D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
Sultan Ageng Tirtayasa merupakan putra dari Sultan Abu al-Ma’ali Ahmad yaitu
Sultan Banten periode 1640-1650 dan Ratu Martakusuma. Sultan Ageng Tirtayasa
lahir di Kesultanan Banten pada tahun 1631.
Nama kecil Sultan Ageng Tirtayasa adalah Abdul Fatah atau Abu al-Fath Abdulfattah.
Sejak kecil sebelum diberi gelar Sultan Ageng Tirtayasa, Abdul Fatah diberi gelar
Pangeran Surya. Saat ayahnya yaitu Sultan Abu al-Ma’ali Ahmad wafat, Sultan
Ageng Tirtayasa diangkat sebagai Sultan Muda dengan gelar Pangeran Dipati. Abdul
Fatah atau pangeran Dipati merupakan pewaris tahta kesultanan Banten. Tapi saat
ayahnya wafat, Beliau belum menjadi sultan karena kesultanan Banten saat itu
kembali dipimpin oleh kakeknya yaitu Sultan Abul Mufakhir Mahmud Abdul Qadir.
SULTAN HASANUDDIN
PANGERAN DIPONEGORO
Profil Singkat Pangeran Diponegoro
KAPITAN PATIMURA
Profil Singkat Pattimura
Berdasarkan buku biografi Pattimura versi pemerintah yang pertama kali terbit, M.Sapija
menuliskan “Bahwa pahlawan Pattimura tergolong turunan bangsawan dan berasal dari Nusa
Ina (Seram). Ayahnya yang bernama Antoni Mattulessy adalah anak dari Kasimiliali
Pattimura Mattulessy. Yang terakhir ini adalah putra raja Sahulau. Sahulau merupakan nama
orang di negeri yang terletak dalam sebuah teluk di Seram Selatan”.
Namun berbeda dengan pendapat dengan sejarawan Mansyur Suryanegara. Dia mengatakan
dalam bukunya yang berjudul Api Sejarah bahwa Ahmad Lussy (dalam bahasa Maluku “Mat
Lussy”), lahir di lahir di Hualoy, Seram Selatan (bukan Saparua seperti yang dikenal dalam
sejarah versi pemerintah). Dia adalah bangsawan dari kerajaan Islam Sahulau, yang saat itu
diperintah Sultan Abdurrahman. Raja ini dikenal pula dengan sebutan Sultan Kasimillah
(Kazim Allah/Asisten Allah).
Ucapannya yang terkenal ketika itu ialah "apapun tidak akan terjadi. Selama aku hidup, aku tidak
akan mengakui kekuasaan Belanda di negeri ini". Pada tahun 1849, ia melarikan diri dari serangan
Belanda di Buleleng. Dengan penguasa Buleleng, ia melarikan diri ke sekutu Karangasem, tetapi ia
akhirnya terbunuh oleh pasukan Lombok, sekutu Belanda. Perang ini berakhir sebagai suatu puputan
seluruh anggota kerajaan dan rakyatnya bertarung mempertahankan daerahnya sampai titik darah
penghabisan.