Anda di halaman 1dari 9

Peristiwa Perlawanan

Terhadap Belanda

Dibuat oleh Ahmad Muazzam


Pangeran Antasari
Salah satu Pahlawan nasional Indonesia yang
berjuang untuk melawan penjajahan Belanda
di daerah Banjar, Kalimantan Selatan.
Pangeran Antasari lahir pada tahun 1797 di
Banjar.
Pada tanggal 14 Maret 1862, Pangeran Antasari
diangkat sebagai Sultan banjar menyandang
gelar Panembahan Amirudin Mukminin yaitu
sebagai pemimpin pemerintah, pemuka
agama tinggi dan panglima perang.
Untuk menghargai jasanya, pada tanggal 27
Maret 1968, beliau dianugrahi gelar sebagai
Pahlawan Nasional dan Kemerdekaan oleh
Pemerintah Republik Indonesia.
Sultan Hasanuddin
Sultan Hassanudin dijuluki sebagai Ayam
Jantan dari Timur dan menjadi salah satu
pahlawan nasional kemerdekaan
Indonesia yang berasal dari Sulawesi
Selatan.
Setelah dia diangkat tahta menjadi sultan
dari Kerajaan Gowa, Dia kemudian
berupaya menyatukan kerajaan-kerajaan
kecil Indonesia Timur dan memberikan
perlawanan sengit ke pihak Belanda.
Kapitan Pattimura
Pahlawan nasional ini mempunyai nama asli Thomas
Matulessy. Orang yang juga dikenal dengan nama
kapiten Patimura ini lahir di tanggal 8 juni 1783 di
Maluku. Beliau merupakan pimpinan pasukan dalam
peperangan yang besar. Salah satunya yang terjadi di
tahun 1817.
Patimura juga merupakan orang yang bisa
menyatukan semangat rakyat Kerajaan ternate dan
Tidore. Perang yang paling ganas dan terkenal adalah
perang Patimura. Sebelum melawan VOC Belanda,
beliau adalah mantan sersan militer Inggris. Sebagai
panglima, beliau amat cakap dalam mengatur strategi
perang dengan prajuritnya. Hingga akhirnya, beliau
diberi gelar kapiten di tanggal 16 Mei 1817.
Pangeran Diponegoro
Pangeran Diponegoro lahir pada tanggal 25
November 1785 di Yogyakarta dan wafat
tanggal 8 Januari 1855. Beliau bersama rakyat
Indonesia berjuang melawan pemerintahan
Belanda dalam kurun waktu lima tahun, yaitu
pada tahun 1825 hingga 1830.
Perang ini disebut sebagai Perang Jawa karena
berkobar di hampir seluruh daerah di Pulau
Jawa dan menjadi salah satu perang terbesar
yang pernah terjadi dalam sejarah perjuangan
melawan Belanda. Meskipun akhirnya
dimenangkan pihak Belanda, Pangeran
Diponegoro sempat membuat Belanda
mengalami kesulitan dan kerugian akibat
gugurnya ribuan serdadu Belanda.
Sultan Ageng Tirtayasa
Sultan Ageng Tirtayasa adalah putra dari Sultan Abu al-Ma'ali
Ahmad (sultan Banten ke-5) dan Ratu Martakusuma yang lahir
pada 1631. Kakeknya bernama Sultan Abdulmafakhir Mahmud
Abdulkadir atau dikenal sebagai Sultan Agung, sultan Banten ke-4
yang juga gigih memerangi Belanda. Setelah ayahnya wafat pada
1650, Sultan Ageng Tirtayasa diangkat oleh kakeknya sebagai
Sultanmuda dengan gelar Pangeran Dipati. Kemudian setelah
kakeknya wafat pada 1651, ia resmi naik takhta menjadi raja Banten
ke-6 dengan gelar Sultan Abdul Fattah Al-Mafaqih. Dari istri-istrinya,
Sultan Ageng Tirtayasa memiliki 18 orang anak. Putranya yang
terkenal adalah Sultan Abu Nashar Abdulqahar atau Sultan Haji dan
Pangeran Purabaya. Menjelang akhir pemerintahannya, Sultan
Ageng Tirtayasa berselisih dengan Sultan Haji hingga memaksanya
meninggalkan takhta dan mundur ke dusun Tirtayasa yang terletak
di Kabupaten Serang. Nama Sultan Ageng Tirtayasa dikenal setelah
dirinya mendirikan keraton baru di tempat tersebut.
Si Singamangaraja XII
Patuan Besar Ompu Pulo Batu atau yang lebih
dikenal Sisingamangaradja XII adalah raja serta
pendeta terakhir masyarakat Batak di Sumatera
Utara. Ia turut menjadi pejuang melawan
penjajahan Belanda di Sumatera sejak 1878. Pada
1907, ia terbunuh dalam pertempuran oleh
pasukan Belanda. Ia pun dinobatkan sebagai
Pahlawan Nasional Indonesia pada 1962 berkat
perlawanannya terhadap kolonialisme Belanda.
Silas Papare
Silas Papare lahir di kampung Ariepi (Serui) Yapen Waropen pada 18
Desember 1918.
Desember 1945, Silas bersama pemuda Irian Barat tergabung dalam
Batalyon Papua berencana mengadakan pemberontakan. Namun,
informasi tersebut bocor dan gagal dilaksanakan. Silas ditangkap dan
dipenjara oleh Belanda. setelah bebas dia kembali merencanakan
pemberontakan lagi, namum kembali gagal.
15 Agustus 1962, Silas Papare dipercaya menjadi wakil delegasi RI dalam
penandatangan persetujuan New York. Akhirnya 1 Mei 1963, Irian Barat
resmi menjadi wilayah Republik Indonesia. Tanggal 7 Maret 1978, Silas
Papare meninggal dunia di Serui, Irian Jawa. Pemerintah mengeluarkan
keppres No 77/TK/1993 untuk menganugerahi Silas Papare gelar
Pahlawan Indonesia pada 14 September 1993.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai