Sampai awal abad ke-20, Sisingamangaraja masih mengirimkan upeti secara teratur kepada
pemimpin Pagaruyung melalui perantaraan Tuanku Barus yang bertugas menyampaikannya
kepada pemimpin Pagaruyung.[4]
Sementara itu, sumber dari Pemerintah Daerah setempat menyebutkan bahwa dinasti
Singamangaraja bermula dari salah satu keturunan Si Raja Oloan. Si Raja Oloan memiliki enam
orang putra yakni Naibaho, Sihotang, Bakkara, Sinambela, Sihite, dan Simanullang.
Kemudian, Sinambela memiliki tiga orang putra, salah satunya adalah Raja Bona Ni Onan. Raja
Bona Ni Onan menikah dengan seorang boru Pasaribu. Anak dari Raja Bona Ni Onan adalah
Raja Manghuntal yang kemudian mengawali dinasti Singamangaraja sebagai Sisingamangaraja
Pangeran Antasari (lahir di Kayu Tangi,
Kesultanan Banjar, 1797[1][2] atau 1809[3][4][5]
[6]
– meninggal di Bayan Begok, Hindia
Belanda, 11 Oktober 1862 pada umur 53
tahun) adalah seorang Pahlawan Nasional
Indonesia.
Ia adalah Sultan Banjar.[7] Pada 14 Maret
1862, dia dinobatkan sebagai pimpinan
pemerintahan tertinggi di Kesultanan
Banjar (Sultan Banjar) dengan menyandang
gelar Panembahan Amiruddin Khalifatul
Mukminin dihadapan para kepala suku
Dayak dan adipati (gubernur) penguasa
wilayah Dusun Atas, Kapuas dan Kahayan
yaitu Tumenggung Surapati/Tumenggung
Yang Pati Jaya Raja.[8]
Gusti Inu Kartapati
Pangeran Antasari merupakan cucu
Pangeran Amir.[9][10] Semasa muda nama
Pangeran Antasari adalah Gusti Inu
Kartapati.[11] Ibunda Pangeran Antasari
adalah Gusti Hadijah binti Sultan
Sulaiman. Ayah Pangeran Antasari adalah
Pangeran Masohut (Mas'ud) bin Pangeran Amir. Pangeran Amir adalah anak Sultan
Muhammad Aliuddin Aminullah yang gagal naik tahta pada tahun 1785. Ia diusir oleh walinya
sendiri, Pangeran Nata, yang dengan dukungan Belanda memaklumkan dirinya sebagai Sultan
Tahmidullah II[12][13][14] Pangeran Antasari memiliki 3 putera dan 8 puteri. [15] Pangeran Antasari
mempunyai adik perempuan yang lebih dikenal dengan nama Ratu Sultan Abdul Rahman karena
menikah dengan Sultan Muda Abdurrahman bin Sultan Adam tetapi meninggal lebih dulu
setelah melahirkan calon pewaris kesultanan Banjar yang diberi nama Rakhmatillah, yang juga
meninggal semasa masih bayi. Seorang adik wanita Antasari telah kawin dengan Sultan
Abdurrahman yang hampir merupakan Sultan terakhir, sedangkan seorang adik wanita Sultan
Abdurrahman tersebut telah kawin dengan Antasari.