Anda di halaman 1dari 17

BIOGRAFI SULTAN AGENG TIRTAYASA DAN SYEKH

NAWAWI AL-BANTANI

SITI FATIMAH ZAHRA (AGROEKOTEKNOLOGI)

KELOMPOK KABUPATEN GRESIK

1. Sultan Ageng Tirtayasa


 Biografi Singkat Sultan Ageng Tirtayasa

Sultan Ageng Tirtayasa adalah putra dari Sultan Abu Al-Ma’ali Ahmad
yang berkuasa pada tahun 1640 M – 1650 M dan cucu dari Sultan Abdul
Mufahir Mahmud Abdul Kadir yang berkuasa pada tahun 1605 M – 1640 M.

Ketika masih muda, dia digelari sebagai Pangeran Surya. Dan setelah ayah
dan kakeknya wafat, dia diangkat menjadi Sultan yang bergelar Sultan Abdul
Fathi Abdul Fattah.

Sultan Ageng Tirtayasa memiliki hobi seni budaya yang sangat kuat
hingga dapat memainkan wayang wong dan permainan sejenis dedewaan.
Selain itu, dia juga dikenal sebagai orang yang taat beragama.

Pada masanya, Pendidikan Agama Islam mengalami kemajuan yang pesat


dengan adanya madrasah dan lembaga Islam lainnya, hingga mampu
mendatangkan guru-guru dari Aceh, Arab, dan wilayah-wilayah lainnya.

Masa Sultan Ageng Tirtayasa dikenal sebagai masa-masa puncak


perlawanan pribumi dengan VOC Belanda. Terjadi banyaknya perlawanan
untuk membebaskan diri dari penjajahan Belanda.

Sultan Ageng Tirtayasa tetap bergerilya melawan VOC Belanda bersama


rakyat hingga titik darah penghabisan ketika Sultan Ageng Tirtayasa
ditangkap pada tahun 1683 oleh Belanda dan diasingkan hingga akhir
hayatnya.

Terdapat beberapa peristiwa yang terjadi semasa Sultan Ageng Tirtayasa


menjabat. Wilayah kekuasaannya menjadi salah satu yang disegani oleh para
kolonial Belanda namun juga menjadi sasaran wilayah yang ingin segera
mereka hancurkan. Berikut peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada masa
kepemimpinannya.

 Peristiwa Penting Masa Pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa

Sebagai Sultan yang dipercaya oleh rakyat, Sultan Ageng Tirtayasa


memiliki karakter yang tegas dan lebih cerdas dalam menjalankan roda
pemerintahan. Keinginannya untuk mengembalikan kejayaan Banten akhirnya
terwujud dengan memajukan perdagangan Banten dan memperluas daerah
kekuasaan.

Serta mengusir Belanda dari kota Batavia. Karena kebijakannya itu,


Banten akhirnya menjadi kota pelabuhan dagang yang sangat penting di
wilayah Selat Malaka dan peristiwa ini menjadi peristiwa penting
keberhasilan Sultan.

Selain itu, Sultan bercita-cita menjadikan Kerajaan Banten sebagai


Kerajaan Islam terbesar di Nusantara. Semua keberhasilan dan cita-citanya
tidak disukai oleh VOC dan kemudian VOC melakukan blokade.

Tetapi usaha Belanda tidak menuai hasil, bahkan Sultan Ageng Tirtayasa
mampu menjadikan Banten sebagai pelabuhan terbuka. Karena berulangkali
usaha blokade gagal, Belanda akhirnya melakukan strategi devide et impera
(adu domba) untuk meruntuhkan kekuasaan Sultan Ageng Titayasa.

Kejadian ini berlangsung ketika kedua anak Sultan Ageng Tirtayasa


beranjak dewasa yang bernama Sultan Haji dan Sultan Abdul Fathi. Belanda
bertujuan menghasut Sultan Haji bahwa kedudukan Sultan akan diserahkan
kepada Sultan Abdul Fathi, adiknya.

Akhirnya terjadilah perang saudara dimana pada tahun 1681 Sultan Haji
mengkudeta ayahnya sendiri, Sultan Ageng Tirtayasa. Selanjutnya Sultan
Ageng Tirtayasa menyusun strategi untuk mengepung Sultan Haji, dan
membuat Sultan Haji terdesak.

Karena semakin terdesak, Sultan Haji meminta bantuan Belanda dan


dilakukanlah penyerangan terhadap benteng Tirtayasa hingga menyebabkan
kerugian besar dari pihak Belanda. Perjuangan tetap terus dilakukan oleh
Sultan Ageng Tirtayasa hingga suatu saat dia terjebak dalam tipu muslihat
yang dibuat oleh Sultan Haji dan pihak Belanda.

Dia akhirnya ditangkap oleh Belanda dan dipenjara di Belanda hingga


akhir hayatnya. Perlawanan gerilyanya menjadi suatu peristiwa yang tak
terlupakan dalam sejarah.
Melihat peristiwa-peristiwa penting dalam sejarahnya, peran Sultan Ageng
Titayasa sangatlah besar dalam memajukan roda pemerintahannya. Peran-
peran yang dilakukan menjadi inspirasi bagi Sultan-sultan yang menjabat pada
masa-masa berikutnya.

 Peran Sultan Ageng Tirtayasa

Dari biografi Sultan Ageng Tirtayasa, kita bisa mengetahui peran penting
tokoh ini. Beliau memiliki peran yang sangat besar dalam masa
pemerintahannya. Peran-perannya terlihat dalam bidang agama, politik,
ekonomi, budaya, dan militer sebagai berikut :

1. Bidang Agama
Sultan Ageng Tirtayasa menaruh perhatian yang besar dalam
perkembangan pendidikan Islam yang ada di Kota Banten. Untuk memperkuat
mental prajurit-prajurit Banten, dikirimkanlah guru-guru dari wilayah Arab,
Aceh, dan lain-lainnya. Seorang ulama besar yang dijadikan mufti agung
bernama Syekh Yusuf Tajul Khalwati dari Makassar dan merupakan guru
besar Sultan.

2. Bidang Politik
Kesultanan Banten menjalankan politik bebas aktif, dimana membuka
peluang bagi semua kalangan yang hendak bekerjasama dengannya. Namun
siapapun kalangan yang mengganggu kedaulatan Kerajaan Banten dianggap
tidak bersahabat. Kesultanan Banten memiliki hubungan kerjasama yang baik
dengan kerajaan-kerajaan di sekitarnya, salah satunya dengan Kerajaan
Trunojoyo yang hendak memberontak kepada Kerajaan Mataram.

Sultan Ageng Tirtayasa juga memperluas pengaruh kekuasaannya hingga


sampai ke daerah Priangan, Cirebon, dan daerah-daerah sekitar Batavia.
Tujuannya adalah mencegah beberapa perluasan wilayah kerajaan lain seperti
Mataram, serta mencegah perluasan wilayah kekuasaan VOC yang dilakukan
dengan memonopoli perdagangan secara paksa di Banten.

3. Bidang Ekonomi
Dalam bidang ekonomi, Sultan Ageng Tirtayasa memajukan sistem
pertanian yang unggul dengan irigasi. Para penduduk pun relatif sejahtera
dengan kebutuhan-kebutuhan pokok maupun sekunder yang terpenuhi. Selain
itu, Banten juga ramai dikunjungi oleh pedagang-pedagang baik dalam negeri
maupun luar negeri.

4. Bidang Budaya

Perkembangan budaya masyarakat Banten adalah dalam bidang


arsitektur dan bangunan. Sultan Ageng Tirtayasa melakukan transformasi
budaya yang besar dengan cara pembaharuan fasilitas fisik yang pada awalnya
terbuat dari bahan kayu atau bambu menjadi pembuatan berbasis beton.

Dalam penerapannya, Sultan tidak ragu-ragu memanggil arsitek asal


Cina yang bernama Cakradana untuk ditugaskan menjadi pemimpin proyek
dalam pembaharuan bangunan dan arsitekturnya.

5. Bidang Militer

Pasukan militer Sultan Ageng Tirtayasa sangatlah kuat hingga


disegani oleh militer-militer Belanda. Dalam usaha memblokade pengaruh
kekuasaan Sultan, militer Belanda tidak mau berlama-lama berurusan.

Apalagi di setiap penyerangan terhadap kekuasaan Kesultanan Banten,


militer Belanda menguras biaya yang sangat besar, sehingga perlu berpikir
berulangkali jika mau menyerang kedaulatan Banten.

Itulah sekilas biografi Sultan Ageng Tirtayasa dengan peristiwa-


peristiwa penting dalam setiap masa perjuangannya. Sultan Ageng Tirtayasa
dikenal sebagai pemimpin yang tegas, berani, dan memiliki pengaruh yang
besar bagi masyarakatnya maupun masyarakat di sekitar wilayah kerajaannya.
Karena keberaniannya, Sultan Ageng Tirtayasa menjadi seseorang yang
disegani oleh militer-militer Belanda.

Selain biografi Sultan Ageng Tirtayasa, peran-peran yang


dilakukannya selama menjadi Sultan sangatlah besar. Berbagai peran yang
dilakukan adalah dalam bidang Agama, Politik, Ekonomi, Budaya, dan
Militer. Peran-peran yang dilakukan patut kita teladani bersama dan
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Syekh Nawawi Al-Bantani
 Kelahiran
Abu Abdul Mu’thi Muhammad Nawawi bin ‘Umar bin Arabi al-Jawi al-
Bantani atau yang biasa disapa dengan panggilan Syekh Imam Nawawi al-
Bantani dilahirkan di Tanara, serang, Banten, pada tahun 1230 H/1813 M.
Ayah beliau, Syekh Umar al-Bantani merupakan sosok ulama yanga
masih punya hubungan nasab dengan Maulana Syarif Hidayatullah atau Sunan
Gunung Jati (Cirebon) hingga sampai kepada Rasulullah Saw.

Nasab, Syekh Nawawi al-Bantani diantaranya sebagai berikut :

1. Syekh Nawawi al-Bantani
2. Syekh Umar al-Bantani
3. Syekh Arabi al-Bantani
4. Syekh Ali al-Bantani
5. Syekh Jamad al-Bantani
6. Syekh Janta al-Bantani
7. Syekh Masbuqil al-Bantani
8. Syekh Maskun al-Bantani
9. Syekh Masnun al-Bantani
10. Syekh Maswi al-Bantani
11. Syekh Tajul Arsy al-Bantani (Pangeran Sunyararas)
12. Sultan Maulana Hasanuddin
13. Sultan Syarif Hidayatullah
14. Syarif Abdullah Umdatuddin Azmatkhan
15. Sayyid Ali Nurul Alam Azmatkhan
16. Sayyid Jamaluddin Akbar Azmatkhan al-Husaini (Syekh Jumadil Kubro)
17. Sayyid Ahmad Jalal Syah Azmatkhan
18. Sayyid Abdullah Azmatkhan
19. Sayyid Abdul Malik Azmatkhan
20. Sayyid Alawi Ammil Faqih (Hadramaut)
21. Sayyid Muhammad Shahib Mirbath (Hadramaut)
22. Sayyid Ali Khali' Qasam
23. Sayyid Alawi ats-Tsani
24. Sayyid Muhammad Sohibus Saumi'ah
25. Sayyid Alawi Awwal
26. Sayyid al-Imam 'Ubaidillah
27. Sayyid Ahmad al-Muhajir
28. Sayyid 'Isa Naqib ar-Rumi
29. Sayyid Muhammad an-Naqib
30. Sayyid al-Imam Ali Uradhi
31. Sayyidina Ja'far ash-Shadiq
32. Sayyidina Muhammad al-Baqir
33. Sayyidina Ali Zainal Abidin
34. Sayyidina Husain
35. Sayyidina Ali bin Abi Thalib dan Sayyidah Fatimah az-Zahra binti
36. Sayyidina Muhammad Saw

 Wafat

Syekh Nawawi wafat di Mekkah pada tanggal 25 Syawal 1314 Hijriyah


atau 1897 Masehi. Makamnya terletak di Jannatul Mu'alla, Mekkah. Makam
beliau bersebelahan dengan makam anak perempuan dari Sayyidina Abu
Bakar Ash-Shiddiq, Asma΄ binti Abû Bakar al-Siddîq.

Meski wafat di Jazirah Arab, namun hingga kini setiap tahunnya selalu
diadakan haul atau peringatan wafatnya Syekh Nawawi al-Bantani di tanah
air, tepatnya di Pondok Pesantren An-Nawawi Tanara, Serang, asuhan
KH. Ma'ruf Amin. Haul Syekh Nawawi selalu ramai dihadiri para santri
Nusantara, bahkan mancanegara.

 Pendidikan

Sejak berusia lima tahun, Syekh Nawawi sudah mulai belajar ilmu agama
Islam langsung dari ayahnya. Bersama saudara-saudara kandungnya, Syekh
Nawawi mempelajari tentang pengetahuan dasar bahasa Arab, fiqih, tauhid,
al-Quran dan tafsir.

Pada usia delapan tahun bersama kedua adiknya, Tamim dan Ahmad,
Syekh Nawawi berguru kepada KH. Sahal, salah seorang ulama terkenal di
Banten saat itu. Kemudian melanjutkan kegiatan menimba ilmu kepada Syekh
Baing Yusuf Purwakarta.

Di usianya yang belum genap lima belas tahun, Syekh Nawawi telah
mengajar banyak orang, sampai kemudian beliau mencari tempat di pinggir
pantai agar lebih leluasa mengajar murid-muridnya yang kian hari bertambah
banyak. Baru setelah usianya mencapai lima belas tahun, Syekh Nawawi
menunaikan haji dan kemudian berguru kepada sejumlah ulama masyhur di
Mekah saat itu.

Guru-Guru Syekh Nawawi diantarana :

1. Syekh Umar bin Arabi al-Bantani (Ayahnya)


2. KH. Sahal al-Bantani
3. Syekh Baing Yusuf Purwakarta
4. Syekh Ahmad Khatib asy-Syambasi
5. Syekh Ahmad Zaini Dahlan
6. Syekh Abdul Ghani al-Bimawi
7. Syekh Yusuf Sumbulaweni
8. Syekh Abdul Hamid Daghestani
9. Syekh Sayyid Ahmad Nahrawi
10. Syekh Ahmad Dimyati
11. Syekh Muhammad Khatib Duma al-Hambali
12. Syekh Muhammad bin Sulaiman Hasbullah al-Maliki
13. Syekh Junaid al-Batawi
14. Syekh Zainuddin Aceh
15. Syekh Syihabuddin
16. Syekh Yusuf bin MuhammadArsyad al-Banjari
17. Syekh Abdush Shamad bin Abdurahman al-Palimbani
18. Syekh Mahmud Kinan al-Palimbani
19. Syekh Aqib bin Hasanuddin al-Palimbani

 Gelar kehormatan

Di antara gelar kehormatan yang disematkan kepada Syekh Nawawi al-


Bantani adalah sebagai berikut:

1. al-Sayyid al-'Ulama al-Hijaz (tokoh ulama Hijaz) atau Sayyidul Hijaz


(penjaga Hijaz)
2. Nawawi at-Tsani (Nawawi kedua). Orang pertama yang memberi gelar ini
pada Syekh Nawawi adalah Wan Ahmad bin Muhammad Zain al-Fathani
3. al-Imam wa al-Fahm al-Mudaqqiq (tokoh dan pakar dengan pemahaman yang
sangat mendalam)
4. A'yan 'Ulama al-Qarn ar-Ram 'Asyar Li al-Hijrah (tokoh ulama abad 14
Hijriyah)
5. Imam 'Ulama Al-Haramain (Imam Ulama Dua Kota Suci)
6. Doktor Ketuhanan (orang pertama yang memberikan gelar ini pada Syekh
Nawawi adalah Christiaan Snouck Hurgronje)
7. asy-Syaikh al-Fakih (disematkan oleh kalangan pesantren)
8. Bapak Kitab Kuning Indonesia (disematkan oleh para Ulama Indonesia).

 Murid-murid Syekh Nawawi Al-Bantani

Murid-murid Syekh Nawawi yang menjadi ulama diantaranya :

1. Syekh Muhammad Mahfudz at-Tarmasi


2. Syekh Kholil al-Bangkalani, Madura
3. Syekh Tubagus Ahmad Bakri as-Sampuri
4. Syekh Tubagus Muhammad Asnawi al-Bantani, Caringin, Labuan,
Pandeglang
5. Syekh Arsyad Thawil al-Bantani - Pejuang Geger Cilegon 1888 dan
Penyebar Islam di Sulawesi Utara
6. Syekh Abu al-Faidh Abdus Sattar bin Abdul Wahhab ad-Dahlawi,
Delhi, India - Pengajar di Masjidil Haram
7. Sayyid Ali bin Ali al-Habsy- Pengajar di Masjidil Haram
8. Syekh Muhammad Zainuddin bin Badawi as-Sumbawi, Sumbawa,
Nusa Tenggara Barat
9. Syekh Abdul Qadir bin Mustafa al-Fathani, Pattani, Thailand
10. Syekh Abdul Haq bin Abdul Hannan al-Bantani - Cucu Syekh
Nawawi
11. KH. Saleh Darat as-Samarani
12. KH. Hasyim Asyari, Jombang - Pendiri Nahdlatul Ulama
13. KH. Ahmad Dahlan, Yogyakarta - Pendiri Muhammadiyah
14. KH. Hasan Genggong - Pendiri Pesantren Zainul Hasan Genggong
15. KH. Mas Abdurahman - Pendiri Mathla'ul Anwar
16. KH. Raden Asnawi, Kudus
17. H. Abdul Karim Amrullah, Sumatera Barat
18. KH. Thahir Jamaluddin, Singapura
19. KH. Dawud, Perak, Malaysia
20. KH. Hasan Asyari, Bawean
21. KH. Najihun, Mauk, Tangerang
22. KH. Abdul Ghaffar, Tirtayasa, Serang
23. KH. Ilyas, Kragilan, Serang
24. KH. Wasyid - Pejuang Geger Cilegon 1888
25. KH. Tubagus Ismail - Pejuang Geger Cilegon 1888
26. KH. Arsyad Qashir al-Bantani - Pejuang Geger Cilegon 1888
27. KH. Abdurrahman - Pejuang Geger Cilegon 1888
28. KH. Haris - Pejuang Geger Cilegon 1888
29. KH. Aqib - Pejuang Geger Cilegon 1888

 Perjuangan Syekh Nawawi Al-bantani

Setelah tiga tahun bermukim di Mekkah, pada tahun tahun 1828


Masehi, Syekh Nawawi akhirnya kembali pulang ke Banten. Sampai di
tanah air, beliau menyaksikan masih banyak praktik-praktik ketidakadilan,
kesewenang-wenangan, dan penindasan yang dilakukan pemerintah
Hindia Belanda terhadap rakyat. Dengan melihat realita begitu zalimnya,
gelora jihad pun berkobar.

Sebagai intelektual yang memiliki komitmen tinggi terhadap prinsip-


prinsip keadilan dan kebenaran, Syekh Nawawi kemudian berdakwah
keliling Banten mengobarkan perlawanan terhadap penjajah sampai
pemerintah Belanda membatasi geraknya, seperti dilarang berkhutbah di
masjid-masjid.

Bahkan belakangan beliau dituduh sebagai pengikut Pangeran


Diponegoro yang ketika itu sedang mengobarkan perlawanan terhadap
penjajahan Belanda (1825 - 1830 Masehi), hingga akhirnya beliau kembali
ke Mekkah setelah ada tekanan pengusiran dari Belanda, tepat ketika
puncak terjadinya Perlawanan Pangeran Diponegoro pada tahun 1830.
Begitu sampai di Mekkah beliau segera kembali memperdalam ilmu
agama kepada guru-gurunya.

Syekh Nawawi mulai masyhur ketika menetap di Syi'ib 'Ali, Mekkah.


Beliau mengajar di halaman rumahnya. Mula-mula muridnya cuma
puluhan, tetapi semakin lama jumlahnya kian banyak. Mereka datang dari
berbagai penjuru dunia. Hingga jadilah Syekh Nawawi al-Bantani sebagai
ulama yang dikenal piawai dalam ilmu agama, terutama tentang tauhid,
fiqih, tafsir, dan tasawwuf.

Nama Syekh Nawawi al-Bantani semakin masyhur ketika dia ditunjuk


sebagai Imam Masjidil Haram, menggantikan Syaikh Achmad Khotib Al-
Syambasi atau Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi. Tidak hanya di kota
Mekkah dan Madinah saja dia dikenal, bahkan di negeri Suriah, Mesir, Turki,
hingga Hindustan namanya begitu masyhur.

 Pemikiran Syekh Nawawi

Syekh Nawawi memegang peran sentral di tengah ulama al-Jawwi. Dia


menginspirasi komunitas al-Jawwi untuk lebih terlibat dalam studi Islam
secara serius, tetapi juga berperan dalam mendidik sejumlah ulama pesantren
terkemuka.

Bagi Syekh Nawawi, masyarakat Islam di Indonesia harus dibebaskan dari


belenggu Kolonialisme. Dengan mencapai kemerdekaan, ajaran-ajaran Islam
akan dengan mudah dilaksanakan di Nusantara. Pemikiran ini mendorong
Syekh Nawawi untuk selalu mengikuti perkembangan dan perjuangan di tanah
air dari para murid yang berasal dari Indonesia serta menyumbangkan
pemikirannya untuk kemajuan masyarakat Indonesia.

Selain pelajaran agama, Syekh Nawawi juga mengajarkan makna


kemerdekaan, anti Kolonialisme dan Imperialisme dengan cara yang halus.
Mencetak kader patriotik yang di kemudian hari mampu menegakkan
kebenaran. Perjuangan yang dilakukan Syekh Nawawi memang tidak dalam
bentuk revolusi fisik, namun lewat pendidikan dalam menumbuhkan semangat
kebangkitan dan jiwa nasionalisme.
Di samping itu, upaya pembinaan yang dilakukan Syekh Nawawi terhadap
komunitas al-Jawwi di Mekkah juga menjadi perhatian serius dari
pemerintahan Belanda di Indonesia. Produktivitas komunitas al-Jawwi untuk
menghasilkan alumni-alumni yang memiliki integritas keilmuan agama dan
jiwa nasionalisme, menjadi kekhawatiran tersendiri bagi Belanda.

Untuk mengantisipasi ruang gerak komunitas al-Jawwi ini maka


pemerintah Belanda mengutus penasihat pemerintah, Christian Snouck
Hurgronje untuk berkunjung ke Mekkah pada tahun 1884 - 1885. Kedatangan
Snouck ini bertujuan untuk meneliti lebih lanjut dan melihat secara langsung
berbagai hal yang telah dilakukan oleh ulama Indonesia yang tergabung dalam
komunitas al-Jawwi.

 Menolak wahabisme

Meskipun saat itu Arab Saudi dikuasai oleh pemerintahan yang berfaham
Wahabisme, namun Syekh Nawawi berani berbeda pendapat dalam hal ziarah
kubur. Kerajaan Arab Saudi melarang ziarah kubur dengan alasan bidah,
namun Syekh Nawawi tidak menentang praktik ini.

Pendapat ini dilandasi temuan Syekh Nawawi tentang ketentuan


hukumnya dalam ajaran Islam. Syekh Nawawi bahkan menganjurkan umat
Islam untuk menghormati makam-makam orang yang berjasa dalam sejarah
Islam, termasuk makam Nabi Saw dan para sahabat.

Menurut Syekh Nawawi, Mengunjungi makam Nabi Saw adalah praktik


ibadah yang identik dengan bertemu muka (tawajjuh) dengan Nabi Saw dan
mengingatkan kebesaran perjuangan dan prestasi yang patut untuk diteladani.
 Keramah Syekh Nawawi

Telunjuk Bersinar dan Dapat Menjadi Lampu Penerang

Pada suatu waktu di sebuah perjalanan dalam syuqduf (rumah-


rumahan di punggung unta) Syekh Nawawi pernah mengarang kitab dengan
menggunakan telunjuknya sebagai lampu.

Hal tersebut terjadi karena tidak ada cahaya dalam syuqduf yang ia
tumpangi, sementara ide untuk menulis kitab tengah kencang mengisi
kepalanya. Syekh Nawawi kemudian berdoa kepada Allah agar telunjuk
kirinya dapat menjadi lampu, menerangi jari kanan yang akan digunakannya
untuk menulis. Kitab yang kemudian lahir dengan nama Maraqi
al-'Ubudiyyah syarah Matan Bidayah al-Hidayah itu harus dibayarnya dengan
cacat pada jari telunjuk kiri, karena cahaya yang diberikan Allah pada
telunjuk kirinya itu membawa bekas yang tidak hilang.

 Melihat Ka’bah dari tempat yang jauh

Karamah lain Syekh Nawawi juga diperlihatkannya di saat ia


mengunjungi Masjid Pekojan, Jakarta. Masjid yang dibangun oleh Sayyid
Utsman bin 'Agil bin Yahya al-'Alawi (mufti Betawi keturunan Rasulullah
Saw) itu masih kurang tepat menghadap arah kiblat. Padahal yang
menentukan kiblat bagi mesjid itu adalah Sayyid Utsman sendiri.

Dengan begitu, saat Syekh Nawawi yang dianggapnya hanya seorang anak
remaja tak dikenal menyalahkan penentuan kiblat, Sayyid Utsman sangat
terkejut. Diskusipun terjadi antara keduanya, Sayyid Utsmân tetap
berpendirian bahwa kiblat Mesjid Pekojan tersebut sudah benar, sementara
Syekh Nawawi remaja berpendapat arah kiblat haruslah dibetulkan. Saat
kesepakatan tidak bisa diraih karena masing-masing mempertahankan
pendapatnya dengan keras, Syekh Nawawi remaja menarik lengan baju
Sayyid Utsmân dan dirapatkan tubuhnya agar bisa saling mendekat, kemudian
berkata:

Sayyid Utsman termangu. Ka'bah yang ia lihat dengan mengikuti telunjuk


Syekh Nawawi remaja memang terlihat jelas. Sayyid Utsman merasa takjub
dan menyadari bahwa remaja yang bertubuh kecil di hadapannya itu telah
dikaruniai kemuliaan, yakni terbukanya nur basyariyyah.

Dengan karamah itu, dimanapun dia berada Ka'bah akan tetap terlihat.
Dengan penuh hormat Sayyid Utsman langsung memeluk tubuh kecil Syekh
Nawawi. Sampai saat ini di Masjid Pekojan akan terlihat kiblat digeser dan
tidak sesuai aslinya.

 Jasad yang Tetap Utuh

Telah menjadi kebijakan Pemerintah Arab Saudi bahwa orang yang telah
dikubur selama setahun kuburannya harus digali. Tulang belulang si mayat
kemudian diambil dan disatukan dengan tulang belulang mayat lainnya.

Selanjutnya semua tulang itu dikuburkan di tempat lain di luar kota dan
lubang kubur yang dibongkar dibiarkan tetap terbuka hingga
datang jenazah berikutnya terus silih berganti. Kebijakan tersebut dijalankan
tanpa pandang bulu hingga menimpa pula pada makam Syekh Nawawi.

Setelah kuburnya genap berusia satu tahun, datanglah petugas dari pemerintah
kota untuk menggali kuburnya. Tetapi yang terjadi adalah hal yang tak lazim.
Para petugas kuburan itu tak menemukan tulang belulang seperti biasanya,
yang mereka temukan adalah satu jasad yang masih utuh. Tidak kurang satu
apapun, tidak lecet dan tidak ada tanda-tanda pembusukan seperti
lazimnya jenazah yang telah lama dikubur. Bahkan kain kafan penutup jasad
Syekh Nawawi tidak sobek dan tidak lapuk sedikitpun.

Kejadian tersebut mengejutkan para petugas. Mereka lari berhamburan


mendatangi atasannya dan menceritakan apa yang telah terjadi. Setelah
diteliti, sang atasan kemudian menyadari bahwa makam yang digali itu bukan
makam orang sembarangan.

Atas kejadian seperti itu, akhirnya, pemerintah melarangan untuk


membongkar makam Syekh Nawawi. Jasadnya lalu dikuburkan kembali
seperti sediakala, dan hingga sekarang makam Syekh Nawawi tetap berada di
Ma'la, Mekah.

 Salat di dalam mulut ular yang besar

Suatu hari ketika dalam perjalanan, Syekh Nawawi istirahat di sebuah


tempat untuk azan kemudian salat. Setelah ia azan ternyata tidak ada orang
yang datang, akhirnya ia qamat lalu salat sendirian.

Usai shalat Syekh Nawawi kembali melanjutkan perjalanan, tapi ketika


menengok ke belakang, ternyata ada seekor ular raksasa dan mulutnya sedang
menganga. Akhirnya ia tersadar bahwa ternyata ia salat di dalam mulut ular
yang sangat besar itu.

 Menghasilkan karya-karya yang fenomenal


Karamah Syekh Nawawi yang paling tinggi dapat dirasakan ketika
membuka lembar demi lembar Tafsir Munir yang ia karang. Kitab Tafsir
fenomenal tersebut menerangi jalan siapa saja yang ingin memahami firman
Allah.

Begitu juga dari kalimat-kalimat lugas kitab fiqih, Kasyifah al-Saja yang
menerangkan syariat. Dan ratusan hikmah di dalam kitab Nashaih al-'Ibâd.
Serta ratusan kitab lainnya yang akan terus menyirami umat dengan cahaya
abadi dari buah tangan Syekh Nawawi al-Bantani.

 Karya-karya

Kecerdasan dan kealiman Syekh Nawawi tidak diragukan lagi. Ulama asal
Mesir, Syekh 'Umar 'Abdul Jabbar dalam kitabnya "al-Durus min Madhi al-
Ta'lim wa Hadlirih bi al-Masjidil al-Haram” (beberapa kajian masa lalu dan
masa kini tentang Pendidikan Masa kini di Masjidil Haram) menulis bahwa
Syekh Nawawi sangat produktif menulis hingga karyanya mencapai seratus
judul lebih yang meliputi berbagai disiplin ilmu. Banyak pula karyanya yang
berupa syarah atau komentar terhadap kitab-kitab klasik.

Sebagian dari karya-karya Syekh Nawawi di antaranya adalah sebagai berikut:

1. al-Tsamar al-Yani'ah syarah al-Riyadl al-Badi'ah


2. al-'Aqd al-Tsamin syarah Fath al-Mubîn
3. Sullam al-Munâjah syarah Safînah al-Shalâh
4. Baĥjah al-Wasâil syarah al-Risâlah al-Jâmi’ah bayn al-Usûl wa al-
Fiqh wa al-Tasawwuf
5. al-Tausyîh/ Quwt al-Habîb al-Gharîb syarah Fath al-Qarîb al-Mujîb
6. Niĥâyah al-Zayyin syarah Qurrah al-‘Ain bi Muĥimmâh al-Dîn
7. Marâqi al-‘Ubûdiyyah syarah Matan Bidâyah al-Ĥidâyah
8. Nashâih al-‘Ibâd syarah al-Manbaĥâtu ‘ala al-Isti’dâd li yaum al-
Mi’âd
9. Salâlim al-Fadhlâ΄ syarah Mandhûmah Ĥidâyah al-Azkiyâ΄
10. Qâmi’u al-Thugyân syarah Mandhûmah Syu’bu al-Imân
11. al-Tafsir al-Munîr li al-Mu’âlim al-Tanzîl al-Mufassir ‘an wujûĥ
mahâsin al-Ta΄wil musammâ Murâh Labîd li Kasyafi Ma’nâ Qur΄an
Majîd
12. Kasyf al-Marûthiyyah syarah Matan al-Jurumiyyah
13. Fath al-Ghâfir al-Khathiyyah syarah Nadham al-Jurumiyyah
musammâ al-Kawâkib al-Jaliyyah
14. Nur al-Dhalâm ‘ala Mandhûmah al-Musammâh bi ‘Aqîdah
al-‘Awwâm
15. Tanqîh al-Qaul al-Hatsîts syarah Lubâb al-Hadîts
16. Madârij al-Shu’ûd syarah Maulid al-Barzanji
17. Targhîb al-Mustâqîn syarah Mandhûmah Maulid al-Barzanjî
18. Fath al-Shamad al ‘Âlam syarah Maulid Syarif al-‘Anâm
19. Fath al-Majîd syarah al-Durr al-Farîd
20. Tîjân al-Darâry syarah Matan al-Baijûry
21. Fath al-Mujîb syarah Mukhtashar al-Khathîb
22. Murâqah Shu’ûd al-Tashdîq syarah Sulam al-Taufîq
23. Kâsyifah al-Sajâ syarah Safînah al-Najâ
24. al-Futûhâh al-Madaniyyah syarah al-Syu’b al-Îmâniyyah
25. ‘Uqûd al-Lujain fi Bayân Huqûq al-Zaujain
26. Qathr al-Ghais syarah Masâil Abî al-Laits
27. Naqâwah al-‘Aqîdah Mandhûmah fi Tauhîd
28. al-Naĥjah al-Jayyidah syarah Naqâwah al-‘Aqîdah
29. Sulûk al-Jâdah syarah Lam’ah al-Mafâdah fi bayân al-Jumu’ah wa
almu’âdah
30. Hilyah al-Shibyân syarah Fath al-Rahman
31. al-Fushûsh al-Yâqutiyyah ‘ala al-Raudlah al-Baĥîyyah fi Abwâb al-
Tashrîfiyyah
32. al-Riyâdl al-Fauliyyah
33. Mishbâh al-Dhalâm’ala Minĥaj al-Atamma fi Tabwîb al-Hukm
34. Dzariyy’ah al-Yaqîn ‘ala Umm al-Barâĥîn fi al-Tauhîd
35. al-Ibrîz al-Dâniy fi Maulid Sayyidina Muhammad al-Sayyid al-
Adnâny
36. Baghyah al-‘Awwâm fi Syarah Maulid Sayyid al-Anâm
37. al-Durrur al-Baĥiyyah fi syarah al-Khashâish al-Nabawiyyah
38. Lubâb al-bayyân fi ‘Ilmi Bayyân.

Selain itu, karya tafsirnya, al-Munir, sangat monumental, bahkan ada


yang mengatakan lebih baik dari Tafsir al-Jalalain, karya Imam Jalaluddin
as-Suyuthi dan Imam Jalaluddin al-Mahalli yang sangat terkenal.
Sementara Kasyifah al-Saja merupakan syarah atau komentar terhadap
kitab fiqih Safinatun Najah, karya Syekh Salim bin Sumeir al-Hadhramy.
Karya-karya beliau di bidang Ilmu Akidah misalnya adalah Tijan ad-
Darary, Nur al-Dhalam, Fath al-Majid. Sementara dalam bidang Ilmu
Hadits misalnya Tanqih al-Qaul. Karya-karya dia di bidang Ilmu Fiqih
yakni Sullam al-Munajah, Nihayah al-Zain, Kasyifah al-Saja, dan yang
sangat terkenal di kalangan para santri pesantren di Jawa yaitu Syarah
’Uqud al-Lujain fi Bayan Huquq al-Zaujain. Adapun Qami'u al-Thugyan,
Nashaih al-'Ibad dan Minhaj al-Raghibi merupakan karya tasawwuf.

Anda mungkin juga menyukai