorida 0,1 N.
Larutan Baku: Ditimbang saksama lebih kurang 15 mg Baku Pembanding Telbivudin, dimasukkan
ke dalam labu tentukur 100 mL, ditambahkan 75 mL pelarut, disonikasi selama 5 menit hingga
larut, diencerkan dengan pelarut sampai tanda. Sejumlah 2,0 mL larutan dipipet ke dalam labu
tentukur 20 mL dan diencerkan dengan pelarut sampai tanda.
Larutan Uji: Ditimbang dan diserbukkan tidak kurang dari 20 tablet. Ditimbang sejumlah serbuk
setara 75 mg Telbivudin, dimasukkan ke dalam labu 100 mL, dilarutkan dan diencerkan dengan
pelarut hingga tanda. Sejumlah 2,0 mL larutan dipipet ke dalam labu tentukur 100 mL dan
diencerkan dengan pelarut sampai tanda.
Pelaarut, Larutan Baku, dan Larutan Uji diukur pada panjang gelombang 200-400 nm
CONTOH IDENTIFIKASI TELBIVUDIN DALAM
TABLET
SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV
Larutan Uji mempunyai panjang gelombang maksimum yang sama dengan panjang gelombang
Larutan Baku (±2 nm)
Larutan Uji dan Larutan Spiked mempunyai bentuk spektrum yang sama dengan Larutan Baku.
PENETAPAN KADAR RIFAMPISIN DALAM
TABLET
SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV/VIS
Pustaka: International Pharmacopoeia, Tenth Edition
Pelarut: Larutan Dapar Fosfat pH 7,4
Larutan Baku: Timbang saksama lebih kurang 20 mg Rifampisin BPFI, masukkan ke dalam labu
tentukur 20 mL, tambahkan 15 mL metanol, sonikasi 2 menit, encerkan dengan metanol hingga
tanda. Pipet 1 mL, masukkan ke dalam labu tentukur 50 mL dan encerkan dengan Pelarut
sampai tanda.
Larutan Uji: Timbang tidak kurang dari 20 tablet, hitung bobot rata-rata dan gerus hingga
homogen. Timbang serbuk setara 50 mg Rifampisin, masukkan ke dalam labu tentukur 50 mL.
Tambahkan 35 mL metanol dan sonikasi selama lebih kurang 5 menit, lalu encerkan dengan
metanol sampai tanda. Larutan sentrifugasi dengan kecepatan 2000 rpm selama 10 menit. Pipet
1 mL beningan masukkan ke dalam labu tentukur 50 mL dan encerkan dengan Pelarut sampai
tanda.
PENETAPAN KADAR RIFAMPISIN DALAM
TABLET
SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV/VIS
Cara penetapan: Ukur serapan Pelarut, Larutan Baku dan Larutan Uji pada panjang gelombang
maksimum 475 nm menggunakan Pelarut sebagai blanko.
Keterangan:
Au = serapan Larutan Uji
Ab = serapan Larutan Baku
Bb = bobot baku Rifampisin BPFI yang ditimbang dalam
mg
Bu = bobot uji yang ditimbang dalam mg
Br = Bobot rata-rata tablet dalam mg
Fu = faktor pengenceran Larutan Uji
Fb = faktor pengenceran Larutan Baku
Ke = kadar Rifampisin yang tertera pada etiket dalam mg
Tablet mengandung Rifampisin C43H58N4O12 tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari
110,0% dihitung terhadap kadar etiket.
CONTOH PENETAPAN KADAR RIFAMPISIN
DALAM TABLET
SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV/VIS
Kadar Rifampisin yang tertera pada etiket 150 mg
Berat rata-rata satu tablet 210,6 mg
Bobot baku 20,5 mg
Bobot sampel yang ditimbang 75,8 mg
Serapan larutan baku 0,4000
Serapan larutan sampel 0,3600
Pengenceran Baku = 20 x 50/1 = 1000
Pengenceran Sampel = 50 x 50/1 = 2500
CONTOH PENETAPAN KADAR RIFAMPISIN
DALAM TABLET
SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV/VIS
W (kandungan Rifampisin per tablet)
= (0,3600/ 0,4000) x (20,5/ 75,8) x (2500/1000) x 210,6 = 128,15 mg
Kandungan Rifampisin dalam tablet terhadap etiket
=(128,15/ 150) x 100% =85,43% (Syarat 90,0-110,0%)
Sejarah Kromatografi
KROMATOGRAFI KOLOM TSWETT 1906
Mikhail Tswett, Russian, Botanist
1)
CONTOH DITOTOLKAN 2)
PADA JARAK 1 CM
DARI DASAR PELAT
3)
4)
5)
54
KROMATOGRAFI CAIR
KINERJA TINGGI
SEBAGAI FASA GERAK DIGUNAKAN PELARUT
55
KCKT H I G H P E R F O R M A N C E L I Q U I D C H R O M AT O G R A P H Y
H I G H P R E S S U R E L I Q U I D C H R O M AT O G R A P H Y
1970 CSABA HORVATH
FD DALAM KOLOM GELAS DG
FG TEKANAN TINGGI
KCKT = HIGH PRESSURE LIQUID
C H R O M AT O G R A P H Y / H P L C
KCKT PENGEMBANGAN TEKNOLOGI KOLOM
KROMATOGRAFI KOLOM
KROMATOGRAFI ADSORPSI, PARTISI
2
Beberapa keuntungan KCKT:
Waktu analisis cepat
Daya pisah baik
Peka
Pemilihan kolom dan detektor bervariasi
FG dan kolom yg digunakan dapat dipakai
kembali
Cuplikan yg dipisahkan dapat diambil
5
1. Berdasarkan sifat fase diam dan fase gerak
KROMATOGRAFI
PLANAR KOLOM
Molecules separate according to their Liquid Porous gel with no Molecular Exclusion
:size attractive action on Chromatography
1.Smaller molecules enter the pores of solute molecules
the gel, and need a larger volume of
eluent.
2.Larger molecules pass through the
column at a faster rate.
Special kind of solute molecules interact Liquid or gas Solid on which Affinity
with those immobilized on the stationary specific molecules Chromatography
phase are immobilized
Sistem LC – HPLC/UHPLC
Konsep kromatografi
Sistem dan Radas KCKT (Lanjutan)
tR-1
Respon Detektor
a b
Tailing Factor (USP)
Tailing Factor (Tf) = Symmetry Factor (As)
– Dihitung pada posisi 5% dari tinggi maksimum puncak
Waktu retensi adalah waktu yang diperlukan untuk membawa keluar suatu komponen dari
dalam kolom kromatografi sehingga yang keluar dari kolom adalah tepat pada konsentrasi
maksimum.
Faktor Kapasitas (k’) yang juga merupakan ukuran retensi suatu komponen dalam kolom.
k’ = tR – to / to
Nilai k’ kecil berarti komponen tertahan sebentar dalam kolom (keluar berdekatan dengan
puncak pelarut).
waktu mati/dead time (tM): waktu yang dibutuhkan molekul yang tak
tertahan pada fase diam untuk mencapai detektor setelah injeksi
Waktu retensi (tR)
t0
Pelarut
Titik WAKTU
Injeksi
PARAMETER :
• Faktor Selektivitas :
• Resolusi : Rs 71
FAKTOR SELEKTIVITAS
• FAKTOR SELEKTIVITAS= SELECTIVITY FACTOR = K’B /K’A
73
FAKTOR PEMISAHAN
PUNCAK A DAN B PUNCAK C DAN D
trA = 5 menit trC = 5 menit
trB = 4 menit trD = 4 menit
t0 = 1 menit t0 = 1 menit
1 4 5
D C
1 4 5
75
k‘B
k‘A DENGAN PERJANJIAN k‘B > k’A
=
B A
1 2
N = 16 (tr/W)2
tr waktu
0 W
L
HETP =
N
78
HUBUNGAN ANTARA N DAN HETP
N = 16 ( tr /w ) 2
HETP = L / N
KOLOM AKAN MAKIN EFFISIEN APABILA:
N >>>>
atau
HETP <<<<< 79
Nilai N tergantung bentuk puncak
Peak A Peak B
WA WB
Nilai N dipengaruhi:
• Bentuk puncak
• Jika puncak ramping, nilai w (lebarpuncak) kecil sehingga nilai N besar
• Jika puncak tailing Nilai N menurun
• Waktu retensi
• Makin besar waktu retensi N makin besar
• Makin panjang kolom yang digunakan, nilai N bertambah besar
RESOLUSI (RS)
• MENUNJUKKAN KEMAMPUAN
SEBUAH KOLOM UNTUK
MEMISAHKAN DUA ANALIT
• RS DUA PUNCAK TERPISAH
DENGAN BAIK
Meningkatkan resolusi
· Untuk resolusi yang baik dalam
pemisahan, tiga istilah dapat
dioptimumkan