Anda di halaman 1dari 3

Bahan Sermon Resort Khusus Alam Barajo

Minggu Kantate, 7 Mei 2023


Ev.Yakobus 1:19-27 Ep. Psalmen 28:1-9 (8-9)
“DENGAR DAN LAKUKAN”

I. Pendahuluan
Mendengarkan Firman Tuhan bukanlah masalah bagi kebanyakan orang; akan tetapi menerapkannya
dalam hidup adalah permasalahannya. Setiap orang percaya dihadapkan pada tantangan yang tidak mudah
karena dituntut untuk membuktikan firman Tuhan dalam kehidupan nyata, artinya bukan hanya sekedar fasih
mengucapkan firman Tuhan. Yesus menuntun umatNya untuk menjadi pelaku Firman dan tidak hanya sebagai
pendengar saja. Yak. 2:17 mengatakan, “Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu hakekatnya
adalah mati”, jadi iman itu “…bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman
menjadi sempurna”(Yak. 2:22). Hal ini berkaitan dengan Topik minggu Kantate, yang dimana agar setiap
orang hendaklah menjadi pendengar dan pelaku firman Tuhan.
II. Pembahasan/ Penjelasan Nats Khotbah
 Cepat mendengar, lambat berkata-kata dan lambat untuk marah (19-20)
Dengan tegas, Rasul Yakobus menasihati orang-orang dari dua belas suku di perantauan, supaya mereka
mengingat nasihatnya, bahwa setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar.1 saya teringat, akan seorang filsuf
dari Yunani, Zeno dari Elea “Alam memberi kita satu lidah, akan tetapi memberi kita dua telinga, supaya kita
mendengar dua kali lebih banyak daripada berbicara” mengapa demikian? Sebab banyak orang yang
berkomentar tanpa mendengar dan memahami sesuatu, ketika kita cepat untuk mendengar, bersabar dan
memahami apa yang didengar maka secara otomatis kita akan bertindak lebih efektif, baik itu melalui perkataan
dan tindakan. “Orang yang mendengar dengan baik akan menghasilkan mulut yang bijaksana”.
Selanjutnya, Yakobus mengingatkan kepada kita supaya lambat untuk marah karena:
1. Amarah tidak mengerjakan kebenaran dihadapan Allah ( ay. 20). 2. Amarah patut dibuang karena kotor dan
terhitung sebagai kejahatan (1 Ptr. 3:9-11). 3. Setiap orang yang marah terhadap saudaranya akan dihukum
(Mat. 5:22).2 Semua amarah adalah kekerasan, bagian emosi yang paling halus adalah kasih, dan bagian yang
kasar adalah amarah. Amarah dapat mempengaruhi jiwa seseorang, ia akan kehilangan damai, sukacita dan
kelemahlembutan. Untuk dapat menanggulangi amarah, maka perlu untuk menanggulangi jiwa (ego) dengan
mendengarkan firman Tuhan yang tertanam dengan lembut.
 Buanglah yang kotor dan jahat dan terimalah FirmanNya dengan lemah lembut (21)
Terlihat disini, bahwa Yakobus menyamakan firman Allah dengan suatu tanaman hidup yang
ditanamkan ke dalam diri kita. Setelah firman tertanam ke dalam tanah hati kita, firman ini akan bertumbuh dan
mempunyai kekuatan untuk meyelamatkan jiwa. kata lemah-lembut berarti bersikap tunduk, tanpa menentang.
Menerima firman dengan lemah-lembut berarti tidak menolaknya. Jika kita menerima firman yang tertanam itu
dengan lemah-lembut, dengan patuh, berarti dengan mutlak kita terbuka terhadap firman Allah. kita laksana
tanah yang bersedia menerima benih dari petani dan hujan dari langit.
 Menjadi Pelaku Firman (22-24)
Iman timbul melalui pendengaran akan firman (Rom. 10:17) lantas, Mengapa begitu penting
menjadi pendengar sekaligus pelaku firman? Rasul Yakobus mengajukan sebuah perumpamaan
tentang seseorang yang sedang bercermin. Hal pertama yang kita suka lakukan setiap pagi di saat
bangun tidur, atau sebelum melangkah keluar dari rumah, adalah bercermin. Mengapa bercermin
dulu? Tentu, berharap dengan cermin, bisa melihat apakah penampilan kita masih perlu dirapikan
serta membantu kita menjaga penampilan tetap baik. Coba pikirkan akibat buruk yang akan timbul
jika di dunia ini tidak ada benda (seperti air, cermin, kaca atau logam) yang bisa memantulkan

1
Yakobus adalah seorang yang mati syahid, pada abad 62 M, dijatuhkan dari bait Allah, Dilempari batu dan dihujani pentungan.
(menurut sumber-sumber diluar Alkitab)
2
Arus Hayat, Yakobus 1 diterbitkan oleh, Yasperin, nn.
bayangan kita? Yang akan kita lihat setiap hari adalah kejorokan dan keburukan orang lain. Yang
lebih parah lagi adalah kita juga tidak dapat melihat kejorokan dan keburukan kita sendiri. Tanpa
cermin, kita tidak akan bisa menjaga penampilan. Demikianlah, rasul Yakobus ingin memberitahu
kita bahwa Firman Allah itu seperti cermin yang dapat dipakai untuk membantu kita menjaga
kebersihan batin.
 Mengekang Lidah dan Beribadah dengan setulus hati (26-27)
Pada ayat ini Yakobus ingin menyampaikan kepada kita untuk menguasai lidah, karena menurut
pandangan Yakobus bahwa lidah itu sama merusaknya seperti api serta beracun dan lidah juga dianggap dapat
mendatangkan berkat dan kutuk, memisahkan yang menjadi satu dan menyatukan yang terpisah. Melalui nats
ini, setiap orang Kristen ditekankan tidak hanya pandai bicara, namun dibalik pembicaraannya harus dinyatakan
dengan pelaksanaan yang disampaikan oleh lidahnya dan tidak mengucapkan kata-kata yang jahat terhadap
orang lain (Yak. 11-12).3 Diperingatkan untuk tidak bersumpah, tetapi diperintahkan untuk menjaga perkataan
dengan benar dan tidak berubah-ubah, mengatakan “Ya” kalau itu bermaksud ya, dan “Tidak” jika tidak
bermaksud tidak. (Yak. 5:12).4 Lidah juga mengungkapkan siapa diri kita dan apa yang ada pada pikiran kita. 5
Karena lidah orang benar akan melahirkan kedamaian, bagi dirinya sendiri dan juga orang lain.6
Dari apa yang disampaikan Yakobus (ay. 26-27), diingatkan juga bahwa iman yang benar, terlahir dari
ibadah yang benar, hal itu tampak dari kepedulian terhadap penderitaan manusia disekelilingnya. 7 Apa gunanya
bertekun dalam ibadah, jika lupa akan kesusahan orang lain? apakah itu bukan sebuah basa-basi?
karena Kristus sendiri juga mengatakan bahwa iman yang benar kepada Allah terwujud dari perhatian dan
kepedulian terhadap orang-orang yang tersisih dan membutuhkan pertolongan (bnd. Mat. 25:45).8
III. Refleksi

Sudah seberapa sering kita mendengarkan firman Allah?, dan sudah berapa sering kita melakukannya ?
tentu yang menjadi pesan firman Tuhan ini adalah agar kita semua menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar
saja (ayat 22). Mendengarkan firman Tuhan lalu melakukannya berarti harus ada wujud yang kelihatan. Harus ada
perubahan dari sebelumnya yang belum pernah mendengar dan setelah mendengar, dari sebelumnya tidak tahu menjadi
tahu setelah mendengar. Harus ada perubahan dalam perbuatan dan perilakunyasendiri. Di setiap ibadah Gereja kita
sesudah pembacaan Epistel akan selalu dikatakan: “Berbahagialah orang yang mendengarkan firman Tuhan, dan yang
dengan setia melakukannya / Martua ma halak naum bege jala naumpeop hatani Debata.” Dari sana, disampaikan kalau
orang akan berbahagia apabila selaras dalam mengendarkan firman dan melakukannya. Ungkapan itu bukan sekedar
rutinitas yang diucapkan Liturgis/Paragenda, namun hendak menyampaikan pesan kepada semua jemaat bahwa hidup
akan berbahagia bila mendengar dan melakukan firman Allah.
Di perayaan ulang tahun Gereja kita HKI yang ke-96 tahun minggu ini pun kita diingatkan kembali akan
semangat pendirian HKI oleh Soeltan Maloe (Frederik Panggabean) dan kesadarannya untuk melakukan firman Tuhan.
Ketika dia dipanggil menghadap pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1927 yang silam di Pematang Siantar, dia
ditanyai apa motivasimu untuk mendirikan Gereja HChB dan memisahkan diri dari Gereja Batak yang sudah ada? Maka
jawabnya adalah dengan mengutip Yakobus 1:22 ini: “Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya
pendengar saja.” Mengapa begitu gigihnya Soeltan Maloe untuk mendirikan HKI adalah agar pendengar dan pelaku-
pelaku firman yakni orang Batak kian bertambah banyak. Keberdirian HKI adalah respon atas keadaanGereja Batak yang
kala itu telah terkontaminasi/dipengaruhi kepentingan politik yakni bangsa penjajah. Orang Batak dibatasi menjadi
seorang pemberita firman, yakni pendeta; sebab kala itu pendeta Gereja Batak hanya terdiri dari orang-orang Jerman,
sedangkan Orang Batak hanya sebatas menjadi pendeta pembantu. Gambaran jelasnya adalah apabila para pendeta sedang
berkumpul dan duduk bersama, pendeta Jerman akan duduk di atas sopa, sedangkan pendeta Batak hanya bisa duduk di
bawah di atas lantai saja. Dalam hal pengelolaan keuangan, orang Batak tidak diizinkan mencampuri urusan keuangan
Gereja. Terlihat dari perkataan J. Warneck, Ephorus Gereja Batak kala itu kepada Soeltan Maloe saat Soeltan Maloe
mengkritisi keadaan Gereja Batak kala itu: “Ndang jadi sipangantoi halakna so sibontar mata di parhepengon ni huria
3
Howard A. Hatton, A handbook On The Letter From James, Jakarta: LAI, 2009),
4
I Jin Loh, Pedoman Penafsiran Alkitab, (Jakarta: LAI,), 3.
5
Ray C. Stedman, Menjelajahi Perjanjian Baru, (Jakarta: Harapan Dunia, 2003), 309.
6
Ibid,. 5.
7
Bambang Subandrijo, Mencari Kehendak-Nya, (Yogyakarta: Andi, 2005), 8.
8
Dilihat dari latar belakang masalah, injil Yakobus ini juga melihat keadaan orang-orang miskin pada saat itu, dan injil Yakobus ini
oleh sebagian orang menjadi favorit para teologi pembebasan.
RMG / Selain orang Jerman, tidak diperkenankan mencapuri keuangan Gereja.” Maka dari sana penting sekali melalui
keberdirian HChB / HKI untuk mengangkat derajat orang Batak dalam pekerjaan Gereja dan untuk menyuarakan firman
di tanah Batak agar dilakukan sebagai kehidupan. Amin

Anda mungkin juga menyukai