Anda di halaman 1dari 12

RESPONSIF KADER IMM DALAM MENGHADAPI POLITIK IDENTITAS

Oleh Fakhri Abdullah Rosyid 1

A. Pendahuluan
Perjuangan pergerakan mahasiswa tengah dihadapkan dengan segala kompleksitas
yang ada. Percaturannya di segala aspek kehidupan mulai menjadi topik dalam
perjalanan kehidupan mahasiswa. Dinamka politik yang berderu semakin panas
bagaikan sebuah perlombaan pacuan kuda, dimana sikut menyikut antara lawan politik
yang tajam bahkan sampai pada kontak fisik terjadi di Indonesia.
Pergerakan mahasiswa identik dengan sebuah corak berpikirnya masing-masing.
Setiap organisasi pergerakan pasti memiliki landasan ideal sebagai panutan dalam
bersikap maupun bertindak. Dalam hal ini, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM)
merupakan salah satu organasiasi otonom Muhammadiyah yang bergerak dalam ranah
kemahasiswaan. Kader dalam tubuh ikatan merupakan sosok penting dalam perjuangan
organisasi IMM, menjadi seorang kader artinya menjadi sosok yang di tuntut mampu
dalam mengemban tugas dan amanah yang IMM cita-citakan. Namun, dalam realita
yang terjadi, banyak terjadi dinamika dalam tubuh ikatan yang melahirkan dampak
negatif. Hal ini pula yang menjadi pekerjaan rumah dalam tubuh ikatan untuk
melahirkan sosok kader yang tangguh dalam berjuang.
Sesungguhnya peran seorang kader akan sangat bermanfaat ketika mampu untuk
memiliki kesadaran kritis dan mempunyai pisau analisis yang tajam dalam membaca
situasi dan kondisi yang tidak sesuai dengan lingkungan sekitar, merupakan hal mutlak
yang harus dimiliki setiap kader ikatan. Banyak di antara kader IMM yang telah
berdiaspora dalam beberapa lembaga legislasi. Bukan menjadi persoalan politik ketika
salah seorang kader berdiaspora dalam kelembagaan dan menjabat pada sektor tertentu,
namun identitasnya sebagai seorang kader tidak lantas hilang begitu saja, dengan
mengamalkan ilmu dan mengimplementasikannya dengan bijak dan membuat
kebijakan-kebijakan yang pro terhadap kebaikan dan kebermanfaatan bagi ikatan dari
pendiasporaan tersebut.
IMM sebagai salah satu organisasi gerakan islam yang juga di nanungi oleh tubuh
besar persyarikatan Muhammadiyah, maka segala hal yang berkaitan dengan
Muhammadiyah haruslah benar benar di pahami dan di amalkan. Muhammadiyah telah

1
Kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Jakarta Timur
berdiri sejak 18 November 1912 silam. Keberadaannya sebagai civil society dengan
mencurahkan perhatian utamanya pada bidang keagamaan, sosial, dan pendidikan patut
diapresiasi. 2 Muhammadiyah sendiri adalah rumah besar kaum pembaru islam. Didalam
rumah besar yang modern itulah kaum terpelajar non-santri banyak tinggal, yaitu
alumni politik etis Belanda, mereka itulah yang memelopori pergerakan politik modern
hingga revolusi. 3 Dalam hal ini, Muhammadiyah telah menjalankan fungsi politiknya
dalam kehidupan nasional, dengan berkiprah dalam pergerakan kebangkitan
kebangsaan, meletakkan pondasi negara, dan menegakkan negara dalam konstitusi dan
cita-cita kemerdekaan. Serta memelihara politik islam yang berwawasan kebangsaan di
tengah pertarungan ideologi dunia.
Kendati dalam dinamika politik, namun Muhammadiyah sejak kelahirannya tidak
memiliki hubungan organisatoris dengan partai politik manapun, serta konsisten
bergerak pada ranah dakwah dan tajdid yang bersifat pencerahan. Namun,
Muhammadiyah bukan pula anti politik. Hal ini dapat merujuk pada khittah (garis
perjuangan) Muhammadiyah. Kontribusi politik Muhammadyah, sebagaimana
posisinya sebagai civil society adalah pembinaan masyarakat dan berperan aktif pada
fungsi saran dan kritik terhadap negara. Bagi Muhammadiyah, politik yang
dikembangkan adalah politik nilai yang selalu dekat dengan rakyat, sehingga ranah
politik yang dikembangkan adalah ranah politik yang selalu berpihak pada nilai,
termasuk kaum mustadh’afin.
Hal ini sesuai dengan Teologi Al-Mau’un sebagai suatu nilai dasar yang di
pelopori oleh K.H Ahmad Dahlan, serta menjadi dasar filosofis dari organisasi gerakan
IMM dan menjadi faktor fundamental yang harus di pahami oleh setiap kader IMM.
Oleh sebab itu, setiap isu yang akan di bangunpun harus mengedepankan bentuk
keadilan dan keberpihakan terhadap kaum mustadha’fin. Seorang kader yang yang tidak
memahami suatu nilai dasar tersebut patut di pertanyakan keberpihakan terhadap IMM
khususnya Islam sebagai agama yang rahmatan lilalamin.

B. Kajian Teori
Kelahiran IMM tidak lepas kaitannya dengan sejarah perjalanan
Muhammadiyah, dan juga bisa dianggap sejalan dengan faktor kelahiran

2
Hikmawan Syahputra. 2014. Peran Politik Muhammadiyah Tahun 2010-2014. Jurnal Ilmu
Pemerintahan. Vol 01, No. 01, hlm. 1-30.
3
Mochammad Ali Shodiqin. 2013. Muhammadiyah itu NU Dokumen Fiqih yang Terlupakan. Jakarta:
Noura Books. hlm. 8.
Muhammadiyah itu sendiri. Hal ini berarti bahwa setiap hal yang dilakukan IMM
merupakan perwujudan dari keinginan Muhammadiyah dalam memenuhi cita-cita
sesuai dengan kehendak Muhammadiyah dilahirkan. Di samping itu, kelahiran IMM
juga merupakan respon atas persoalan-persoalan keummatan dalam sejarah bangsa,
sehingga kehadiran IMM sebenarnya merupakan sebuah keharusan sejarah.
Keharusan sejarah ini lah yang kemudian mendorong seorang kader ikatan agar
dapat hadir sebagai pencerah jiwa, peneguh keyakinan, dan penguat langkah saat berada
di tengah masyarakat, khususnya masyarakat mahasiswa. 4 Kehadiran kader ikatan
diharapkan dapat menjadi corong keilmuan dalam ruang kosong, dengan menjadi panah
dakwah Muhammadiyah dalam membumikan nilai, khususnya nilai politik dan
keyakinan bagi masyarakat dan bangsa. Menjadi sosok yang dibutuhkan dan selalu
diharapkan kehadirannya karena kompetensi yang dimilikinya sebagai kader yang
berkualitas.
Namun, belakangan ini kualitas kader ikatan mulai digoyahkan oleh kontestasi
politik yang tengah berlangsung. Mulai dari munculnya berita bahwa Amin Rais ancam
jewer Haedar Nashir jika memilih menyerahkan sikap politik ke kadernya. 5 Kemudian
ditambah dengan pembereitaan pro dan kontra alasan Din Syamsudin Mundur dari
utusan khusus presiden. 6 Serta bentuk dukungan secara terang-terangan pada salah satu
calon yang dilakukan oleh beberapa oknum yang mengatasnamakan dirinya dengan
organisasi Muhammadiyah di Jawa Tengah.7 Hal ini lah yang kemudian menjadi
permasalahan yang perlu disikapi melalui berbagai bentuk kajian untuk memperoleh
jawaban kebenaran dan tetap menunjukkan identitas kenetralan kader IMM dalam
berpolitik, sesuai dengan apa yang di cita-citakan oleh Muhammadiyah.
Sementara itu, menurut Haedar Nashir dalam halaman facebook resminya,
menyatakan bahwa warga Muhammadiyah perlu mengambil bagian dan tidak boleh
apatis dalam kehidupan politik di negeri ini. Muhammdiyah memerankan politik
kebangsaan yang bermartabat, sedangkan perjuangan politik kekuasaan atau politik

4
Ahsan Ainul Yaqin. 2017. Kader Muda Ikatan Bertabligh Membumikan Nilai dengan Dakwah Mimbar.
Yogyakarta: Semesta Ilmu. hlm. iii.
5
Elza Astari Retaduari, Fajar Pratama, Marlinda Oktavia Erwanti. 2018. Kontroversi Amien Rais Ancam
Jewer Haedar Nashir. DetikNews melalui https://news.detik.com/berita/4311434/kontroversi-amien-rais-ancam-
jewer-haedar-nasir diakses pada Rabu, 6 Februari 2019 Pukul 18.57 WIB.
6
Adi Syafitrah. 2019. Salah Alasan Din Syamsudin Mundur dari Utusan Khusus Presiden.
https://turnbackhoax.id/2019/02/05/salah-alasan-din-syamsuddin-mundur-dari-utusan-khusus-presiden/ diakses
pada Rabu, 6 Februari 2019 Pukul 19.07 WIB.
7
Anonim. Melalui Suara Muhammadiyah https://sangpencerah.id/2019/02/pwm-jateng-tegur-deklarasi-
dukung-jokowi/?fbclid=IwAR3OTJcfBi3AF1ZsOQeS-HBIK0o3ogcjUSMYLW9zeTOAQ8WnZ0Tv3qeuXyc
diakses pada Rabu, 6 Februari 2019 Pukul 19.44 WIB.
praktis dilakukan oleh para kadernya di partai politik. Setiap anggota kader, dan elite
Muhammadiyah niscaya cerdas, bijak, dan bertanggungjawab dalam memposisikan dan
memerankan diri menghadapi dinamika politik pemilu yang sering terpolarisasi bertensi
tinggi. Pedoman kepribadian dan khittah, rekaat ta’awun dan ukhuwah, serta jaga nama
baik dan marwah organisasi dengan komitmen tinggi. Jangan libatkan Muhammadiyah
dalam percaturan politik praktis yang menjadi tugas partai politik dan politisi. Gebrakan
dakwah dan keunggulan amal usaha sebagai tugas mulia membangun negeri. Inilah
saatnya komitmen kemuhammadiyahan teruji. 8
Politik dan berpolitik bukan menjadi hal yang dilarang oleh agama. Politik harus
dijadikan salah satu sarana dakwah untuk membumikan kehendak Tuhan dimuka bumi.
Adapun kekuasaan politik merupakan ujian dan titipan sementara yang Allah berikan
kepada hamba-Nya. Kader IMM sebagai agent of change perlu menentukan sikap
politiknya dengan melakukan pemahaman akan nalar dan logikanya dalam berpolitik.
Politik ini merupakan salah satu ruang untuk bergerak dan melakukan perubahan.
Kader-kader ikatan harus selalu serius dalam mengkaji dinamika politik yang terjadi
secara utuh agar mampu menyikapi berbagai hal dengan bijak, dengan tetap berpegang
teguh pada sikap politik Muhammadiyah. Adapun pemahaman tersebut dapat dilakukan
dengan melakukan refleksi diri dengan cara sebagai berikut.

1. IMM Merupakan Gerakan Ilmu


Prinsip ilmu adalah menelisik, konfirmasi, verifikasi dan mengungkapkan
kebenaran. Dalam melakukan basis penguatan keilmuan, IMM melakukan strategi
kaderisasi aktif berjenjang dari Darul Arqam Dasar (DAD) hingga Darul Arqam
Paripurna (DAP). Serta pembinaan rutin melalui program kerja yang di susun dari
semua bidang. Hal ini dimaksudkan untuk memperkuat basis keilmuan organisasi
dan regenerasi mendatang, termasuk didalamnya adalah adminitrasi organisasi
secara modern.
Budaya keilmuan ikatan ini lah yang kemudian harus selalu di rawat oleh
seluruh kader-kader ikatan, termasuk di dalamnya bersikap aktif dalam
menyuarakan kebenaran. Kajian-kajian dalam ikatan hendaknya mampu menjadi
laboratorium yang mencerdaskan bagi kader-kadernya. Memahami segala

8
Haedar Nashir. 2019. Halaman Facebook Haedar Nashir (Official). Melalui
https://www.facebook.com/HaedarNs/photos/a.273061606661089/328933897740526/?type=3&theater diakses
pada Rabu, 6 Februari 2019 Pukul 19.37 WIB.
persoalan yang terjadi, termasuk kegiatan politik yang sedang berlangsung di
negaranya. Melakukan pengawalan kegiatan perpolitikan yang terjadi dengan
tetap menjunjung tinggi identitas politik Muhammadiyah. Tidak melakukan
dukungan pada salah satu calon secara lantang dengan mengatasnamakan diri
dengan organisasi Muhammadiyah atau IMM itu sendiri.
Maka, dengan segala keilmuan yang di miliki kader ikatan, diharapkan
mampu mengamalkannya dengan arif dan bijaksana dalam proses percaturan
politik. Dengan demikian, IMM sebagai perpanjangan tangan Muhammadiyah
mampu mendukung kegiatan politik yang positif dan mengamalkan pesan
ayahanda Haedar Nashir di atas. Selain itu, IMM sebagai organisasi mahasiswa
yang memiliki basis kekuatan di kampus, mampu menjaga keadaan Amal Usaha
Muhammadiyah (AUM) dalam bidang pendidikan, khususnya pendidikan tinggi
untuk selalu steril dalam kegiatan politik.

2. Kolektivitas adalah Kekuatan IMM


Sejarah menunjukkan, bahwa sejumlah organisasi yang dulu besar karena
ketokohan pendirinya tetapi tidak ditransformasikan menjadi sistem kolektif dan
organisasi yang kuat akhirnya mengalami kemunduran. Gambaran tersebut
menunjukkan bahwa kekuatan sistem organisasi dan kolektivitas yang kuat jauh
melampaui peran penokohan. Dalam tahun politik seperti saat ini, makadalam
konteks organisasi-organisasi modern perlu dikedepankan penguatan sistem
dalam manajemen yang unggul sehingga maju dan kompetitif. Hal yang
diperlukan ialah mobilisasi seluruh kader ikatan sehingga berkeinginan dan
mampu memberikan komitmen dan pengkhidmatan secara optimal bagi kemajuan
IMM dalam menjalankan usaha mencapai tujuannya.
Kekuatan IMM terletak pada prinsip kebersamaan atau kolektivitas. Secara
struktural, spirit kebersamaan itu dikatrol dengan sistem organisasi dan
kepemimpinan kolektif-kolegial yang mapan. Secara kultural dibangun di atas
kekuatan jamaah yang menjadi basis massa gerakan. Secara teologis asas kolektif
keorganisaian tersebut memiliki pijakan pada QS. Ali-Imran: 104. Ayat yang
menjadi inspirasi lahirnya Muhammadiyah itu menjelaskan adanya “segolongan
umat” yang dihimpun dalam organisasi sebagai pelaku dakwah kolektif.
Setiap kader ikatan harus benar-benar menghayati prinsip kolektivitas
tersebut. Bahwa setiap kader dalam ikatan memiliki peran kolektif untuk
berkhidmat memajukan ikatan dari pimpinan komisariat hingga pimpinan pusat.
Artinya kekuatan IMM berada pada gerakan kolektifnya, bukan pada penonjolan
individu. Dengan kekuatan kolektifnya, setiap kader ikatan disatukan dalam
organisasi untuk mencapai tujuan. IMM menjadi besar karena disangga oleh
anggota, kader, dan pimpinan yang masing-masing memiliki kemampuan saling
melengkapi dalam sistem kolektivitas yang kokoh. Semangat bersinergi dan
bekerja sama dalam kolekivitas menjadi utama. Secara kelembagaan kekuatan
Pimpinan Pusat bersinergi dengan Pimpinan Daerah, Cabang, dan Komisariat.
semua dijalin dalam ikatan ideologis yang kuat.

3. Politik Identitas
Ages Heller mendefinisikan politik identitas sebagai politik yang
memfokuskan pada pembedaan sebagai kategori utamanya yang menjanjikan
kebebasan, toleransi, dan kebebasan bermain, walaupun muncul pola-pola
intoleransi, kekerasan, dan pertentangan etnis. 9 Politik identitas dapat dimaknai
sebagai pemberian garis yang tegas untuk menentukan siapa yang disertakan dan
siapa yang di tolak, karena garis-garis penentuan tersebut tampak tidak dapat
dirubah, maka status sebagai anggota bukan anggota dengan serta merta tampak
bersifat permanen.10 Selain itu, politik identitas dapat dimaknai sebagai sebuah
aktivitas politik yang segala sesuatunya diadasarkan pada identitas tertentu
(seperti etnis, agama, gender) sebagai alasan utama pergerakannya. Politik
identitas dapat menjadi baik dan juga menjadi buruk, tergantung bagaimana
pernah aktor politik yang terlibat didalamnya.
Pengertian identitas tersebut dalam kajian sosiologi kontemporer tidak lagi
dipahami sebagai sesuatu yang beku, tetap, tak berubah. Identitas dipahami
sebagai sebuah konstruksi sosial yang dibentuk terus-menerus dan mengalami
perkembangan. 11 Pemaknaan perkembangan ini sering dimaknai kurang tepat,
dengan melakukan pemisahaan kelompok yang dirasa akan memiliki kecocokan,
dukungan, dan kecenderungan kesamaan. Hal yang kemudian menjadi

9
Edwi Arief S dan Rudi Wibowo. 2015. Representasi Politik Identitas dalam Kampanye Online Calon
Legislasi Partai Politik Peserta Pemilu 2014. Jurnal Ilmu Komunikasi. Vol. 13, No. 01, hlm. 234-248.
10
Muhtar Haboddin. 2012. Menguatnya Politik Identitas di Ranah Lokal. Jurnal Ilmu Pemerintahan. Vol.
05, No. 01, hlm. 116-133.
11
Yosafat Hermawan Ttrinugraha. 2013. Politik Identitas Anak Muda Minoritas: Ekspresi Identitas Anak
Muda Tionghoa Melalui Dua Organisasi Aanak Muda Tionghoa di Surakarta Pasca Orde Baru. Jurnal Studi
Pemuda. Vol. 02, No. 02, hlm. 172-186.
permasalahan adalah ketika perbedaan tersebut dijadikan sebagai konflik dalam
keberpihakan identitasnya masing-masing.
Maka, kader IMM dituntut untuk selalu bersikap netral dan tidak membeda-
bedakan setiap kelompok dengan melakukan diskriminasi pada salah satu
identitas yang dimilikinya. Kader ikatan perlu membangun basis identitas yang
sesuai dengan cita-cita dan tujuan IMM itu sendiri. Jangan sampai, karena tengah
berlangsungnya percaturan politik, kader ikatan melakukan pendekatan pada salah
satu kubu dan menolak kubu lain dengan harapan iming-iming yang akan
diberikan ketika kelak kemenangan di perolehnya. Kader ikatan harus menjadi
penengah dengan tetap menunjukkan kenetralannya dalam politik identitas yang
terjadi.

C. Pembahasan
Sejarah Muhammadiyah dengan partai politik yang penuh harubiru, akhirnya
menjadikan Muhammadiyah belajar akan rumitnya jika organisasi harus melebur-
berjibaku ke dalam riel politics.12 Dalam hubungan dengan kehidupan politik,
Muhammadiyah lebih mengedepankan kearifan dan kecerdasan lokal yang membuka
kemungkinan secara luas bagi warganya untuk menyalurkan aspirasi politiknya sesuai
jiwa ajaran islam. 13 Adapun politik identitas akan selalu hadir dalam proses
perpolitikan, maka perlu adanya penyikapan positif terkait suasan politik yang terjadi.
Terkhusus kader ikatan sebagai poros pergerakan memandang perlu adanya sebuah
responsif terkait politik identitas yang sedang terjadi di negeri ini. Adapaun upaya
tersebut dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.

1. Meningkatkan Pemberdayaan, Pembinaan, dan Pengembangan Pendidikan


Politik
Berbicara tentang pendidikan politik, maka langkah yang harus dilakukan
adalah dengan melakukan dorongan akan pemahaman dan kesadaran politik
melalui pemberdayaan, pembinaan, dan pengembangan pendidikan. Hal ini
dilakukan untuk memberikan pemahaman terhadap pemilih pemula untuk
bersikap cerdas, peningkatan kapasitas, serta terlibat dalam panitia seleksi

12
Pegiat Laskar Penulis Ikatan. 2015. Gagasan Kum Muda Muhammadiyah Pandangan Kritis Kader
Ikatan. Yogyakarta: Laskar Penulis Ikatan. hlm. 65.
13
Abdur Munir Mulkhan. 2015. Boeah Fikiran Kijai H.A. Dachlan. Jakarta: Global Base Review &
STIEAD Press. hlm. 29.
penyelenggara pemilihan umum. Pendidikan politik perlu disesuaikan dengan
aturan dan perkembangan zaman yang berlaku agar dapat menyesuaikan diri dan
tidak tertinggal terhadap arus globalisasi yang semakin modern.
Selain itu, kader ikatan wajib mengetahui berbagai situasi dan keadaan
politik secara bijak, maka diperlukan pendidikan politik dalam upaya memberikan
pemahaman kepada kader-kadernya. Kader ikatan jangan sampai tidak
mengetahui siapa saja wakil-wakil rakyat yang mencalonkan diri, atau bahkan
tidak mengetahui siapa saja kader Muhammadiyah yang sedang mencalonkan diri.
Hal ini perlu untuk di pahami sebagai jati diri dalam proses penentuan pemilihan
dan sarana agar tidak salah langkah dan selalu bijaksana dalam berpolitik.

2. Peduli pada Akhlak Politik


Dakwah Amar Ma’ruf Nahi Munkar menjadi gerakan pamungkas dari
Muhammadiyah dalam mengatasi persoalan kehidupan, termasuk di dalamnya
dakwah dalam kegiatan politik. Stop permusuhan dalam proses pemilihan umum,
mari kedepankan akhlak berpolitik dan gunakan akal sehat untuk menyikapi
situasi politik dan menentukan sikap dalam proses pemilihan pemimpin. Pengaruh
pada pendukung masing-masing pihak menjadi keresahan tersendiri karena
menyebabkan segmentasi perberbedaan pilihan politik. Pilihlah pemimpin yang
mengerti akan sejarah bangsanya, mengerti falsafah negaranya dan mengerti cita
cita para pendiri bangsa yang sebagaimana ditulis dalam tinta falsafah pembukaan
UUD 45 dan konstitusi negara.
Dalam hal ini, falsafah kepala ikan busuk merupakan perumpaan yang harus
di pahami secara mendalam oleh kader ikatan. 14 Falsafah ini merupakan bagian
dari akhlah politik, akhlak yang kemudian menjadi langkah dalam proses
pemupukan sikap saling menghormati dalam perbedaan pilihan, menerima hasil
keputusan yang diperoleh, mentaati aturan dan norma yang berlaku, menerima
saran dan kritik, adil dalam melaksanakan hak dan kewajiban, serta
bertanggungjawab terhadap keyakinan pilihan yang di pilih, serta melakukan
pengawalan terhadap keberlangsungan pemerintahan dan amanah yang
dijalankannya.

14
Fachrudin., dkk. 2010. Akhlak Pemimpin Muhammadiyah. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah. hlm. 5.
3. Melakukan Pengawalan dan Menyuarakan Kebenaran Terhadap Proses
Politik
Melalui gerakan ilmu dan kolektivitas yang dijadikan sebagai kekuatan
IMM, maka sudah seharusnya IMM memiliki program riset and development
study dan sudah saatnya memaksimalkan peran perguruan tinggi untuk dilibatkan
dalam pembuatan kebijakan pemerintah dan IMM bisa menjadi
dirigennya. Program ini bisa digunakan oleh IMM sebagai think thank poros
gagasan untuk melakukan sebuah perubahan. Bahkan saat ini pun IMM dan
Mahammadiyah tidak memiliki data pasti bagaimana aspirasi kadernya terhadap
pilihan paslon tertentu.
Untuk itu, kader IMM harus berani untuk melakukan proses pengawalan
kegiatan politik yang terjadi, serta segera memulai menyuarakan kritik dan
saran lewat kajian-kajian setrategisnya yang bisa dipertanggungjawabkan secara
akademis kepada pemerintah. Tidak sekedar itu, kader ikatan harus berani
meletakkan dirinya sebagai think thank untuk mensuplai gagasan-gagasan
tersebut, sebagai rasa tanggungjawabnya terhadap masa depan bangsa Indonesia.
Serta menjadi jembatan dalam proses penerimaan aspirasi masyarakat dengan
tetap menunjukkan kedewasaan dan berpijak pada ideologi dan prinsip politik
yang di kembangkan Muhammadiyah.

D. Penutup
1. Kesimpulan
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah harus menjadi panutan dan teladan bagi
siapapun, termasuk dalam kegiatan perpolitikan. Tujuan dan cita-cita IMM tidak
akan terealisir tanpa adanya kader, dan kader harus memiliki sebuah semangat
untuk bangkit. Bangkit dengan melakukan pergerakan dan pengaderan dengan
tetap menjaga spirit dan loyalitas terhadap persyarikatan. Kader ikatan hendaknya
dididik dengan nilai dasar juang utama, yaitu dakwah amar ma’ruf nahi munkar.
Tidaklah akan didapati kader yang loyal manakala dia tidak mengenal IMM,
tidaklah akan militan seorang kader jika tidak merasakan manis pahitnya
perjuangan dalam IMM.
Sungguh berat menjadi kader Muhammadiyah, ragu dan bimbang lebih baik
pulang, sebuah idiom yang terkenal dari panglima pertama Indonesia. Jendral
Soedirman mengingatkan kita untuk senantiasa bersungguh-sungguh terutama
berjuang di Muhammadiyah terkhusus IMM. Selain itu, gerakan IMM harusnya
autentik. Autentik dengan memberikan respons positif terhadap proses
perpolitikan yang tengah berlangsung dengan melakukan peningkatan terhadap
pemberdayaan, pembinaan, dan pengembangan pendidikan politik, peduli pada
akhlak politik, serta melakukan pengawalan dan menyuarakan kebenaran terhadap
proses politik

2. Saran
Jangan sampai perjuangan IMM dikesampingkan dan terkubur, jika tidak
dilakukan sebagai kader intelektual penggerak perubahan. Salah satu hal yang
perlu di garis bawahi adalah trilogi IMM sebagai pola gerakan penting untuk di
pahami setiap kader yang telah mengikuti jenjang pengkaderan awal (DAD) dan
perlunya diskursus lintas kader agar lebih memahami IMM sebagai suatu
organisasi pergerakan Islam. Bahkan bila perlu, diskursus lintas organisasi
pergerakan agar bisa mengukur apa yang kurang dalam tubuh IMM dan apa yang
harus di bangun agar tetap terjaganya ghirah kader IMM sebagai bagian dari
perjuangan yang cita-citakan Muhammadiyah.
Selain itu, penulis pun mengharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun sebagai proses perbaikan. Baik dari segi isi (gagasan) maupun
mekanisme tulisan, demi terwujudnya perbaikan-perbaikan yang signifikan di
masa mendatang.
Wallahu’alam Bishawab.
DAFTAR PUSTAKA

Ainul Yaqin, Ahsan. 2017. Kader Muda Ikatan Bertabligh Membumikan Nilai dengan
Dakwah Mimbar. Yogyakarta: Semesta Ilmu.

Ali Shodiqin, Mochammad. 2013. Muhammadiyah itu NU Dokumen Fiqih yang Terlupakan.
Jakarta: Noura Books.

Anonim. Melalui Suara Muhammadiyah https://sangpencerah.id/2019/02/pwm-jateng-tegur-


deklarasi-dukung-jokowi/?fbclid=IwAR3OTJcfBi3AF1ZsOQeS-
HBIK0o3ogcjUSMYLW9zeTOAQ8WnZ0Tv3qeuXyc diakses pada Rabu, 6 Februari
2019 Pukul 19.44 WIB.

Arief S Edwi dan Wibowo Rudi. 2015. Representasi Politik Identitas dalam Kampanye
Online Calon Legislasi Partai Politik Peserta Pemilu 2014. Jurnal Ilmu Komunikasi.
Vol. 13, No. 01, hlm. 234-248.
Astari Retaduari E., Pratama F., Oktavia E M. 2018. Kontroversi Amien Rais Ancam Jewer
Haedar Nashir. DetikNews melalui https://news.detik.com/berita/4311434/kontroversi-
amien-rais-ancam-jewer-haedar-nasir diakses pada Rabu, 6 Februari 2019 Pukul 18.57
WIB.

Fachrudin., dkk. 2010. Akhlak Pemimpin Muhammadiyah. Yogyakarta: Suara


Muhammadiyah.

Haboddin, Muhtar. 2012. Menguatnya Politik Identitas di Ranah Lokal. Jurnal Ilmu
Pemerintahan. Vol. 05, No. 01, hlm. 116-133.

Hermawan Ttrinugraha, Yosafat. 2013. Politik Identitas Anak Muda Minoritas: Ekspresi
Identitas Anak Muda Tionghoa Melalui Dua Organisasi Aanak Muda Tionghoa di
Surakarta Pasca Orde Baru. Jurnal Studi Pemuda. Vol. 02, No. 02, hlm. 172-186.

Munir Mulkhan, Abdur. 2015. Boeah Fikiran Kijai H.A. Dachlan. Jakarta: Global Base
Review & STIEAD Press.

Nashir, Haedar. 2019. Halaman Facebook Haedar Nashir (Official). Melalui


https://www.facebook.com/HaedarNs/photos/a.273061606661089/328933897740526/?t
ype=3&theater diakses pada Rabu, 6 Februari 2019 Pukul 19.37 WIB.
Pegiat Laskar Penulis Ikatan. 2015. Gagasan Kum Muda Muhammadiyah Pandangan Kritis
Kader Ikatan. Yogyakarta: Laskar Penulis Ikatan.

Syafitrah, Adi. 2019. Salah Alasan Din Syamsudin Mundur dari Utusan Khusus Presiden.
https://turnbackhoax.id/2019/02/05/salah-alasan-din-syamsuddin-mundur-dari-utusan-
khusus-presiden/ diakses pada Rabu, 6 Februari 2019 Pukul 19.07 WIB.

Syahputra, Hikmawan. 2014. Peran Politik Muhammadiyah Tahun 2010-2014. Jurnal Ilmu
Pemerintahan. Vol 01, No. 01, hlm. 1-30.

Anda mungkin juga menyukai