Anda di halaman 1dari 9

Sultan

Ageng
Perlawanan
Banten
Kelompok 7
ANGGOT
A

ARDI 01 BELLA HERRY


02 13
ANGGOT
A

KAISAR MEIRISK LAKEISH


19 A 23 A 30
SULTAN
AGENG
Sultan Ageng Tirtayasa, beliau adalah pahlawan yang berasal dari provinsi Banten. Lahir pada tahun 1631.
Beliau putra dari Sultan Abdul Ma’ali Ahmad dan Ratu Martakusauma yang menjadi Sultan Banten

TIRTAYASA
periode 1640 - 1650.

Perjuangan beliau salah satunya adalah menentang Belanda karena VOC menerapkan perjanjian monopoli
perdagangan yang merugikan kesultanan dan rakyat Banten.

Dimasa mudanya beliau diberi gelar Pangeran Surya. Peran Sultan Ageng dalam perkembangan Islam di
Banten sangat berpengaruh. Dia menginginkan Banten mempunyai kerajaan Islam.

Langkah yang beliau tempuh pertama dalam sektor ekonomi. Kesejahteraan rakyat ditingkatkan melalui
pencetakan sawah-sawah baru serta irigasi yang sekaligus berfungsi sebagai sarana perhubungan.

Sultan Ageng tidak hanya mendobrak perekonomian rakyat menjadi lebih baik tetapi juga berperan besar
di bidang keagamaan. Dia mengangkat Syekh Yusuf, seorang ulama asal Makassar, menjadi mufti kerajaan
yang bertugas menyelesaikan urusan keagamaan dan penasehat sultan dalam bidang pemerintahan.
SULTAN
AGENG
Dia juga menggalakkan pendidikan agama, baik di lingkungan kesultanan maupun di masyarakat melalui pondok pesantren.

TIRTAYASA
Ketika menjadi raja Banten, Sultan Ageng Tirtayasa dikenal cerdas dan menghargai pendidikan. Perkembangan pendidikan agama Islam maju dengan pesat.

Nilai-nilai yang dimunculkan dari Sultan Ageng Tirtayasa. Sebagai seorang pemimpin, ia adalah pemimpin yang sangat amanah dan memiliki visi ke depan membangun
bangsanya.

Sultan Ageng Tirtayasa adalah seorang pemimpin yang sangat visioner, ahli perencanaan wilayah dan tata kelola air, egaliter dan terbuka serta berwawasan internasional.

Kesultanan Banten aktif membina hubungan baik dan kerjasama dengan berbagai pihak di sekitarnya atau di tempat yang jauh sekalipun.

Sekitar tahun 1677 Banten mengadakan kerjasama dengan Trunojoyo yang sedang memberontak terhadap Mataram. Tidak hanya itu, Banten juga menjalin hubungan baik
dengan Makasar, Bangka, Cirebon dan Indrapur.

Karakter Sultan Ageng Tirtayasa mewakili karakter kepemimpinan dan intelektual. Bagi dia, kepentingan rakyat adalah segala-galanya. Ketegasan pemimpin juga tidak kalah
penting.

Pada tahun 1683, Sultan Ageng tertangkap dan dipenjarakan di Jakarta. Ia meninggal dunia dalam penjara. Ia dimakamkan di komplek pemakaman raja-raja Banten di sebelah
utara Masjid Agung Banten. Atas jasa-jasanya pada negara, Sultan Ageng Tirtayasa diberi gelar Pahlawan Nasional.

Riset dan analisis oleh Vizcardine Audinovic


Belanda kali pertama datang ke Indonesia pada 1596, di bawah pimpinan
Cornelis de Houtman, tepatnya di Banten, Jawa Barat. Namun, kala itu,
Belanda langsung diusir oleh penduduk pesisir Banten karena mereka
dianggap kasar dan sombong. Ketidaksukaan rakyat Banten terhadap
Belanda berlanjut hingga 1656. Kala itu, Banten dipimpin oleh Sultan
Ageng Tirtayasa. Pada 1656, rakyat Banten melakukan perlawanan
terhadap Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) atau Kongsi Dagang
Hindia Belanda.
PERLAWAN
AN BANTEN
TERHADAP
Pada masa kolonial, Banten merupakan salah satu kesultanan yang sangat

VOC
maju sehingga banyak menarik pedagang untuk singgah di sana, salah
satunya Belanda. Di bawah kepemimpinan Sultan Ageng Tirtayasa sekitar
tahun 1650-an, Banten mulai mengalami perkembangan pesat dan menjadi
daerah yang populer. Kondisi ini kemudian membuat VOC tertarik untuk
memonopoli perdagangan di kawasan pesisir Jawa, termasuk Banten.
Untuk bisa mengambil alih wilayah Banten, VOC melakukan Devide et
Impera atau Politik Adu Domba. VOC menghasut putra mahkota Sultan
Haji untuk merebut kekuasaan sang ayah, Sultan Ageng Tirtayasa. Kala itu,
Sultan Haji sedang tidak akur dengan sang ayah.
Terjadilah perjanjian antara VOC dengan Sultan Haji untuk menyingkirkan
Sultan Ageng Tirtayasa dari Kesultanan Banten. Sementara itu, Sultan Ageng
Tirtayasa sejak lama memang sudah menentang politik pemerintah Hindia
Belanda.Hal ini disebabkan tindakan monopoli perdagangan yang dilakukan
VOC. Oleh sebab itu, Sultan Ageng Tirtayasa memutuskan untuk melakukan
perlawanan terhadap VOC.Sebanyak dua kapal Belanda dirusak oleh Banten,
kebun-kebun tebu di daerah Angke-Tangerang milik Belanda juga dirusak,
sehingga VOC terpaksa menutup kantor dagangnya.

Pada 1681, Istana Surosowan berhasil direbut oleh Sultan Haji dan VOC,
sedangkan Sultan Ageng Tirtayasa berpindah ke daerah Tirtayasa untuk
mendirikan keraton baru. Sultan Ageng Tirtayasa segera mengumpulkan bekal
dan kekuatan untuk kembali merebut Istana Surosowan. Satu tahun berselang,
pasukan Sultan Ageng berhasil mendesak pasukan Sultan Haji pada 1682.
Sultan Haji yang mulai kewalahan berusaha meminta bantuan kepada
VOC.Bersama dengan VOC, Sultan Haji mampu meredam perlawanan dan
memukul mundur pasukan Sultan Ageng sampai ke Bogor.
Pada akhirnya, Sultan Ageng Tirtayasa berhasil ditangkap oleh VOC pada 1683. Ia pun langsung dibawa ke Batavia dan dijadikan sebagai tahanan.
Setelah Sultan Ageng Tirtayasa digulingkan, Sultan Haji naik menjadi Raja Banten. Dengan tertangkapnya Sultan Ageng Tirtayasa, perlawanan
rakyat Banten terhadap VOC pun usai.VOC dinyatakan berhasil menaklukkan Banten serta memonopoli perdagangan di kawasan pesisir Jawa.

Anda mungkin juga menyukai