Anda di halaman 1dari 13

Jurnalisme Islam-Profesional dalam Pusaran Politik

Identitas: Studi Kasus pada Harian Duta Masyarakat &


Harian Bangsa

Kelompok 2
Muhammad Hafidz Rakana 1204050098
Anggota Kelompok

Neja Nazula Rahmah


1204050107

Pipit Nur Aisyah


1204050114

Raissa Azarine
1204050124

Rifa Ansori
1204050130
Pendahuluan
Dalam pendahuluan penulis berusaha menjelaskan mengenai pemilihan presiden atau Pilpres yang
diselenggarakan pada tahun 2019 lalu, yangmana Pilpres kala itu dianggap sebagai kontestasi politik yang sarat
dengan pertarungan politik identitas antara kubu Islam nominal yang lebih moderat versus Islam konservatif
yang lebih formalistic.
Penulis juga menjabarkan terkait teori politik identitas. Secara umum politik identitas dimaknai sebagai tindakan
politik yang diambil berdasarkan identitas, agama, budaya, suku, ras dan sejenisnya dan mengabaikan
pertimbangan rasional.
Penulis juga menjelaskan bahwa sampai pada Pilpres lalu, politik identitas masih tetap mewarnai, hal tersebut
ditandai dengan munculnya isu-isu keagamaan dalam narasi kampanye kedua belah paslon baik itu isu mengenai
khilafah, negara Islam, penerapan syariah dilontarkan ke kubu Prabowo-Sandi. Sementara kubu Jokowi Widodo-
Ma’ruf Amin dianggap memainkan politik aliran dengan terang-terangan merekrut Ma’ruf Amien, ketua Majelis
Ulama Indonesia dan Ketua Syuriah NU sebagai calon wakil presiden.
Pilpres 2019 juga menyeret sejumlah media yang terjebak dalam permainan politik identitasKeberadaan media
seharusnya netral, objektif dan tidak memihak
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif-deskriptif ini bertujuan untuk
memperoleh gambaran secara menyeluruh terkait fenomena media, Islam dan
politik identitas yang terjadi pada Pilpres 2019. Topik tersebut dipandang
memiliki cakupan yang luas serta berdimensi yang rumit sehingga diperlukan
pendalaman dalam pengumpulan data yang diperoleh melalui wawancara serta
observasi secara langsung.
Pembahasan
Media Massa Islam

Media, tak luput memainkan peran yang sangat krusial dalam perhelatan politik. Media-media mainstream
berlomba-lomba memberitakan Pemilihan presiden (Pilpres) sejak masa-masa awal persiapan, masa-masa
kampanye, sampai masa pemilihan presiden. Muncul beberapa kekecewaan terhadap media mainstream nasional
yang dianggap tidak netral dalam meliput pilpres, dan dianggap terlalu condong pada pasangan calon (Paslon)
petahana Jokowi-Ma'ruf Amien.

Kecondongan yang berlebihan terhadap kepentingan bisnis seringkali menyebabkan media melakukan komodifikasi
terhadap berita, dengan mendapatkan imbalan finansial dalam bentuk iklan atau lainnya. Hal itu terjadi karena
media menjadi bagian dari konglomerasi vertikal dan horizontal, sehingga kepentingan idealisme bertabrakan
dengan kepen- tingan bisnis-ekonomi.
Pembahasan
Elemen Dasar Jurnalistik dan Jurnalisme Profetik

Kovach dan Rosentiel juga merumuskan sembilan elemen jurnalisme yang menjadi pegangan jurnalis profesional
dalam menjalankan tugasnya. Kesembilan elemen tersebut adalah:

1. Kewajiban utama jurnalisme adalah pada kebenaran


2. Loyalitas pertama jurnalisme adalah kepada warga (citizens)
3. Esensi jurnalisme adalah disiplin verifikasi
4. Jurnalis harus tetap independen dari pihak yang mereka liput
5. Jurnalis harus melayani sebagai pemantau independen
terhadap kekuasaan
6. Jurnalisme harus menyediakan forum bagi kritik maupun komentar dari publik
7. Jurnalisme harus berupaya membuat hal yang penting itu menarik dan relevan
8. Jurnalis harus menjaga agar beritanya komprehensif dan proporsional
9. Jurnalis memiliki kewajiban untuk mengikuti suara nurani mereka
Pembahasan

Dalam Pilpres 2019 kemarin menjadi ajang paling terbuka bagi pertarungan politik identitas. Narasi-narasi yang
dibangun kedua paslon sarat dengan narasi identitas. Kubu Jokowi-Ma'ruf dituduh anti-Islam, terutama Islam garis
keras. Sementara kubu Prabowo-Sandi dituduh mendukung sistem khilafah yang dianggap anti Pancasila.

Media-media mainstream yang dimiliki para konglo- merat, seperti Harry Tanoesoedibjo (MNC Group), Surya
Paloh (Media Group), Jakob Oetama (Kompas Group), Chaerul Tanjung (Trans dan Para Group), Eddy Sari- atmaja
(Emtek), Ciputra (Grafitti dan Jawa Pos Group), ikut dalam arus ini dan dianggap tidak menjaga netralitas. Media
konglomerasi tersebut dianggap lebih pro 01 karena pertimbangan-pertimbangan ekonomi politik yang bersifat
pragmatis. Beberapa media lainnya memilih sikap lain dengan memihak ke pasangan 02.
Pembahasan
Analisis Harian Bangsa
Harian Bangsa lahir pada 2005 sebagai anak perusahaan Jawa Pos Group. Penggagas berdirnya Bangsa adalah
Mas'ud Adnan, seorang wartawan yang juga aktivis NU sekaligus wakil ketua PKB (Partai Ke- bangkitan Bangsa)
ketika itu. Kelahiran Bangsa dipicu oleh lepasnya Duta Masyarakat dari Jawa Pos Group beberapa
waktu sebelumnya.

Mas'ud bertindak sebagai direktur dan redaktur senior. Untuk pemimpin redaksi ditunjuk Abdurrahman Ubaidah,
sarjana lulusan IAIN dengan latar belakang Nahdhiyin, tapi tak berada di struktur NU.

Harian Bangsa tidak banyak mengalami persoalan internal dalam memberitakan pilpres 2019 dan keberpihakannya
kepada pasangan Jokowi-Ma'ruf. Mas'ud Adnan sebagai pucuk pimpinan tertinggi secara terbuka
mengomunikasikan pandangan politiknya kepada awak redaksi. Karena itu, keberpihakan kepada Jokowi terlihat
jelas dalam pemberitaan Bangsa edisi pilpres.

Abdurrahman Ubaidah mengakui keberpihakan itu. Ia juga me- nyadari sepenuhnya bahwa piplres 2019 adalah
pertarungan politik identitas. Kendati demikian, Abdurrahman menegaskan bahwa pilihan politik itu dilakukan
dengan tetap mempertahankan prinsip jurnalisme profesional.
Pembahasan
Jurnalisme Profesional dan Politik Identitaas: Analisis Harian Duta Masyarakat

Harian Duta Masyarakat, yang sekarang berkantor di Surabaya, adalah reinkarnasi dari Harian Duta Masyarakat
pada era Orde Lama. Duta terbit perdana pada 2 Januari 1954 dengan pemimpin redaksi Asa Bafagih, seorang
wartawan senior yang berpeng- alaman, seangkatan dengan Adam Malik, Sumanang, dan Suardi Tasrif.

Pilpres 2019, Duta meng-akui bahwa kebijakan redaksional adalah mendukung pasangan Pra- bowo-Sandi.
Pemred Mohamad Kayis mengatakan kebijakan ini diam- bil dengan pertimbangan profesional. "Kami melihat visi-
misi Prabo- wo-Sandi bisa membawa Indonesia ke arah yang lebih baik," kata Ka- yis dalam wawancara dengan
peneliti pada Oktober 2019. Duta menyadari bahwa Pilpres 2019 kental isu-isu identitas, se- perti isu PKI, dominasi
Cina, dukungan kalangan liberal yang ingin melegalkan LGBT, dan isu-isu sektarian lainnya. "Jika kami menurun-
kan berita-berita mengenai bahaya laten PKI, misalnya, kami mendu- kungnya dengan argumen yang profesional,
kami melakukan wawan- cara yang berimbang, dan kami melakukan chech-recheck," kata Kayis
Kesimpulan
Pemilu 2019 kental dengan warna politik identitas, hal tersebut tercermin pula pada pemberitaan-pemberitaan di media
massa, termasuk media Islam. Hasil studi ini mengambil contoh dari dua media di daerah Surabaya, Harian Duta
Masyarakat dan Harian Bangsa. Secara sadar juga ikut bermain dalam isu-isu politik identitas. Bahkan kedua pemilik media
tersebut terlibat dalam politik praktis dengan menjadi calon anggota DPR RI dan terlibat dalam kampanye yang
mendukung Prabowo-Sandi.

Media Massa tersebut menggunakan prinsip spirit Islam dalam praktik jurnalisme sehari-hari. Meskipun tidak secara
formal mengadopsinya dalam kebijakan redaksional, kedua media juga menerapkan standar jurnalisme profesional dalam
menjalankan praktik redaksional dalam liputan Pilpres 2019. Kedua pihak secara sadar memihak pada salah satu calon,
dan menjastifikasi pilihan nya tersebut dengan alasan profesional dan ideologis

Secara keseluruhan pembahasan ini membahas tentang bagaimana cara kerja dalam praktik jurnalisme khususnya dalam
jurnalisme identitas yang mana dalam tulisan ini menggunakan identitas agama Islam sebagai menu utamanya.
Kelebihan
Adapun yang menjadi kekuatan dalam artikel ini diantaranya:
 Artikel ini senantiasa memberikan analisis komprehensif terkait topik penelitian yang berusaha dikaji
 Artikel ini di susun dengan teratur menggunakan prosedur dan tahapan – tahapan tertentu
 Artikel ini dilengkapi dengan studi kasus yang spesifik sehingga mampu memberikan gambaran yang jelas
mengenai topik yang sedang diteliti
 Artikel ini menyediakan penelitian dan data asli. Keakuratan data dalam penelitian ini diperoleh oleh penulis
melalui wawancara serta observasi secara langsung maupun partisipasi langsung melalui rapat-rapat redaksi
media guna melihat bagaimana proses pengambilan keputusan yang dilakukan dalam instansi media.
 Artikel ini dapat membantu memajukan pengetahuan di lapangan. Pasalnya memberikan rincian terkait
media yang sedang dianalisis.
Kekurangan Penelitian
Adapun yang menjadi kelemahan dalam artikel ini diantaranya sebagai berikut:
 Artikel ini memiliki cakupan yang terbatas
 Artikel ini kurang memberikan informasi tentang rincian metodologi yang digunakan
 Artikel ini memiliki potensi bias pada satu teori saja sehingga kurang dapat
mengeksplor topik penelitian
Thank you!

Anda mungkin juga menyukai