• Bersifat komensal
Beberapa anggota flora tetap di saluran pencernaan
mensintesis vitamin K dan penyerapan berbagai zat makanan.
Flora yang menetap di selaput lendir dan kulit dapat
mencegah kolonisasi oleh bakteri pathogen dan mencegah
penyakit akibat gangguan bekteri.
Flora normal ini dapat menimbulkan penyakit pada manusia yaitu
pada kondisi tertentu.
Contoh : Streptococcus dari kelompok
viridians dapat menimbulkan endokarditis
infektif
Flora Normal pada Kulit
Struktur Kulit
KULIT
Kulit berfungsi sebagai pelindung terhadap
infeksi dari patogen, parasit, fungi, bakteri, dan
virus.
Struktur kulit:
a. Epidermis (korneum, lusidum, granulosum,
germinativum)
b. Dermis (Ujung saraf, pembuluh darah,
kelenjar minyak, kelenjar keringat, lemak)
KULIT
Senyawa lipid yang dihasilkan di lapisan
korneum dapat menghambat perkembangan
bakteri patogen.
Genus yang termasuk flora normal di kulit:
Micrococcus, Staphylococcus, Diptheroids
(Corynebacterium), Propionibacterium, dan
batang gram negetif.
Flora normal di kulit
1. Staphylococcus epidermidis
Bakteri coccus gram positif, koloni berwarna putih atau kuning,
bersifat anaerob fakultatif, tumbuh terbaik pada kondisi aerobik
S. epidermidis memberikan kontribusi sekitar 65-90% dari
staphylococcus yang ada di tubuh manusia .
Individu sehat dapat memiliki hingga 24 strain, beberapa di
antaranya dapat bertahan di permukaan yang kering untuk
waktu yang lama.
Dapat menyebabkan Endokarditis, yaitu infeksi katup jantung
dan bagian lapisan dalam dari otot jantung.
S. epidermidis sangat mungkin mencemari peralatan perawatan
pasien di Rumah Sakit
Flora normal di kulit
2. Staphylococcus aureus
S. Aureus adalah bakteri gram positif, tidak menghasilkan
spora, umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok
Habitat alami S aureus pada manusia adalah di daerah kulit,
hidung, mulut, dan usus besar.
Bersifat anaerob fakultatif
Dapat tumbuh pada kisaran temperatur 15 sampai 45 derajat
dan pada konsentrasi NaCl setinggi 15 persen.
Hampir semua strain S. aureus menghasilkan koagulase.
Flora normal di kulit
3. Micrococcus
Spesies yang dominan adalah M. Luteus (20-80 %
dari total mikrococcus yang ada di kulit)
M. luteus merupakan bakteri Gram-positif yang
paling sering ditemukan pada selaput lendir seperti
rongga hidung dan lapisan mulut.
Merupakan bakteri aerob obligat, dapat hidup dalam
konsentrasi karbondioksida yang sangat rendah
Dapat menyebabkan bau pada manusia karena
kemampuannya untuk memecah komponen keringat.
Flora normal di kulit
4. Streptococcus
Berbentuk bulat, tersusun secara khas dalam rantai,
Gram positif.
Klasifikasi :
1. Streptococcus αlpha-hemolitik, terutama di mulut dan
menyebar ke kulit.
2. Streptococcus βeta-hemolitik, jarang terlihat pada kulit
normal. Kurangnya Streptococcus β-hemolitik pada kulit
disebabkan karena kandungan lipid pada kulit.
3. Streptococcus Gamma-hemolitik
Faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan mikroba di kulit
1. Kekeringan
Permukaan kulit yang kering akan menghambat
pertumbuhan mikroba
Pada kondisi kering, bakteri akan dorman;
bahkan beberapa spesies akan mati dalam
beberapa jam
Di daerah yang lembab (aksila, perineum,
diantara jari) mengandung lebih banyak populasi
bakteri.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan mikroba di kulit
2. PH
PH Normal pada kulit : 3-5
PH yang rendah dapat menghambat
pertumbuhan bakteri
Faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan mikroba di kulit
3. Zat Inhibitor
Beberapa bakterisidal atau bakteriostatik terdapat
pada kulit, seperti :
a. Kelenjar keringat, lisosim, dan enzim dapat
merusak peptidoglikan dari dinding sel bakteri.
b. Sekresi senyawa lemak, Cth: Propionibacterium
acnes menghasilkan asam oleat yang dapat
menghambat pertumbuhan bakteri lain
Faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan mikroba di kulit
4. Berkeringat, pencucian, dan mandi
dapat mengeleminasi dan mengubah
susunan bakteri sementara di kulit.
5. Sejumlah mikroorganisme dapat
dikurangi dengan menggunakan sabun
yang mengandung heksakloropen atau
disinfektan lain.
Flora Normal pada Saluran Respirasi