BERHUBUNGAN
DENGAN
PERSALINAN
DAN BBL
2B
DOSEN : IIN PRIMA FITRIAH ,S.Si.T,M.Keb
JENIS PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERSALINAN DAN BBL
01 02 ….
…. 03 04
Penyakit Penyakit imunologi /
__
kardiovaskuler alergi
● Gejala Pada ibu hamil dan bayi baru lahir Pada ibu hamil, toksoplasmosis dapat
menyebabkan janin di dalam kandungan mengalami gangguan pertumbuhan. Selain itu,
tidak menutup kemungkinan keguguran atau kematian janin bisa terjadi. Sedangkan,
pada bayi baru lahir, toksoplasmosis dapat menimbulkan beberapa gejala berikut:
Kejang , Pembesaran organ hati atau limpa , Penyakit kuning pada bayi , Ruam kulit ,
Kepala tampak lebih kecil (mikrosefalus)
● Untuk mendiagnosis toksoplasmosis, dokter akan melakukan tanya jawab mengenai
gejala yang dialami dan riwayat kesehatan pasien, serta kemungkinan terpapar T.gondii.
pada ibu hamil, dokter akan melakukan pemeriksaan berupa:
Amniosentesis, untuk mengetahui penularan infeksi toksoplasmosis pada janin dengan
memeriksa sampel air ketuban pada usia kehamilan di atas 15 minggu
USG kehamilan, untuk menilai pertumbuhan dan mendeteksi kelainan pada janin . Jika
hasil USG kehamilan menunjukkan gangguan pertumbuhan atau tanda-tanda kelainan
pada janin, dokter akan menyarankan pasien menjalani pemeriksaan rutin untuk mencegah
terjadinya perburukan.
Setelah bayi lahir, dokter akan melakukan pemeriksaan untuk melihat kemungkinan komplikasi
toksoplasmosis pada bayi. Jika komplikasi tidak terlihat, dokter akan menyarankan ibu
memeriksakan bayi secara berkala hingga anak berusia remaja.
A. TOXOPLASMOSIS PADA KEHAMILA
● Pada pasien yang sedang hamil, pengobatan akan dilakukan berdasarkan waktu
terjadinya infeksi dan pengaruh infeksi terhadap janin. Pengobatan harus disertai
anjuran dan pengawasan ketat oleh dokter, karena beberapa obat toksoplasmosis bisa
menyebabkan cacat janin.
● Salah satu obat yang dapat diresepkan oleh dokter adalah spiramycin. Obat ini diberikan
bila infeksi terjadi sebelum usia kehamilan 16 minggu. Apabila infeksi terjadi di atas
usia kehamilan 16 minggu dan janin tertular toksoplasmosis, dokter akan
mempertimbangkan kombinasi pyrimethamine, sulfadiazine, dan leucovorin.
● Pada bayi baru lahir, dokter akan meresepkan pyrimethamine, sulfadiazine, dan
leucovorin, sampai bayi berusia 1 tahun. Selama pengobatan, dokter akan terus
memantau kondisi kesehatan bayi.
● Pada pasien wanita yang terinfeksi sebelum hamil, dokter akan menganjurkan untuk
menunda kehamilan, sampai 6 bulan setelah infeksi.
B. MALARIA
● Malaria disebabkan oleh parasit Plasmodium yang disebarkan oleh
gigitan nyamuk Anopheles betina. Setelah gigitan nyamuk tersebut,
parasit masuk ke dalam tubuh dan menempati organ hati, di mana
parasit dapat tumbuh dan berkembang biak. Saat parasit tersebut
tumbuh dan menjadi dewasa, parasit pergi dari organ hati dan
merusak sel darah merah. Kerusakan pada sel darah merah inilah
yang menimbulkan gejala anemia pada penderita. Gejala malaria
juga umumnya dapat menjadi parah dan bisa menimbulkan
komplikasi bila terjadi pada:
• Balita
• Lansia
• Ibu hamil dan janin yang dikandungnya
B. MALARIA
● Malaria pada ibu hamil Saat terinfeksi malaria, ibu hamil akan
mengalami gejala khas seperti demam, menggigil, sakit kepala,
mual, muntah, nyeri otot, pegal-pegal, dan nyeri punggung. Gejala-
gejala tersebut terutama terjadi pada malaria tanpa komplikasi.
Pasien yang terinfeksi malaria berat umumnya akan mengalami
demam yang sangat tinggi, tubuh kuning, mimisan, gusi berdarah,
buang air besar bercampur darah, kejang, hingga kehilangan
kesadaran. Malaria juga dapat menimbulkan sejumlah komplikasi
atau penyulit bila terjadi pada ibu hamil. Mau tidak mau, janin
dalam kandungan ibu pun akan ikut kena imbas infeksi tersebut.
Bayi mungkin tidak akan serta-merta terinfeksi malaria, tetapi ia
akan berisiko mengalami berbagai dampak buruk seperti:
B. MALARIA
● Malaria pada ibu hamil Saat terinfeksi malaria, ibu hamil akan mengalami
gejala khas seperti demam, menggigil, sakit kepala, mual, muntah, nyeri otot,
pegal-pegal, dan nyeri punggung. Gejala-gejala tersebut terutama terjadi pada
malaria tanpa komplikasi. Pasien yang terinfeksi malaria berat umumnya akan
mengalami demam yang sangat tinggi, tubuh kuning, mimisan, gusi berdarah,
buang air besar bercampur darah, kejang, hingga kehilangan kesadaran. Malaria
juga dapat menimbulkan sejumlah komplikasi atau penyulit bila terjadi pada
ibu hamil. Mau tidak mau, janin dalam kandungan ibu pun akan ikut kena
imbas infeksi tersebut.
● Bayi mungkin tidak akan serta-merta terinfeksi malaria, tetapi ia akan berisiko
mengalami berbagai dampak buruk seperti: BBLR ,KELAHIRAN
PREMATUR , GANGGUAN PERTUMBUHAN JANIN ,
C. ASCARIASIS
Diabetes gestasional adalah diabetes yang muncul pada masa kehamilan, dan hanya berlangsung hingga
proses melahirkan. Kondisi ini dapat terjadi di usia kehamilan berapa pun, namun lazimnya berlangsung di
minggu ke-24 sampai ke-28 kehamilan. Sama dengan diabetes yang biasa, diabetes gestasional terjadi
ketika tubuh tidak memproduksi cukup insulin untuk mengontrol kadar glukosa (gula) dalam darah pada
masa kehamilan. Kondisi tersebut dapat membahayakan ibu dan anak, namun dapat ditekan bila ditangani
dengan cepat dan tepat.
Gejala diabetes saat kehamilan muncul ketika kadar gula darah melonjak tinggi (hiperglikemia). Di
antaranya:
• Sering merasa haus
• Frekuensi buang air kecil meningkat
• Mulut kering
• Tubuh mudah lelah
• Penglihatan buram
2. PENYAKIT SISTEMIK
Faktor Risiko Diabetes Gestasional
Semua ibu hamil berisiko mengalami diabetes gestasional, akan tetapi lebih berisiko terjadi pada ibu hamil
dengan faktor-faktor berikut ini:
• Memiliki berat badan berlebih.
• Memiliki riwayat tekanan darah tinggi (hipertensi).
• Pernah mengalami diabetes gestasional pada kehamilan sebelumnya.
• Pernah mengalami keguguran.
• Pernah melahirkan anak dengan berat badan 4,5 kg atau lebih.
• Memiliki riwayat diabetes dalam keluarga.
• Mengalami PCOS (polycystic ovary syndrome) atau akantosis nigrikans.
3. PENYAKIT KARDIOVASKULER
1. Bagi ibu hamil dengan penyakit jantung, beberapa penyakit seperti anemia, infeksi saluran
pernafasan, infeksi saluran kencing yang berakibat kegagalan fungsi ginjal dan kenaikan tekanan
darah sedapat mungkin dihindari. Hal ini bertujuan agar tidak memperberat kondisi kehamilan
dengan penyakit jantung dan menghindari komplikasi yang kemungkinan terjadi.
2. Pada kehamilan dengan jantung normal, wanita hamil dapat melakukan toleransi terhadap
perubahan–perubahan fisiologis tersebut. Namun pada wanita dengan penyakit jantung, perubahan
ini justru menimbulkan risko untuk dirinya dan janinnya. Selama kehamilan, akan terjadi peningkatan
volume darah ibu sebesar 30-50% yang dimulai sejak trimester pertama, dan mencapai puncaknya
pada kehamilan minggu ke-24. Peningkatan volume ini akan menyebabkan jantung bekerja “lebih
keras” untuk memompakan darah lebih banyak darah. Denyut jantung juga akan meningkat 10-15
denyutan diatas nilai sebelum kehamilan. Dan dalam kondisi normal, tekanan darah akan sedikit
menurun pada trimester pertama dan kedua kehamilan dan biasanya kembali mencapai nilai awal
pada trimester ke-3. Perubahan-perubahan ini yang kadang membuat calon ibu normal tanpa ada
kelainan jantungpun kadang menjadi merasa mudah lelah dan berdebar-debar. Dengan
terjadinya perubahan-perugbahan diatas, kehamilan dapat menjadi sebuah “stressor” bagi jantung
dan membuat keluhan jantung menjadi lebih berat dan memburuk.
3. PENYAKIT KARDIOVASKULER
Akibat penyakit jantung dalam kehamilan, terjadi peningkatan denyut jantung
pada ibu hamil dan semakin lama jantung akan mengalami kelelahan. Akhirnya
pengiriman oksigen dan zat makanan dari ibu ke janin melalui ari – ari menjadi
terganggu dan jumlah oksigen yang diterima janin semakin lama akan
berkurang. Janin mengalami gangguan pertumbuhan serta kekurangan
oksigen. Sebagai akibat lanjut ibu hamil berpotensi mengalami keguguran dan
kelahiran prematur ( kelahiran sebelum cukup bulan ). Terutama bila selama
kehamilannya sang ibu tidak mendapat penanganan pemeriksaan kehamilan dan
pengobatan dengan tepat.
4. PENYAKIT IMUNOLOGI / ALERGI
1. ASMA adalah penyakit kronis yang paling umum terjadi selama kehamilan. Bahkan
bisa dialami oleh wanita yang sebelumnya tidak memiliki riwayat asma sekalipun.
Selama kehamilan, asma tidak hanya bisa membahayakan kesehatan sang ibu, namun
juga janin. Gangguan ini jelas dapat mengganggu suplai oksigen yang dibutuhkan oleh
janin. Pada akhirnya, kondisi tersebut dapat memengaruhi perkembangannya di dalam
kandungan. Asma pada ibu hamil biasanya dapat membaik dan memburuk.
Dalam sebuah penelitian disebutkan bahwa gejala asma biasanya akan
memburuk saat trimester kedua dan ketiga. Gejala asma yang terburuk akan
muncul ketika usia kehamilan 24 dan 36 minggu. Namun, setelahnya gejala
akan mereda. Bahkan hingga 90 persen wanita hamil tidak memiliki gejala
asma saat memasuki proses persalinan
4. PENYAKIT IMUNOLOGI / ALERGI
a. Asma pada ibu hamil bisa menyebabkan beberapa kondisi yang berbahaya, seperti:
HIPERTENSI pada masa kehmilan dan PREEKLAMPSIA , Hiperemesis Gravidarum
, Perdarahan dari Vagina , Persalinan Prematur
b. Selain membahayakan ibu hamil, serangan asma saat kehamilan juga berdampak bagi
janin. Berikut ini beberapa bahaya yang mungkin saja terjadi: Kematian Janin dalam
Kandungan , Kelainan Bawaan pada Bayi , Bayi Berat Badan Lahir Rendah,
Intrauterine Growth Restriction (IUGR) = Perkembangan janin yang terhambat di
dalam kandungan bisa disebabkan oleh banyak hal, seperti kehamilan kembar, anemia,
preeklampsia, hipertensi dalam kehamilan, dan asma.Semakin sering terjadi serangan
asma, maka bisa mengalami kekurangan oksigen sehingga menyebabkan gangguan
pertumbuhan janin. , Kematian Bayi Baru Lahir
4. PENYAKIT IMUNOLOGI / ALERGI
2. HIV / AIDS
Seorang ibu hamil yang dinyatakan positif HIV/AIDS dapat menularkan virus tersebut pada bayinya selama kehamilan, persalinan, atau
menyusui. HIV/AIDS paling mudah ditularkan melalui darah. Sementara itu, janin dalam kandungan ibunya mendapatkan asupan makanan dari
darah melalui tali plasenta.
Bayi atau janin dalam kandungan makan lewat tali plasenta. Peristiwa ini menjadi tempat darah bertukar, karena virus HIV/AIDS ada di dalam
darah. Itulah proses penularan HIV/AID dari ibu ke janin. Maka itu, ibu hamil yang terdeteksi positif HIV wajib meminum obat antiretroviral
(ARV). Cara ini sangat efektif untuk menekan jumlah virus dalam darah, sehingga mengurangi risiko penularan.
1. Pada dasarnya, risiko penularan HIV/AIDS dari ibu hamil yang positif kemungkinannya sekitar 2-10 persen.
Penularan dapat terjadi sejak masa awal kehamilan, persalinan, hingga menyusui. Kebanyakan anak di bawah usia 10
tahun yang tertular HIV dari ibunya, terjadi sejak dalam kandungan. Penularan dalam kandungan terjadi melalui tali
plasenta, saat terjadi pertukaran asupan makanan untuk janin.
2. Selain dapat menular sejak dalam kandungan, biasanya seorang anak dapat mengalami HIV saat peristiwa persalinan
3. penularan HIV juga dapat terjadi selama ibu menyusui bayi. Proses penularan melalui air susu ibu (ASI) bahkan
dapat meningkat hingga dua kali lipat.
TE
RI
MA
KASIH
Here is where your presentation begins