Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH PEMANASAN GLOBAL TERHADAP

KETAHANAN PANGAN NASIONAL

DISUSUN OLEH :
Dwiky Fatullah Rizky (A213002)
Nurhadi Hoerudin (A213004)
Latar Belakang
Pemanasan global bukan sekadar ramalan atau mitos.
Pemanasan global telah menyebabkan periode musim
hujan dan musim kemarau yang lebih buruk. Akibatnya,
menjadi sulit untuk memprediksi pola tanam, estimasi
produksi pertanian, dan persediaan stok pangan.
Begitu banyaknya hubungan antara pemanasan global
dan ketahanan pangan, maka kami tertarik untuk
mengetahui dan menganalisis kembali bagaimana
pengaruh atau dampak pemanasan global tehadap
ketahanan pangan nasional.
Tujuan
1) Menganalisis fenomena pemanasan global serta kaitannya dengan
ketahanan nasional.
2) Menganalisis dampak pemanasan global dan hubungannya
dengan ketahanan nasional.
3) Memberikan informasi yg valid kepada masyarakat tentang
dampak dari pemanasan global terhadap ketahanan pangan nasional.
Perubahan iklim dan
pemanasan global

Secara sederhana, perubahan iklim didefinisikan sebagai perubahan


rata-rata kondisi atmosfer (cuaca) di suatu tempat dalam jangka waktu
yang cukup lama. Kesetimbangan energi di permukaan bumi sangat
memengaruhi iklim bumi. Energi matahari adalah sumber utama energi
di Bumi. Perubahan kondisi cuaca di Bumi dapat disebabkan oleh
perubahan neto energi matahari yang diterima bumi, yang pada
gilirannya dapat menyebabkan perubahan iklim di Bumi dalam jangka
panjang.
Faktor Infrastuktur
Pertanian dalam
Pemanasan Global

Jika infrastruktur pertanian seperti jaringan irigasi,


drainase, penampungan air, jalan desa, jalan
produksi, dan lainnya tidak diperbaiki dan

dipertahankan, dampak pemanasan global akan


menjadi lebih jelas di sektor pertanian.
Ketahanan Pangan Nasional

Ketahanan pangan nasional didefinisikan sebagai kondisi di


mana kebutuhan pangan negara terpenuhi, yang tercermin dari
ketersediaan pangan yang cukup, dalam jumlah dan kualitas,
yang aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau, serta
tidak bertentangan dengan budaya, agama, atau kepercayaan
masyarakat, sehingga masyarakat dapat hidup sehat, aktif, dan
produktif secara berkelanjutan.
Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan


dilingkungan kampus politeknik
agroindustri, dan dilaksanakan
pada 21 Januari 2024 sampai
dengan 23 Januari 2024.
Metode Pengambilan
Data

Penelitian ini mengadopsi metode penelitian kuantitatif dan deskriptif dengan menggunakan pendekatan analisis data
primer dan data sekunder. Sumber data yang diakses mencakup peraturan pemerintah, peraturan daerah, dan jurnal ilmiah.
Informasi ini diperoleh dari penelitian-penelitian sebelumnya serta referensi-referensinya yang relevan. Oleh karena itu,
metode penulisan dilakukan dengan mendalaminya konsep teoritis melalui telaah literatur, menganalisis berbagai metode
yang telah diterapkan oleh para ahli dalam penelitian-penelitian sebelumnya. Pendekatan ini diharapkan mampu
memberikan wawasan yang lebih mendalam dan merinci terkait konteks dan pemahaman tentang topik penelitian.
Alat dan Bahan
1) Anemometer. 2) Aneroid Barometer. 3) Termometer.
Digunakan untuk mengukur kecepatan angin digunakan untuk mengukur tekanan udara alat yang digunakan untuk maengukur suhu
secara otomatis. secara otomatis. (temperatur).
Perbandingan Data dulu dan sekarang
Seringkali, prediksi tentang fenomena perubahan iklim global berubah. Misalnya, laporan berkala yang diterbitkan pada Januari 2015 oleh International Research Institute for
Climate Prediction (IRI) menunjukkan kemungkinan El Nino pada tahun 2015 mencapai 64% (candle merah pada Gambar 1). Selain itu, pelang Netral mencapai 47%, (candle
hijau pada Gambar 1). yang menunjukkan bahwa peluang ENSO (El-Nino Southern Oscillation) untuk daerah (Indonesia dan sekitanya) pada Januari, Februari, dan Maret 2015
(JFM 2015) relatif netral, hingga sampai September, Oktober, dan November 2015 (SON 2015).
Sementara itu di bulan Januari, Februari, dan Maret 2024 IRI menunjukan El Nino mencapai 100% (candle merah pada Gambar 2). Selain itu tingkat netral mencapai 65% (candle
abu-abu pada Gambar 2). Di bulan April, Mei, Juni 2024 dan La Nina akan terus berlanjut pada awal bulan April-November 2024. (candle biru pada Gambar 2)

Gambar 1 peluang terjadinya musim kering dan basah 2015 Gambar 1 peluang terjadinya musim kering dan basah 2024
KESIMPULAN
Pemanasan global dan perubahan iklim global adalah riil. Fakta buruknya infrastruktur pertanian juga riil, sehingga
dampak pemanasan global pada ekonomi daerah juga riil, walau pun tidak terlalu banyak studi yang mampu
menjelaskan secara rinci. Langkah rehabilitasi kerusakan karena dampak kekeringan dan perubahan iklim (reaktif)
akan jauh lebih mahal Pemanasan global dan perubahan iklim global adalah riil. Fakta buruknya infrastruktur
pertanian juga riil, sehingga dampak pemanasan global pada ekonomi daerah juga riil, walau pun tidak terlalu banyak
studi yang mampu menjelaskan secara rinci. Langkah rehabilitasi kerusakan karena dampak kekeringan dan
perubahan iklim (reaktif) akan jauh lebih mahal dibandingkan dengan langkah adaptasi dan mitigasi bencana
pemanasan global itu (antisipatif). Tidak ada kata terlambat untuk memulai suatu langkah sekecil apa pun - bukan
bersilang pendapat - yang dapat berkontribusi pada kejayaan ekonomi pertanian dan kesejahteraan rakyat.
dengan langkah adaptasi dan mitigasi bencana pemanasan global itu (antisipatif). Tidak ada kata terlambat untuk
memulai suatu langkah sekecil apa pun - bukan bersilang pendapat - yang dapat berkontribusi pada kejayaan
ekonomi pertanian dan kesejahteraan rakyat.
SARAN

Pemerintah pusat dan pemerintah daerah perlu secara inheren mampu merumuskan skema perlindungan
petani produsen (dan konsumen) dengan sistematis. Komoditas pangan dan pertanian mengandung risiko
usaha seperti faktor musim, jeda waktu (time-lag), perbedaan produktivitas dan kualitas produk yang cukup
mencolok. Mekanisme lindung nilai (hedging), asuransi tanaman, pasar lelang dan resi gudang adalah sedikit
saja dari contoh instrumen penting yang mampu mengurangi risiko usaha dan ketidakpastian pasar.

Anda mungkin juga menyukai