Anda di halaman 1dari 3

NO Aspek informasi Uraian

1 Sultan Ageng Tirtayasa Sultan Ageng Tirtayasa adalah putra dari


Sultan Abu Al-Ma'ali (Sultan Banten).
waktu masih kecil mendapat gelar
Pangeran Surya.
sewaktu ayahnya meningal, Sultan Ageng
menggantikannya dengan gelar Pangeran
Dipati.
sejak muda Sultan ageng sudah menaruh
perhatian terhadap bidang keagamaan,
dan setelah menjadi Pangeran Dipati,
beliau mendirikan pondok-pondok untuk
mewujudkan keinginannya menggiatkan
pendidikan agama di masyarakat
sekitarnya.
Sultan Ageng tirtayasa juga mengangkat
menantunya (seorang ulama dari Makasar,
Syekh Yusuf) sebagai penasehat raja
dibidang keagamaan.
Sultan Ageng Tirtayasa banyak memimpin
perlawanan terhadap Belanda.
tanggal 1 agustus 1970, Beliau dinobatkan
/ diberi gelar sebagai Pahlawan Perjuangan
Kemerdekaan.
keinginan atau cita-cita beliau adalah
menjadikan Banten sebagai kerajaan Islam
terbesar di Nusantara.

2 Sultan Hasanuddin Sultan Hasanuddin adalah Raja Gowa yang


ke-16 dan termasuk pahlawan nasional
Indonesia yang terlahir dengan nama I
Mallombasi Muhammad Bakir Daeng
Mattawang Karaeng Bonto Mangepe.
Lahir pada tanggal 12 Januari 1631 di
Makassar dan meninggal pada tanggal 12
Juni 1670 di Makassar juga.
3 Tuanku Imam Bonjol Nama asli dari Tuanku Imam Bonjol adalah
Muhammad Shahab, yang lahir di Bonjol
pada 1 Januari 1772. Dia merupakan putra
dari pasangan Bayanuddin Shahab (ayah)
dan Hamatun (ibu). Ayahnya, Khatib
Bayanuddin Shahab, merupakan seorang
alim ulama yang berasal dari Sungai
Rimbang, Suliki, Lima Puluh Kota.[3]
Sebagai ulama dan pemimpin masyarakat
setempat, Muhammad Shahab
memperoleh beberapa gelar, yaitu Peto
Syarif, Malin Basa, dan Tuanku Imam.
Tuanku nan Renceh dari Kamang, Agam
sebagai salah seorang pemimpin dari
Harimau nan Salapanadalah yang
menunjuknya sebagai Imam(pemimpin)
bagi kaum Padri di Bonjol. Ia akhirnya lebih
dikenal dengan sebutan Tuanku Imam
Bonjol. Salah satu Naskah aslinya ada di
Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi
Sumatera Barat Jalan Diponegoro No.4
Padang Sumatera Barat. Naskah tersebut
dapat dibaca dan dipelajari di Dinas
Keadilan dan Perpustakàan Propinsi
Sumatera Barat.
4 Pangeran Diponegoro Pangeran diponegoro lahir di yogyakarta,
pada tanggal 11 november 1785 dan wafat
di Makassar pada tanggal januari 1855.
pangeran diponegoro masih berdarah biru.
tetapi beliau juga akrap dengan rakyat
kecil. pertama belanda datang ke
yogyakarta untuk membangun jalan untuk
jalan tentara belanda. tetapi belanda
menggusur makam leluhur pangeran
diponegoro. lalu jadilah pertempuran di
yogyakarta
5 Kapitan Pattimura Kapitan Pattimura. Beliau merupakan
salah satu pahlawan nasional
Indonesia yang berasal dari Maluku
yang dikenal sangat gigih melawan
penjajah Belanda.

Mengenai profil Pattimura, Ada


beberapa pendapat yang mengatakan
bahwa Pattimura memiliki nama asli
Thomas Matulessy ada juga yang
mengatakan nama aslinya adalah
Ahmad Lussy. Hal ini sampai sekarang
menjadi polemik dikalangan
masyarakat.
6 I Gusti Ketut Jelantik I Gusti Ketut Jelantik (1846 - 1849)
adalah pahlawan nasional Indonesia yang
berasal dari Karangasem, Bali. Ia
merupakan patih Kerajaan Buleleng. Ia
berperan dalam Perang Jagaraga yang
terjadi di Bali pada tahun 1849.
Perlawanan ini bermula karena
pemerintah kolonial Hindia Belanda ingin
menghapuskan hak tawan karang yang
berlaku di Bali, yaitu hak bagi raja-raja
yang berkuasa di Bali untuk mengambil
kapal yang kandas di perairannya beserta
seluruh isinya. Pada Kala Itu,Belanda
Berusaha Memanipulasi Rempah Rempah
Bali dan Melalui Pelayaran Hongi,Kapal
Belanda Karam Di Bali.Kapal Tersebut
Langsung Ditawan Oleh Kerajaan
Buleleng.Ucapannya yang terkenal ketika
itu ialah "Apapun tidak akan terjadi.
Selama aku hidup aku tidak akan mengakui
kekuasaan Belanda di negeri ini".
Cut Nyak Dien Aceh adalah daerah diamana banyak
terlahir pahlawan perempuan yang gigih,
tangguh dan pemberani yang tidak kenal
kompromi melawan kaum imperialis. Cut
Nyak Dien ialah salah satu dari perempuan
berhati baja yang di usianya lanjut masih
dapat mencabut rencong dan berjuang
melawan pasukan Kolonial Belanda sampai
akhirnya ia ditangkap dan dibuang.

Anda mungkin juga menyukai