Anda di halaman 1dari 53

ANALISIS RASIO KEUANGAN

SEKTOR OTOMOTIF
PT ASTRA INTERNATIONAL, Tbk.

(TAHUN 2019 - 2022)

KELOMPOK 4
Fitria Sarwana (210404010019)
Heni Setiani (226404010004)
Wahyuni (226404010005)
ANALISA Kinerja Keuangan
KINERJA KEUANGAN
Adalah suatu cara anternatif untuk mengetahui apakah suatu perusahaan
itu mampu memperoleh keuntungan dari asetnya.

LAPORAN KEUANGAN
Adalah output dari proses akuntansi dan dapat digunakan untuk memberi
tahu pihak yang berkepentingan tentang status keuangan perusahaan atau
operasinya.

RASIO KEUANGAN
Adalah analisis yang membedakan neraaca laporan keuangan tahunan
dengan menggunakan rumus yang dianggap representatif.

RASIO PROFITABILITAS
Adalah metrik yang digunakan untuk menilai efektivitas manajemen
organisasi yang berkaitan dengan pendapatan yang dihasilkan dari
penjuaan dan investasi.
0 1
Analisis Kinerja Keuangan PT
Astra International Tbk, dengan
menggunakan rasio likuiditas,
rasio solvabilitas, rasio aktivitas
dan rasio profitabilitas.
Standar Rasio atau Pedoman yang Baik (Kasmir, 2015)
No. Jenis Rasio Standar Rasio
1. Rasio Likuiditas
a. Current Ratio ≥ 200%
b. Quick Ratio ≥ 150%
c. Cash Ratio ≥ 50%
2. Rasio Solvabilitas
a. Debt to Asset Ratio ≤ 35%
b. Debt to Equity Ratio ≤ 90%
3. Rasio Aktivitas
a. Inventory Turn Over ≥ 20 kali
b. Receivable Turn Over ≥ 15 kali
c. Total Asset Turn Over ≥ 2 kali
4. Rasio Profitabilitas
a. Net Profit Margin ≥ 20%
b. Return on Equity ≥ 40%
c. Return on Asset ≥ 30%
d. Gross Profit Margin ≥ 30%
Data Keuangan PT Astra International, Tbk Empat Tahun Terakhir

Ringkasan Data Laporan Keuangan PT. Astra International Tbk. 2019-2022

(Dinyatakan dalam miliaran rupiah)


Tahun Aset Liabilitas Modal Pendapatan Laba Bersih

2019 165.195 351.958 186.763 237.166 26.621

2020 142.749 338.203 195.454 175.046 18.571

2021 151.696 367.311 215.615 233.485 25.586

2022 169.577 413.297 243.720 301.379 40.420

Sumber : www.idx.co.id
Data Keuangan PT Astra International, Tbk 4 tahun terakhir

Ringkasan Data Laporan Keuangan PT. Astra International Tbk. 2019-2022

(Dinyatakan dalam miliaran rupiah)


Tahun Penjualan Laba Bersih Laba Kotor Total Total Aktiva
Ekuitas
2019 237.166 26.621 50.239 186.763 351.958

2020 175.046 18.571 38.778 195.454 338.571

2021 233.485 25.586 51.033 215.615 367.311

2022 301.379 40.420 70.088 243.720 413.297

Sumber : www.idx.co.id
LAPORAN KONSOLIDASIAN PT ASII TAHUN 2019 - 2022
LAPORAN KONSOLIDASIAN PT ASII TAHUN 2019 - 2022
LAPORAN KONSOLIDASIAN PT ASII TAHUN 2019 - 2022
Rasio Likuiditas

Rasio ini menggambarkan kemampuan


perusahaan untuk menyelesaikan
kewajiban jangka pendeknya.

Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui


sumber informasi tentang modal kerja yaitu
pos-pos aset lancar dan hutang lancar.
a. Rasio Lancar (Current Ratio)

Rasio lancar merupakan perbandingan


antar aktiva lancar dengan utang lancar.

Semakin tinggi rasio ini maka kemampuan


perusahaan untuk melunasi kewajibannya
juga tinggi (Arum, dkk. 2022:24)
Rasio Lancar (Current Rasio)

(Dinyatakan dalam miliaran rupiah)

Aset Lancar Hutang Lancar Current Ratio


Tahun
(a) (b) (a/b)*100%
2019 129.058 99.962 129%

2020 132.308 85.736 154%

2021 160.262 103.778 154%


2022 179.818 119.198 151%
Rata-rata 155%
b. Rasio Sangat Cepat (Quick Ratio)
Rasio ini menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi atau membayar
kewajiban atau utang lancer (utang jangka
pendek) dengan asset lancer tanpa
memperhitungkan nilai sediaan (inventory)
(nifriser, dkk. 2022 hal. 190)

Jika quick ratio semakin tinggi maka posisi


keuangan perusahaan semakin baik, artinya
jika terjadi likuiditas, perusahaan mudah
membayar kewajibannya (Effendi, dkk.
2022:27)
Rasio Sangat Lancar (Quick Rasio)
(Dinyatakan dalam miliaran rupiah)

Kas Setara Kas Piutang Hutang Lancar Quick Ratio


Tahun
(a) (b) (c) (a+b/c)*100%

2019 24.330 71.839 99.962 96%


2020 47.553 60.761 85.736 126%
2021 63.947 54.307 103.778 114%
2022 61.295 70.602 119.198 111%
Rata-rata 112%
b. Rasio Kas (Cash Ratio)

Rasio ini mengukur seberapa besar uang kas


yang tersedia untuk membayar hutang.

Rasio ini mengukur seberapa besar uang kas


yang tersedia untuk membayar hutang.
Ketersediaan uang kas dapat ditunjukkan dari
tersedianya dana kas atau yang setara dengan
kas seperti rekening atau tabungan dibank yang
dapat ditarik setiap saat (Hery, 2016 : 156).
Rasio Kas (Cash Ratio)
(Dinyatakan dalam miliaran rupiah)

Kas Setara Kas Hutang Lancar Cash Ratio


Tahun
(a) (b) (a/b)*100%

2019 24.330 99.962 24%


2020 47.553 85.736 56%
2021 63.947 103.778 62%
2022 61.295 119.198 51%
Rata-rata 48%
Rasio Solvabilitas

Rasio yang mengukur kemampuan


perusahaan untuk memenuhi kewajiban
atau utang jangka panjang.

Apabila suatu perusahaan mempunyai


kekayaan lebih besar dari pada seluruh
hutang-hutangnya, maka dengan sendirinya
perusahaan dalam keadaan solvable, tetapi
sebaliknya jumlah kekayaannya lebih kecil
dari pada seluruh hutang-hutangnya bila
diliquidit
Rasio Hutang terhadap Aktiva (Debt to Assets Ratio)

Rasio ini menunjukan sejauh mana utang


dapat ditutupi oleh aktiva.

Merupakan rasio yang memperlihatkan


proporsi antara kewajiban yang dimiliki
dan seluruh kekayaan yang dimiliki
Debt to Assets Ratio (DAR)
(Dinyatakan dalam miliaran rupiah)

Hutang Aset DAR


Tahun
(a) (b) (a/b)*100%

2019 165.195 351.958 47%

2020 142.749 338.203 42%


2021 151.636 367.311 41%
2022 169.577 413.297 41%
Rata-rata 43%
Rasio Hutang terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio)

Rasio ini merupakan perbandingan antara


hutang lancar dan hutang jangka panjang
dan jumlah seluruh equitas diketahui.

Rasio ini bertanggungjawab kepada


kreditur dalam hal melunasi semua hutang-
hutangnya dengan menggunakan modal
pemilik.
Debt to Equity Ratio (DER)
(Dinyatakan dalam miliaran rupiah)

Hutang Modal DER


Tahun
(a) (b) (a/b)*100%

2019 165.195 186.763 88%


2020 142.749 195.454 73%
2021 151.636 215.615 70%
2022 169.577 243.720 70%
Rata-rata 75%
Rasio Aktivitas

Mengukur pemanfaatan aset perusahaan


untuk menghasilkan profit, khususnya
bagi shareholder yang telah mengeluarkan
modal untuk membeli aset suatu
perusahaan.

Merupakan ukuran untuk melihat aset yang


dikelola oleh perusahaan. Tujuannya untuk
meraih manfaat ekonomis
Perputaran Sediaan (Inventory Turnover)

Merupakan rasio yang digunakan


mengukur berapa kali dana yang di tanam
dalam persediaan (inventory) ini berputar
dalam suatu periode

Apabila rasio ini menghasilkan nilai yang


tinggi, menunjukkan perusahaan bekerja
secara efisien dan likuid persediaan
semakin baik.
Inventory Turnover (ITO)
(Dinyatakan dalam miliaran rupiah)

Penjualan Persediaan ITO


Tahun
(a) (b) (a/b)*1 kali

2019 237.166 24.287 9,76 kali


2020 175.046 17.929 9,76 kali
2021 233.485 21.815 10,70 kali
2022 301.379 32.323 9,32 kali
Rata-rata 9,88 kali
Perputaran Piutang (Receivable Turnover)

Rasio yang digunakan untuk mengukur


berapa kali dana yang tertanam dalam
piutang akan berputar dalam satu periode
atau berapa lama rata-rata penagihan
piutang

Rasio yang menunjukkan kualitas piutang


dan kemampuan manajemen dalam
melakukan aktivitas penagihan piutang
Receivable Turnover (RTO)
(Dinyatakan dalam miliaran rupiah)

Penjualan Piutang RTO


Tahun
(a) (b) (a/b)*1 kali

2019 237.166 71.839 3,30 kali


2020 175.046 60.761 2,88 kali
2021 233.485 54.307 4,29 kali
2022 301.379 70.602 4,27 kali
Rata-rata 4 kali
Perputaran Aset (Total Assets Turnover)
Rasio yang digunakan untuk mengukur
perputaran semua aktiva yang dimiliki
perusahaan dan mengukur berapa jumlah
penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah
aktiva

Perputaran aktiva juga merupakan


perbandingan antara penjualan dengan total
aktiva suatu perusahaan di mana rasio ini
menggambarkan kecepatan perputaran total
aktiva dalam satu periode tertentu
Total Assets Turnover (TATO)
(Dinyatakan dalam miliaran rupiah)

Penjualan Aset TATO


Tahun
(a) (b) (a/b)*1 kali

2019 237.166 351.958 0,67 kali


2020 175.046 338.203 0,52 kali
2021 233.485 367.311 0,64 kali
2022 301.379 413.297 0,73 kali
Rata-rata 0,64 kali
Rasio Profitabilitas
Merupakan perbandingan untuk mengetahui
kemampuan perusahaan dalam mendapatkan
laba (profit) dari pendapatan (earning) terkait
penjualan, aset, dan ekuitas atas dasar
pengukuran tertentu

Menilai laba investasi yang akan diperoleh


investor dan besaran laba perusahaan untuk
menilai kemampuan suatu perusahaan dalam
membayarkan utang kepada kreditur
berdasarkan tingkat pemakaian aset dan
sumber daya lainnya, sehingga terlihat pula
tingkat efisiensi perusahaan
Pengembalian Ekuitas (Return On Equity)

Rasio ini mengevaluasi kemampuan


perusahaan untuk menghasilkan laba bersih
atau keuntungan berdasarkan ekuitas
tertentu

Rasio ini menghitung tingkat


pengembalian investasi investor, atau
pengembalian perusahaan atas semua
modalnya
Perhitungan dari Rasio Return On Equity (ROE)

Return On Equity PT. Astra International Tbk. 2019-2022

(Dinyatakan dalam miliaran rupiah)


Laba bersih
Total Ekuitas Rasio
Tahun setelah Pajak
(b) (a/b)*100 %
(a)
2019 Rp. 26.621 Rp. 186.763 14,25%
2020 Rp. 18.571 Rp. 195.454 9,50%
2021 Rp. 25.586 Rp. 215.615 11,87%
2022 Rp. 40.420 Rp. 243.720 16,58%
Rata-rata 13,05%
Pengembalian Aset (Return On Asset)

Rasio ini menilai kapasitas perusahaan untuk


menghasilkan keuntungan atau laba bersih
selama periode waktu tertentu sehubungan
dengan jumlah pendapatan, modal, dan aset
keseluruhannya

Semakin besar ROA perusahaan, semakin


besar pula posisi perusahaan dari segi
penggunan aset
Perhitungan dari Rasio Return On Asset (ROA)

Return On Asset PT. Astra International Tbk 2019-2022


(Dinyatakan dalam miliaran rupiah)
Laba bersih
setelah Pajak Total aktiva Rasio
Tahun (a/b)*100 %
(a) (b)
2019 Rp. 26.621 Rp. 351.958 7,56%
2020 Rp. 18.571 Rp. 338.571 5,49%
2021 Rp. 25.586 Rp. 367.311 6,97%
2022 Rp. 40.420 Rp. 413.297 9,78%
Rata-rata 7,45%
Margin laba bersih (Net Profit Margin)

Rasio ini digunakan untuk menilai


kapasitas perusahaan dalam
menghasilkan laba bersih.

Semakin kuat angka rasio, semakin


besar kepercayaan pada kapasitas
perusahaan untuk menghasilkan laba
yang relatif tinggi
Perhitungan dari Rasio Net Profit Margin (NPM)

Net Profit Margin PT. Astra International Tbk 2019-2022

(Dinyatakan dalam miliaran rupiah)


Laba bersih
setelah Pajak Penjualan Bersih Rasio
Tahun (a/b)*100 %
(a) (b)
2019 Rp. 26.621 Rp. 237.166 11,22%
2020 Rp. 18.571 Rp. 175.046 10,61%
2021 Rp. 25.586 Rp. 233.485 10,96%
2022 Rp. 40.420 Rp. 301.379 13,41%
Rata-rata 11,55%
Gross Profit Margin (GPM)

Rasio ini menunjukkan kemampuan


perusahaan untuk menghasilkan laba kotor,
yang kemudian digunakan untuk menurunkan
biaya tetap dan biaya operasional lainnya.

Semakin tinggi GPM sebuah perusahaan


dapat dikatakan berkinerja baik apabila
meningkatkan keadaan perusahaan yang lebih
baik pula.
Perhitungan dari Rasio Gross Profit Margin (GPM)

Gross Profit Margin PT. Astra International Tbk 2019-2022

(Dinyatakan dalam miliaran rupiah)

Laba Kotor Penjualan Bersih Rasio


Tahun (a/b)*100 %
(a) (b)
2019 Rp. 50.239 Rp. 237.166 21,18%
2020 Rp. 38.558 Rp. 175.046 22,03%
2021 Rp. 51.033 Rp. 233.485 21,86%
2022 Rp. 70.088 Rp. 301.379 23,26%
Rata-rata 22,08%
0 INTERPRETASI DATA

2
PEMBAHASAN

RASIO LIKUIDITAS

(Dinyatakan dalam miliaran rupiah)

Tahun
Rasio Standar Kinerja
Rata-rata
Likuiditas Rasio Keuangan
2019 2020 2021 2022

Current Kurang
129% 154% 154% 151% 155% ≥ 200%
Ratio Baik

Quick Kurang
96% 126% 114% 111% 112% ≥ 150%
Ratio Baik
Cash Kurang
24% 56% 62% 51% 48% ≥ 50%
Ratio Baik
PEMBAHASAN
RASIO LIKUIDITAS

 Kinerja keuangan PT Astra International, Tbk tahun 2019 – 2022 berdasarkan


Rasio Likuiditas berada dalam keadaan kurang baik.
 Dalam empat tahun terakhir hasil dari perhitungan rata-rata Current Ratio
berjumlah 155% berada dibawah standar 200%. Dapat diartikan bahwa aktiva
lancar yang dimiliki perusahaan tidak mampu untuk melunasi hutang
lancarnya.
 Sedangkan perhitungan rata-rata Quick Ratio berjumlah 112% berada dibawah
standar 150%. Begitu juga dengan perhitungan rata-rata Cash Ratio sebesar
48% berada dibawah standar 50%. Hal ini dapat diartikan kemampuan
perusahaan untuk membayar hutang lancar dengan menggunakan kas dan
setara kas kurang baik, karena hutang lancar lebih besar dari kas dan setara kas
PEMBAHASAN

RASIO SOLVABILITAS

(Dinyatakan dalam miliaran rupiah)

Tahun
Rasio Standar Kinerja
Rata-rata
Solvabilitas Rasio Keuangan
2019 2020 2021 2022

Debt to Kurang
47% 42% 41% 41% 43% ≤ 35%
Asset Ratio Baik
Debt to
Equity 88% 73% 70% 70% 75% ≤ 90% Baik
Ratio
PEMBAHASAN
RASIO SOLVABILITAS

 Kinerja keuangan PT Astra International, Tbk tahun 2019 – 2022 berdasarkan Rasio Solvabilitas sesuai
perhitungan DAR berada dalam keadaan kurang baik, namun sesuai perhitungan DER berada dalam
keadaan baik.
 Dalam empat tahun terakhir hasil dari perhitungan rata-rata Debt to Asset Ratio berjumlah 43% berada
diatas standar ≤ 35% berada dalam keadaan kurang baik. Semakin rendah nilainya maka semakin besar
kemungkinan perusahaan mampu melunasi hutang dan kewajiban. Namun pada perhitungan DAR tersebut
dapat diartikan bahwa mungkin perusahaan memiliki utang yang lebih tinggi dari rata-rata dalam industri.
Ini menjadi risiko sinyal potensial, karena dapet meningkatkan kerentanan perusahaan terhadap fluktuasi
suku bunga, pembayaran bunga yang tinggi, dan risiko keuangan lainnya
 Pada perhitungan rata-rata Debt to Equity Ratio berjumlah 75% berada dibawah standar ≤ 90% sehingga
berada dalam keadan baik. Semakin kecil nilainya maka semakin kecil pula operasional perusahaan
dibiayai oleh hutang.
PEMBAHASAN

RASIO AKTIVITAS
(Dinyatakan dalam miliaran rupiah)

Tahun
Rasio Standar Kinerja
Rata-rata
Aktivitas Rasio Keuangan
2019 2020 2021 2022

Inventory Kurang
9,76 x 9,76 x 10,70 x 9.32 x 9,88 Kali ≥ 20 Kali
Turn Over Baik

Receivabl
Kurang
e Turn 3,30 x 2,88 x 4,29 x 4,27 x 4 Kali ≥ 15 Kali
Baik
Over
Total Aset Kurang
0,67 x 0,52 x 0,64 x 0,73 x 0,64 Kali ≥ 2 Kali
Turn Over Baik
PEMBAHASAN
RASIO AKTIVITAS

 Kinerja keuangan PT Astra International, Tbk tahun 2019 – 2022 berdasarkan Rasio Aktivitas
berada dalam keadaan kurang baik.
 Dalam empat tahun terakhir hasil dari perhitungan rata-rata Inventory Turn Over sebesar 9,88 kali
berada dibawah standar 20 kali. Dapat diartikan bahwa modal kerja yang ditanamkan dalam
persediaan tidak efisien.
 Pada Receivable Turn Over hasil rasio selama empat tahun terakhir sebesar 4 kali berada
dibawah standar 15 kali. Hal ini artinya modal kerja yang ditanamkan dalam piutang semakin
besar dan piutang semakin tidak efisien dalam menghasilkan penjualan.
 Pada Total Asset Turn Over hasil rasionya sebesar 0,64% kali dibawah standar 2 kali. Hal ini
menunjukkan dana yang tertanam dalam asset belum berputar dengan efisien sehingga
perusahaan tidak mampu meningkatkan jumlah laba bersih setiap tahunnya.
PEMBAHASAN
RASIO PROFITABILITAS
(Dinyatakan dalam miliaran rupiah)

Tahun
Rasio
Standar Kinerja
Profitabilit Rata-rata
Rasio Keuangan
as 2019 2020 2021 2022

Return on Kurang
7,56% 5,49% 6,97% 9,78% 7,45% ≥ 30 %
Asset Baik
Return on Kurang
14,25% 9,50% 11,87% 16,58% 13,05% ≥ 40 %
Equity Baik
Net Profit Kurang
11,22% 10,61% 10,96% 13,41% 11,55% ≥ 20 %
Margin Baik
Gross
Kurang
Profit 21,18% 22,03% 21,86% 23,26% 22,08% ≥ 30 %
Baik
Margin
PEMBAHASAN
RASIO PROFITABILITAS

 Kinerja keuangan PT Astra International, Tbk tahun 2019 – 2022 berdasarkan Rasio Profitabilitas
berada dalam keadaan kurang baik.
 Dalam empat tahun terakhir hasil dari perhitungan rata-rata Return On Asset sebesar 7,45% berada
dibawah standar ≥ 30%. Dapat diartikan bahwa kinerja perusahaan dalam memanfaatkan asetnya
untuk menghasilkan laba relatif rendah. Perusahaan mungkin tidak efisien dalam memanfaatkan
asetnya untuk menghasilkan keuntungan. Ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, seperti
pengelolaan aset yang kurang efisien, peningkatan utang yang signifikan, atau pendapatan yang
stagnan.
 Pada Return on Equity hasil rasio selama empat tahun terakhir sebesar 13,05% berada dibawah
standar ≥ 40%. Hal ini artinya semakin rendah ROE maka semakin sedikit investor menanamkan
investasinya ke perusahaan ini dan bahkan tidak menutup kemungkinan investor tidak mau
menanamkan investasinya sehingga perusahaan dinilai sebagai perusahaan yang tidak efisien.
PEMBAHASAN

RASIO PROFITABILITAS

 Pada Net Profit Margin hasil rasionya sebesar 11,55% dibawah standar ≥ 20 %. Hal ini
menunjukkan semakin rendah NPM maka semakin buruk kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan, sehingga perusahaan cenderung dinilai
tidak efisien.
 Pada Gross Profit Margin hasil rasionya sebesar 22,08% dibawah standar ≥ 30 %. Hal ini
menunjukkan bahwa perusahaan mungkin menghadapi tantangan dalam menghasilkan
laba dari setiap unit produk yang dijual. Penyebab dari Gross Profit Margin yang rendah
kemungkinan bisa karena biaya produksi yang tinggi, kesulitan menaikkan harga jual
tanpa mengurangi daya saing produk, atau efisiensi produksi yang kurang optimal.
0 Improvement Efforts

3
UPAYA PERBAIKAN YANG BISA DILAKUKAN

 Menganalisis seluruh proses operasional untuk


mengidentifikasi area di mana efisiensi dapat ditingkatkan,
dengan cara pengurangan biaya produksi, peningkatan
produktivitas, atau efisiensi penggunaan sumber daya.
 Melakukan inovasi pada produk atau layanan untuk
meningkatkan daya tarik konsumen, bisa berupa
pengembangan produk baru, pembaruan desain, atau fitur
Improvement Efforts tambahan yang menguntungkan pelanggan.
 Mengembangkan strategi untuk memperluas pasar, baik
melalui ekspansi geografis (perluasan ke pasar di luar wilayah
lokal atau nasional, pembukaan cabang atau fasilitas produksi
di lokasi baru) ataupun diversifikasi produk (membuat produk
baru yang berkaitan dengan lini produk yang sudah ada,
mengembangkan produk atau layanan baru seperti
transportasi mobil listrik).
UPAYA PERBAIKAN YANG BISA DILAKUKAN

 Mengelola struktur biaya dengan lebih efisien,


mengoptimalkan penggunaan modal, dan manajemen risiko
keuangan yang lebih baik dapat membantu meningkatkan
TITLE HERE laba yang dihasilkan dari setiap penjualan.
 Menyelidiki dan menganalisis rasio keuangan lainnya seperti
Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), atau
margin keuntungan untuk mendapatkan wawasan lebih lanjut
Improvement Efforts tentang kinerja perusahaan secara keseluruhan.
 Memanfaatkan teknologi terbaru untuk meningkatkan
efisiensi, seperti otomatisasi proses produksi, analisis data
untuk pemahaman pelanggan yang lebih baik, atau
implementasi solusi kecerdasan buatan untuk meningkatkan
produktivitas.
 Menjalin kemitraan dengan perusahaan lain untuk saling
menguntungkan dapat membantu dalam pengembangan
produk baru, akses ke pasar yang lebih luas, atau
pengurangan biaya produksi melalui skala ekonomi.
0 Conclusion

4
KESIMPULAN

Pada Rasio Likuiditas  Meningkatkan aktiva lancar, kas dan mengurangi hutang yang
dimiliki sehingga perusahaan mampu memenuhi kewajiban
dalam membayar hutang jangka pendek perusahaan.

Pada Rasio Solvabilitas  Meningkatkan modal kerja serta pendanaan perusahaan, agar
perusahaan mampu dalam memenuhi kewajiban jangka
panjang dan mengukur kesehatan perusahaan dengan hutang
yang dimiliki perusahaan.

Pada Rasio Aktivitas  Memanfaatkan aset-aset yang dimiliki dengan baik agar
perusahaan bisa meningkatkan lagi penjualan perusahaan.

Pada Rasio Profitabilitas  Meningkatkan laba dan meminimkan biaya operasional untuk
memperbaiki kondisi perusahaan dengan cara mengurangi
beban dan meningkatkan penjualan perusahaan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai