Kelas : VIII c
B.Studi : ppkn
Nama pahlawan Uraian
Agama : Islam
2
Nama pahlawan Uraian
Sultan Hasanuddin lahir di Gowa, merupakan putera I Manuntungi
Daeng Mattola Karaeng Lakiyung Sultan Malikulsaid, Raja Gowa
ke-15. Sultan Hasanuddin memerintah Kerajaan Gowa, ketika
Belanda yang diwakili Kompeni sedang berusaha menguasai
perdagangan rempah-rempah. Kerajaan Gowa|GOWA merupakan
kerajaan besar di wilayah timur Indonesia yang menguasai jalur
perdagangan.
Tuanku Imam Bonjol (lahir di Bonjol, Pasaman, Sumatra Barat,
Indonesia, 1772 – wafat dalam pengasingan dan dimakamkan di
Lotta, Pineleng, Minahasa, 6 November 1864) adalah salah seorang
ulama, pemimpin dan pejuang yang berperang melawan Belanda
dalam peperangan yang dikenal dengan nama Perang Padri pada
tahun 1803-1838.[1] Tuanku Imam Bonjol diangkat sebagai
Pahlawan Nasional Indonesia berdasarkan SK Presiden RI Nomor
087/TK/Tahun 1973, tanggal 6 November 1973.[2]Nama asli dari
Tuanku Imam Bonjol adalah Muhammad Shahab, yang lahir di
Bonjol pada 1 Januari 1772. Dia merupakan putra dari pasangan
Bayanuddin Shahab (ayah) dan Hamatun (ibu). Ayahnya, Khatib
Tuanku imam bonjol Bayanuddin Shahab, merupakan seorang alim ulama yang berasal
dari Sungai Rimbang, Suliki, Lima Puluh Kota.[3] Sebagai ulama
dan pemimpin masyarakat setempat, Muhammad Shahab
memperoleh beberapa gelar, yaitu Peto Syarif, Malin Basa, dan
Tuanku Imam.[4] Tuanku nan Renceh dari Kamang, Agam sebagai
salah seorang pemimpin dari Harimau nan Salapan adalah yang
menunjuknya sebagai Imam (pemimpin) bagi kaum Padri di Bonjol.
Ia akhirnya lebih dikenal dengan sebutan Tuanku Imam Bonjol.
Salah satu Naskah aslinya ada di Dinas Kearsipan dan
Perpustakaan Provinsi Sumatra Barat Jalan Diponegoro No.4
Padang Sumatra Barat. Naskah tersebut dapat dibaca dan dipelajari
di Dinas Kearsipan dan Perpustakàan Provinsi Sumatra Barat.
Pangeran Diponegoro adalah pejuang ang memimpin perang
melawan Belanda pada tahun 1825-1830 di Jawa.
Pembahasan
Pangeran diponegoro
Dominasi Belanda terhadap kerajaan di Jawa dan kebijakan-
kebijakan Belanda yang merugikan rakyat akhirnya menjadikan
Pangeran Diponegoro untuk memberontak pada tahun 1825.
3
Nama pahlawan Uraian
Namun perlahan Belanda berhasil membalik keadaan. Belanda
mendatangkan pasukan kolonial Hindia Belanda (KNIL) dari pulau
lain dan dari Belanda sendiri. Belanda kemudian menekan pasukan
Diponegoro dengan sistem benteng atau yang biasa disebut
“benteng-stelsel” yang membatasi gerakan pasukan Diponegoro.
Wabah kolera dan disentri merebak dalam kondisi perang ini dan
membunuh banyak rakyat dan pasukan Diponegoro. Penyakit dan
strategi Belanda ini melemahkan perjuangan Pangeran
Diponegoro. Kemudian, satu persatu pendukung Pangeran
Diponegoro tertangkap atau menyerah, seperti Kyai Mojo pada
tahun 1828 dan Pangeran Mangkubumi serta Sentot Alibasyah
pada tahun 1829.
4
Nama pahlawan Uraian
Pada tahun 1846, Ketut Jelantik melawan pasukan Belanda yang
menyerang di Benteng Jagaraga. Pada pertempuran ini, Belanda
gagal mengalahkan pasukan Bali.