Minggu II Penyembahan bukan hanya berbicara tentang lagu, musik, nada, dan hal-hal yang berkaitan dengan itu. Penyembahan berbicara lebih luas tentang seluruh hidup ibadah kita.
Dari ayat-ayat ini kita belajar
bahwa penyembahan sejati terwujud dengan: 1 MENJADI PELAKU FIRMAN Yak. 1:22
Jika kita hanya menjadi
pendengar Firman saja, maka kita diibaratkan seperti orang yang membangun rumah di atas pasir (Mat 7:26-27). • Dalam Yakobus 1:22 ini, orang yang tidak melakukan Firman disebut sebagai ‘menipu dirinya sendiri’. Menyimpan teori memang relatif lebih mudah ketimbang melakukannya. • Kita bisa melakukan Firman Tuhan dengan memikirkan perubahan apa yang harus terjadi dalam pikiran, sikap dan tindakan kita setelah merenungkan Firman Tuhan. 2 MENGEKANG LIDAH Yak. 1:26
Penyembahan atau ibadah
kepada Allah yang sejati ternyata juga ditentukan oleh kemampuan kita mengekang lidah. Mengekang lidah berarti menjaganya dari perkataan yang menipu, berkata-kata kasar, perkataan yang menjatuhkan, kutuk, dan hal-hal buruk lain yang diakibatkan mulut kita.
Amsal mengingatkan bahwa hidup
dan mati, bahkan, dikuasai oleh lidah (Ams 18:21). Hal ini mengingatkan betapa seriusnya kita harus menjaga perkataan kita. 3 MEMBANTU MEREKA YANG LEMAH Yak. 1:27
Ibadah atau penyembahan yang murni
terbukti dari tindakan benar yang menyertainya. Jadi ibadah bukan aktifitas di dalam gedung semata, tetapi berlanjut juga dengan apa yang dikerjakan setelahnya. Tindakan lanjutannya adalah ‘mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka’. Yatim piatu dan janda adalah simbol mereka yang lemah dan butuh pertolongan.
Sikap kita terhadap kaum
yang lebih lemah akan menentukan kemurnian penyembahan kita kepada Tuhan.