Anda di halaman 1dari 70

INFEKSI SISTEM

PENCERNAAN
Bagus R. Saputra

Pembimbing :
Dr. Dewi Retnoningsih, Sp.MK (K)

Pendidikan Dokter Spesialis Mikrobiologi Klinik


Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
• Infeksi sistem pencernaan adalah kondisi ketika
mikroorganisme seperti bakteri, virus, parasit, atau
jamur menyerang dan menginfeksi organ-organ dalam
saluran pencernaan manusia.
• Infeksi ini dapat memengaruhi berbagai bagian sistem
pencernaan, termasuk mulut, lambung, usus halus, dan
usus besar.
• Gejalanya bervariasi tergantung pada organ yang
terinfeksi, tetapi umumnya melibatkan masalah seperti
diare, muntah, nyeri perut, dan gangguan pencernaan
lainnya.
Organ-organ utama dalam sistem pencernaan meliputi :
• Mulut : Tempat dimulainya pencernaan. Di sini makanan dicerna mekanis
oleh gigi dan dicairkan oleh air liur.
• Esophagus : Saluran yang menghubungkan mulut dengan lambung,
membawa makanan dari mulut ke lambung.
• Gaster : Organ yang menghasilkan asam lambung untuk mencerna
makanan secara kimiawi.
• Usus Halus : Terdiri dari duodenum, jejunum, dan ileum. Di sinilah sebagian
besar penyerapan nutrisi terjadi.
• Colon : Menyerap air dan memproses sisa-sisa makanan yang tidak dicerna.
• Hepar : Menghasilkan empedu, yang membantu pencernaan lemak, dan
berperan dalam pemrosesan nutrisi.
• Pankreas : Menghasilkan enzim pencernaan yang membantu mencerna
karbohidrat, lemak, dan protein.
• Kantong Empedu : Tempat penyimpanan empedu yang dihasilkan oleh hati.
• Sel epitel dalam saluran pencernaan memiliki berbagai bentuk dan fungsi tergantung
pada lokasi mereka dalam sistem pencernaan. Berikut adalah beberapa jenis sel epitel
yang umum ditemukan:
• Sel Epitel Ganda (Stratified Epithelium): Terdapat di bagian mulut dan
esofagus, berfungsi sebagai perlindungan dari gesekan dan kerusakan
mekanis.
• Sel Epitel Silinder (Simple Columnar Epithelium): Umumnya ditemukan di
usus halus dan usus besar, bertugas untuk penyerapan nutrisi dan sekresi
mukus.
• Sel Epitel Kubus (Simple Cuboidal Epithelium): Ditemukan di saluran
pengumpulan ginjal dan di beberapa bagian kelenjar, berperan dalam sekresi
dan penyerapan.
• Sel Epitel Transisi (Transitional Epithelium): Terdapat di dinding kandung
kemih, dapat meregang dan mengembang untuk menyesuaikan volume
kandung kemih.
• Sel Goblet: Ditemukan di seluruh saluran pencernaan, terutama di usus halus
dan usus besar, berperan dalam produksi mukus untuk melumasi dan
melindungi lapisan epitel.
Saluran pencernaan mengandung mikrobiota normal yang beragam.

Namun normalnya asam lambung dapat mencegah terjadinya kolonisasi pada inang

Banyak spesies dapat bertahan hidup melewati perut dan menetap di saluran usus
bagian bawah.
Biasanya, usus kecil bagian atas hanya mengandung sedikit mikrobiota
(Streptococcus, Lactobacillus dan Yeast)
Sedangkan ileum bagian distal terdapat Enterobacteriaceae dan Bacteroides spp.
• Mikrobiota gastrointestinal membantu dalam pemeliharaan lingkungan dan
mengupayakan status fisiologis inang dengan menyediakan vitamin dan nutrisi penting,
termasuk memperlancar respon imun alami dan adaptif sebagai serta melindungi
permukaan mukosa.
• Hal yang mempengaruhi variasi mikrobiota gastrointestinal :
• Genetika
• status gizi
• Riwayat penggunaan antibiotik, antijamur atau agen kemoterapi lainnya
• Usia
• Wilayah geografis.
• Pada bayi biasanya sudah terdapat mikrobiota normal, seperti Staphylococcus,
Corynebacterium spp., dan bakteri Gram positif lainnya (Bifidobacteria, Clostridia,
lactobacillus, Streptococcus).
• Seiring berjalannya waktu, kandungan mikrobiota usus berubah, sebagian besar
terdiri dari spesies anaerobik, termasuk Bacteroides, Clostridium,
Peptostreptococcus, Bifidobacterium, dan Eubacterium.
• Sedangkan bakteri aerob, termasuk Escherichia spp., Enterobacteriaceae lainnya,
Enterococci, dan Streptococci, kalah jumlah dengan bakteri anaerob dengan
perbandingan 1000:1.
• Jumlah bakteri per gram tinja dalam lumen usus terus meningkat seiring dengan
bertambahnya material. Mendekati kolon sigmoid (segmen terakhir). Delapan
puluh persen dari berat kering feses manusia sehat terdiri dari bakteri.
Patogen Penyebab Infeksi

Bakteri Virus Jamur


• Helicobacter pylori • Herpes Simpleks Virus • Candida albicans
• Salmonella • Cytomegalovirus
• Shigella • Hepatitis virus
• Vibrio cholera • Rotavirus
• Escherichia coli • Norovirus
• Clostridium difficile
• Clostridium
perfringens
BAKTERI
Helicobacter pylori
• Helicobacter pylori adalah bakteri
Gram-negatif yang menyebabkan
infeksi pada lambung manusia.
• Berikut adalah beberapa struktur
utama dari Helicobacter pylori:
1. Flagella
2. Heliks (Bentuk Spiral)
3. Fimbriae
4. Kapsul
5. Urease
6. Adhesin
Salmonella
• Salmonella enterica adalah spesies bakteri yang menyebabkan penyakit pada
manusia dan hewan.
• Beberapa subspesies dari S. enterica menyebabkan infeksi pada manusia,
termasuk S. enterica subspesies enterica yang berkontribusi pada kasus infeksi
saluran pencernaan, seperti gastroenteritis dan demam tifoid.
• Infeksi umumnya terjadi melalui konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi
oleh bakteri ini.
• Salmonella memiliki struktur bakteri
umum dengan beberapa fitur khas.
• Struktur sel Salmonella melibatkan
membran sel luar, peptidoglikan,
membran sel dalam, dan sitoplasma.
• Fitur yang mencolok termasuk flagela
yang memungkinkan pergerakan,
fimbriae yang membantu dalam adhesi ke
permukaan sel, dan kapsul yang dapat
membantu dalam evasi respons imun.
• Selain itu, Salmonella memiliki plasmid
dan DNA kromosom sebagai materi
genetiknya.
Patogenesis
Shigella
• Shigella adalah genus bakteri patogen yang menyebabkan penyakit
pada manusia yang dikenal sebagai shigellosis atau disentri bakteri.
• Bakteri Shigella menyerang usus manusia, terutama usus besar, dan
menyebabkan gejala seperti diare berdarah, demam, dan kram perut.
• Shigella dapat menyebar melalui kontak langsung antarorang atau
melalui konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi.
• Bakteri ini memiliki kemampuan untuk menembus lapisan usus dan
menyebabkan infeksi lokal yang serius.
• Struktur Shigella mirip dengan
struktur umum bakteri Gram-
negatif.
• Beberapa komponen struktural
utama termasuk:
1. Membran Sel Luar
2. Peptidoglikan
3. Membran Sel Dalam
4. Flagela
5. Fimbriae
6. Plasmid
Patogenesis
Shigella
Vibrio cholerae
• Vibrio cholerae adalah bakteri Gram-negatif yang menyebabkan
penyakit kolera.
• Vibrio cholerae merupakan penyebab utama wabah kolera di beberapa
wilayah dunia, terutama di daerah dengan kondisi sanitasi yang buruk.
• Memiliki bentuk batang (vibrio) dan memiliki flagela yang
memberikannya kemampuan bergerak.
• Bakteri ini menghasilkan toksin cholera yang bertanggung jawab atas
gejala utama kolera, yaitu diare parah dan dehidrasi.
• Faktor Virulensi Vibrio cholerae yaitu adanya fimbriae dan hemaglutinin,
yang membantu bakteri melekat pada permukaan usus manusia.
Patogenesa
Escherichia coli
Sebagian besar strain Escherichia
coli adalah bagian normal dari
flora usus dan membantu dalam
pencernaan makanan.
• Meskipun sebagian besar E. Coli
tidak menyebabkan penyakit,
beberapa strain patogenik dapat
menyebabkan infeksi saluran
pencernaan atau infeksi lainnya.
Strain Patogenik E. coli
• Enterohemorragic E. coli (EHEC) yang terkait dengan sindrom hemolitik
uremik (HUS).
• Enterotoxigenic E. coli (ETEC) yang memiliki faktor virulensi yang
menyebabkan produksi toksin yang merugikan usus.
• Enteroaggregative E. coli (EAEC) adalah pathotype dari bakteri
Escherichia coli yang diidentifikasi berdasarkan sifat agregatifnya di
permukaan sel epitel usus.
• Enteropatogenic E. coli (EPEC) yang dapat menyebabkan diare pada bayi.
• Enteroinvasive E. coli (EIEC) menyebabkan infeksi usus dengan gejala
mirip Shigella. Invades sel epitel usus dan menyebabkan peradangan.
Clostridium difficile
• Clostridium difficile adalah bakteri Gram-
positif anaerob yang dapat menyebabkan
infeksi usus, terutama setelah
penggunaan antibiotik yang mengganggu
keseimbangan mikroflora usus normal.
• C. Difficile menghasilkan dua toksin
utama, yaitu toksin A dan toksin B, yang
merusak sel-sel epitel usus dan
menyebabkan gejala infeksi.
• Infeksi C. Difficile dapat menyebabkan
diare, nyeri perut, demam, dan kondisi
lebih serius seperti kolitis
pseudomembranosa.
• Infeksi C. difficile sering terjadi setelah penggunaan
antibiotik, terutama yang berspektrum lebar.
• Antibiotik menghancurkan bakteri normal dalam usus,
memberikan peluang bagi C. difficile untuk berkembang
biak tanpa persaingan dari mikroflora normal.
• C. difficile, yang dapat berada dalam bentuk spora yang
tahan terhadap lingkungan, berkembang biak dan
menempel pada usus setelah kolonisasi.
• Menghasilkan dua toksin utama, toksin A dan toksin B.
• Toksin A dan B menyebabkan inflamasi dan produksi
mediator peradangan, yang bertanggung jawab atas
gejala seperti diare, nyeri perut, dan demam yang terkait
dengan infeksi C. difficile.
• C. difficile yang telah berkembang biak dan menghasilkan
toksin dapat menyebar lebih lanjut di dalam usus,
menyebabkan kerusakan lebih lanjut dan menghasilkan
spora yang dapat menyebar ke lingkungan.
Clostridium perfringens
• Clostridium perfringens dapat menyebabkan berbagai penyakit
pada manusia tergantung pada strain dan faktor-faktor
virulensinya. Berikut adalah beberapa kondisi patogenik yang dapat
dihasilkan oleh C. Perfringens
• Strain C. Perfringens yang menghasilkan toksin beta dapat
menyebabkan keracunan makanan. Hal ini terjadi ketika makanan
yang telah dimasak dan terkontaminasi dengan bakteri dibiarkan
pada suhu kamar untuk waktu yang cukup lama, memungkinkan
bakteri untuk berkembang biak dan menghasilkan toksin.
• Beberapa strain C. Perfringens dapat menyebabkan gangren gas,
suatu kondisi yang melibatkan infeksi jaringan, produksi gas, dan
kerusakan jaringan yang cepat. Infeksi ini serius dan memerlukan
perawatan medis segera.
• Beberapa strain juga dapat menyebabkan enteritis nekrotik, suatu
kondisi di mana terjadi inflamasi dan nekrosis pada usus.
• Sindrom Pigbel terkait dengan konsumsi daging yang
terkontaminasi dengan bakteri ini. Sindrom ini dapat melibatkan
gejala seperti diare, muntah, dan nyeri perut.
• C. Perfringens dapat menyebabkan infeksi dalam rongga perut,
terutama pada individu dengan kondisi medis yang memungkinkan
bakteri ini untuk tumbuh dan berkembang biak.
Patogenesis
VIRUS
Cytomegalovirus
• Cytomegalovirus (CMV) adalah salah satu jenis virus dari keluarga
herpesviridae.
• Infeksi CMV umumnya bersifat asimtomatik pada individu yang sehat,
namun dapat menjadi masalah serius pada individu dengan sistem
kekebalan tubuh yang melemah, seperti pada pasien yang sedang
menjalani transplantasi organ, individu dengan HIV/AIDS, atau bayi yang
lahir dengan sistem kekebalan yang belum matang.
• Infeksi pencernaan oleh CMV dapat terjadi ketika virus menyerang organ-
organ di sistem pencernaan.
• CMV dapat menginfeksi berbagai bagian sistem pencernaan, termasuk
esofagus (saluran makan), lambung, usus halus, dan usus besar.
• Patogenesis atau perkembangan penyakit CMV
pada sistem pencernaan melibatkan beberapa
tahap:
1. Infeksi Awal
• CMV masuk ke dalam tubuh melalui kontak dengan
cairan tubuh yang terinfeksi, seperti air liur, air mata,
darah, atau air seni.
• Setelah masuk ke tubuh, CMV dapat menyebar melalui
aliran darah dan menyerang sel-sel yang rentan,
termasuk sel-sel di sistem pencernaan.
2. Replikasi Virus
• CMV menginfeksi sel-sel yang terdiri dari berbagai
jenis, termasuk sel-sel epitel di saluran pencernaan.
• Virus mereplikasi dirinya di dalam sel-sel tersebut,
menghasilkan lebih banyak virus CMV.
4. Peradangan dan Kerusakan Jaringan
• Respon peradangan tubuh terhadap infeksi dapat
menyebabkan kerusakan pada jaringan di sekitar area
yang terinfeksi.
Hepatitis Virus
• Hepatitis virus yang umum
menginfeksi manusia adalah
hepatitis A, hepatitis B, hepatitis
C, hepatitis D, dan hepatitis E.
• Hepatitis A (HAV)
• Penularan utamanya terjadi melalui konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi oleh tinja yang mengandung virus.
• Infeksi HAV biasanya akut dan jarang menjadi kronis.
• Hepatitis B (HBV)
• Penularan dapat terjadi melalui kontak dengan darah atau cairan tubuh yang terinfeksi, seperti hubungan seksual, berbagi jarum
suntik, atau dari ibu ke bayi selama persalinan.
• Infeksi HBV dapat menjadi akut atau kronis, dan dapat menyebabkan kerusakan hati jangka panjang.
• Hepatitis C (HCV)
• Penularan utama biasanya melalui darah terkontaminasi, seperti berbagi jarum suntik atau transfusi darah yang tidak aman.
• Infeksi HCV seringkali menjadi kronis dan dapat menyebabkan kerusakan hati progresif.
• Hepatitis D (HDV)
• Hepatitis D memerlukan keberadaan virus hepatitis B untuk dapat berkembang.
• Penularan HDV biasanya terjadi bersamaan dengan infeksi HBV, dan dapat menyebabkan penyakit hati yang lebih parah
dibandingkan hanya dengan infeksi HBV saja.
• Hepatitis E (HEV)
• Penularan utama biasanya melalui konsumsi air atau makanan yang terkontaminasi oleh tinja yang mengandung virus.
• Infeksi biasanya bersifat akut, tetapi dapat menjadi lebih serius pada wanita hamil.
• Gejala umum hepatitis termasuk kelelahan, mual, muntah, nyeri di
bagian kanan atas perut, kuning pada kulit dan mata (ikterus), dan
demam.
• Hepatitis dapat menjadi akut atau kronis, dan hepatitis kronis dapat
menyebabkan kerusakan hati yang signifikan, termasuk sirosis atau
kanker hati.
• Pencegahan hepatitis melibatkan vaksinasi (untuk hepatitis A dan
hepatitis B), tindakan kebersihan yang baik, dan langkah-langkah untuk
menghindari penularan darah yang tidak aman.
• Pengobatan hepatitis tergantung pada jenis hepatitis, tingkat keparahan,
dan apakah infeksinya bersifat akut atau kronis.
Rotavirus
• Rotavirus adalah virus yang umumnya
menyebabkan infeksi pada saluran pencernaan,
terutama pada anak-anak di bawah usia lima tahun.
• Infeksi rotavirus dapat menyebabkan
gastroenteritis atau peradangan pada lambung dan
usus. Rotavirus adalah salah satu penyebab utama
diare berat pada anak-anak di seluruh dunia.
• Rotavirus menyebar melalui tinja dan dapat
ditularkan melalui kontak langsung dengan individu
yang terinfeksi, atau melalui konsumsi makanan
atau air yang terkontaminasi oleh virus.
• Gejala infeksi rotavirus termasuk diare berat,
muntah, demam, nyeri perut, dan dehidrasi.
• Pada anak-anak, infeksi ini dapat menyebabkan
dehidrasi yang cepat, sehingga perhatian medis
segera sangat penting.
• Diagnosis infeksi rotavirus biasanya • Selain vaksinasi, praktik kebersihan
dibuat berdasarkan gejala klinis dan yang baik, seperti mencuci tangan
pemeriksaan tinja yang mendeteksi secara teratur, dapat membantu
keberadaan virus. mencegah penularan rotavirus.
• Tes cepat yang dapat dilakukan di • Pada kasus infeksi ringan, perawatan
laboratorium dapat membantu biasanya bersifat suportif dan
mengidentifikasi rotavirus dengan melibatkan penggantian cairan untuk
cepat. mencegah dehidrasi.
• Vaksin rotavirus efektif dalam • Kasus yang lebih serius atau pada
mencegah infeksi dan penyakit anak-anak yang sangat muda
serius yang disebabkan oleh mungkin memerlukan perawatan di
rotavirus. rumah sakit.
Norovirus
• Norovirus adalah virus yang menyebabkan infeksi
pada saluran pencernaan, dan seringkali terkait
dengan penyakit yang disebut gastroenteritis.
• Norovirus adalah penyebab umum wabah
penyakit seperti kapal pesiar, sekolah, dan
tempat-tempat umum lainnya.
• Infeksi norovirus dapat menginfeksi siapa saja,
tetapi gejala seringkali lebih parah pada anak-
anak dan orang tua.
• Norovirus menyebar melalui tinja atau muntahan
orang yang terinfeksi.
• Penularan dapat terjadi melalui kontak langsung
dengan individu yang terinfeksi, konsumsi
makanan atau air yang terkontaminasi, atau
kontak dengan permukaan yang terkontaminasi
oleh norovirus.
• Gejala infeksi norovirus meliputi
muntah, diare, sakit perut, dan mungkin
juga demam.
• Gejala biasanya muncul tiba-tiba dan
dapat sangat mengganggu, meskipun
penyakit ini jarang menyebabkan
komplikasi serius.
• Diagnosa infeksi norovirus seringkali
didasarkan pada gejala klinis yang khas
dan riwayat paparan.
• Pada beberapa kasus, uji laboratorium
seperti tes PCR dapat digunakan untuk
mengidentifikasi norovirus.
• Mencuci tangan secara teratur dengan sabun, dapat membantu
mencegah penularan norovirus.
• Membersihkan dan mendisinfeksi permukaan yang mungkin
terkontaminasi oleh norovirus juga penting.
• Pengelolaan makanan dan air dengan baik dapat membantu
mencegah penyebaran penyakit.
• Sebagian besar kasus infeksi norovirus sembuh dengan sendirinya
dalam beberapa hari tanpa perawatan khusus.
• Penting untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit untuk
mencegah dehidrasi, terutama pada anak-anak dan orang tua.
JAMUR
Candida albicans
• Infeksi jamur pada sistem
pencernaan, dikenal sebagai
kandidiasis atau infeksi jamur
Candida, umumnya terjadi ketika
pertumbuhan Candida melebihi
batas normal.
Faktor Penyebab Infeksi Jamur Sistem
Pencernaan
• Penggunaan Antibiotik
• Sistem Kekebalan Tubuh yang Lemah
• Diabetes
• Penggunaan Steroid atau Imunosupresan
• Nutrisi yang Buruk
• Stres
• Gejala infeksi jamur sistem pencernaan dapat melibatkan gangguan
pencernaan, diare, sakit perut, dan dalam kasus yang lebih serius,
infeksi dapat menyebar ke organ-organ lain.
• Pengobatan melibatkan antijamur seperti fluconazole dan perubahan
dalam pola makan dan gaya hidup.
Infeksi Sistem Pencernaan
• Esophagitis
• Gastritis
• Hepatitis
• Enteritis
• Colitis
• Proctitis
• Peritonitis
• Esophagitis adalah infeksi pada mukosa esofagus yang
dapat menyebabkan rasa sakit atau sulit menelan atau
sensasi ada sesuatu yang tersangkut di tenggorokan saat
menelan.
• Esofagitis biasanya bersifat lokal atau sistemik.

Esophagitis • Penyakit yang mendasari seperti keganasan hematologi atau


infeksi HIV, atau mereka menerima terapi imunosupresif.
• Agen etiologi yang paling umum adalah Candida spp.
(terutama Candida albicans), herpes simpleks virus, dan
sitomegalovirus.
Gastritis Gastritis merupakan peradangan pada
mukosa lambung.

Gejala umumnya mual, muntah, nyeri perut


bagian atas, bersendawa, dan bisa juga terjadi
demam.

Helicobacter pylori merupakan agen etiologi


yang paling umum.

Setelah infeksi akut, H. Pylori bisa bertahan


selama bertahun-tahun pada sebagian besar
individu, dan masih banyak lagi yang tersisa
tanpa gejala.
Hepatitis
• Hepatitis A (HAV)
• Penularan utamanya terjadi melalui konsumsi makanan atau air yang
terkontaminasi oleh tinja yang mengandung virus.
• Infeksi HAV biasanya akut dan jarang menjadi kronis.
• Hepatitis B (HBV)
• Penularan dapat terjadi melalui kontak dengan darah atau cairan tubuh yang
terinfeksi, seperti hubungan seksual, berbagi jarum suntik, atau dari ibu ke
bayi selama persalinan.
• Infeksi HBV dapat menjadi akut atau kronis, dan dapat menyebabkan
kerusakan hati jangka panjang.
• Hepatitis C (HCV)
• Penularan utama biasanya melalui darah terkontaminasi, seperti berbagi
jarum suntik atau transfusi darah yang tidak aman.
• Infeksi HCV seringkali menjadi kronis dan dapat menyebabkan kerusakan hati
progresif.
• Hepatitis D (HDV)
• Hepatitis D memerlukan keberadaan virus hepatitis B untuk dapat
berkembang.
• Penularan HDV biasanya terjadi bersamaan dengan infeksi HBV, dan dapat
menyebabkan penyakit hati yang lebih parah dibandingkan hanya dengan
infeksi HBV saja.
• Hepatitis E (HEV)
• Penularan utama biasanya melalui konsumsi air atau makanan yang
terkontaminasi oleh tinja yang mengandung virus.
• Infeksi biasanya bersifat akut, tetapi dapat menjadi lebih serius pada wanita
hamil.
• Enteritis adalah peradangan pada usus
halus, yang merupakan bagian dari sistem
pencernaan.
• Peradangan ini dapat disebabkan oleh
berbagai faktor, termasuk infeksi, reaksi
autoimun, atau kondisi medis lainnya.
• Penyebab umum enteritis adalah infeksi
usus halus oleh mikroorganisme seperti
bakteri, virus, atau parasit.
• Contoh enteritis bakterial yang disebabkan
oleh bakteri seperti Salmonella,
Campylobacter, atau Shigella, serta
enteritis virus seperti norovirus atau
rotavirus.
• Gejala enteritis dapat bervariasi tergantung pada penyebabnya, tetapi
gejala umum meliputi diare, nyeri perut, kram perut, muntah, dan
kadang-kadang demam.
• Diagnosis enteritis seringkali melibatkan anamnesis medis,
pemeriksaan fisik, serta uji-ujian seperti tes darah, tes tinja, atau
pemeriksaan pencitraan seperti CT scan atau endoskopi.
• Tatalaksana enteritis bergantung pada penyebabnya, jika disebabkan
infeksi dapat diberikan antibiotik.
• Tatalaksana simtomatik untuk meredakan gejala, atau terapi khusus
untuk kondisi kronis seperti penyakit radang usus.
Mekanisme patogenik
terjadinya enteritis
Colitis
• Colitis adalah istilah peradangan pada usus besar
(kolon).
• Peradangan ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor,
dan terdapat beberapa jenis colitis dengan penyebab
yang berbeda.
• Colitis ulserativa adalah jenis colitis kronis yang
merupakan bentuk penyakit radang usus (inflammatory
bowel disease/IBD). Penyakit ini ditandai oleh
peradangan dan pembentukan luka terbuka (ulkus) di
lapisan dalam dinding usus besar. Gejalanya meliputi
diare berdarah, nyeri perut, keinginan untuk buang air
besar yang sering, dan penurunan berat badan.
• Colitis infeksi dapat terjadi sebagai akibat dari infeksi
bakteri, virus, atau parasit yang mempengaruhi usus
besar. Contoh penyebab infeksi termasuk Clostridium
difficile (C. difficile), Salmonella, Campylobacter, atau
parasit seperti Ameba histolytica. Gejala dapat
melibatkan diare, nyeri perut, demam, dan dehidrasi.
• Colitis iskemik terjadi ketika pasokan darah ke usus • Diagnosis colitis melibatkan pemeriksaan
besar berkurang, menyebabkan peradangan. medis, pemeriksaan fisik, serta
Penyebab umum termasuk penyumbatan pembuluh
darah atau penyakit vaskular. Gejala meliputi nyeri serangkaian tes termasuk tes darah, tes
perut, diare, dan dalam kasus yang parah, dapat tinja, sigmoidoskopi, atau kolonoskopi.
menyebabkan kerusakan jaringan usus. • Tatalaksana colitis tergantung pada jenis
• Colitis radiasi terjadi sebagai akibat dari paparan dan penyebabnya.
radiasi terutama selama pengobatan kanker di
daerah panggul atau perut. Radiasi dapat merusak • Perawatan mungkin melibatkan obat-
sel-sel usus besar dan menyebabkan peradangan. obatan antiinflamasi, steroid, atau
Gejala melibatkan diare, nyeri perut, dan kadang- imunosupresan.
kadang darah dalam tinja.
• Colitis mikroskopis adalah bentuk colitis yang hanya • Pada beberapa kasus yang parah atau yang
dapat terlihat dengan mikroskop.Ini termasuk kolitis tidak merespons pengobatan konservatif,
kolagen dan kolitis limfositik. Gejala dapat prosedur bedah atau pengelolaan nutrisi
melibatkan diare kronis dan peradangan usus yang dapat dipertimbangkan.
terdeteksi melalui biopsi jaringan usus.
Proctitis Proctitis adalah peradangan pada rektum.

Gejala umum yang berhubungan dengan proctitis


adalah rasa gatal dan keluarnya lendir dari
rektum

Jika infeksi berlanjut, bisul dan abses mungkin


terjadi terbentuk di rektum.

Sebagian besar infeksi ditularkan secara seksual.

Chlamydia trachomatis, herpes simpleks virus,


Treponema pallidum, dan Neisseria gonorrhoeae
adalah agen etiologi yang paling umum.
Peritonitis
• Peritonitis adalah kondisi peradangan pada
lapisan peritoneum, yaitu selaput tipis yang
melapisi dinding dalam rongga perut dan
melapisi organ-organ di dalamnya.
• Peritoneum memegang peran penting dalam
melindungi organ-organ perut dan membantu
fungsi normal sistem pencernaan.
• Penyebab peritonitis dapat bervariasi, namun
infeksi bakteri adalah penyebab umumnya.
• Infeksi bakteri adalah penyebab paling umum
peritonitis, terjadi sebagai akibat dari infeksi
organ dalam perut yang menyebar, seperti
apendisitis yang pecah, divertikulitis, atau
perforasi usus.
• Cedera atau trauma pada perut, seperti pukulan • Gejala peritonitis melibatkan perut yang
atau tusukan, dapat menyebabkan peradangan pada sangat nyeri dan kaku, kelemahan, mual,
peritoneum. muntah, demam, dan dapat terjadi
• Kelebihan cairan di dalam rongga perut, seperti pembengkakan perut. Peritonitis adalah
ascites (kumpulan cairan di perut) pada kondisi kondisi medis yang darurat dan memerlukan
seperti sirosis hati, dapat menjadi tempat
berkembangnya infeksi.
perhatian medis segera.
• Setelah operasi pada organ dalam perut, terutama • Diagnosis peritonitis melibatkan anamnesis
jika terjadi perforasi atau infeksi di dalamnya, medis, pemeriksaan fisik, dan mungkin
peritonitis dapat berkembang. pemeriksaan pencitraan seperti CT scan atau
• Perforasi usus dapat terjadi akibat penyakit atau USG.
kondisi tertentu, seperti penyakit divertikula, ulkus • Pengobatan biasanya mencakup pemberian
lambung atau usus, atau radang usus.
antibiotik untuk mengatasi infeksi, dan dalam
• Beberapa kondisi medis, seperti penyakit radang beberapa kasus, pembedahan mungkin
usus (seperti penyakit Crohn atau kolitis ulserativa) diperlukan untuk mengatasi penyebab
atau infeksi ginjal yang meluas ke rongga perut, juga
dapat menyebabkan peritonitis. peritonitis, seperti mengatasi perforasi usus.
Thypoid fever
• Demam tifoid adalah penyakit
bakterial yang disebabkan oleh
bakteri Salmonella typhi.
• Penyakit ini umumnya ditularkan
melalui makanan atau air yang
terkontaminasi oleh tinja yang
mengandung bakteri tersebut.
• Demam tifoid terutama ditemukan
di daerah-daerah dengan sanitasi
yang buruk atau kurangnya akses
terhadap air bersih.
• Diagnosis demam tifoid
umumnya dibuat berdasarkan
gejala klinis, riwayat perjalanan,
dan pemeriksaan fisik.
• Pemeriksaan laboratorium
seperti tes darah atau kultur
darah dapat membantu
mengkonfirmasi diagnosis dan
mengidentifikasi bakteri
Salmonella typhi.
• Vaksinasi adalah cara efektif untuk mencegah demam tifoid.
• Vaksinasi biasanya direkomendasikan bagi orang-orang yang tinggal atau bepergian
ke daerah dengan risiko tinggi.
• Praktik kebersihan yang baik, seperti mencuci tangan dengan sabun, serta
menghindari konsumsi air atau makanan yang tidak aman, juga merupakan langkah-
langkah pencegahan yang penting.
• Tatalaksana demam tifoid melibatkan pemberian antibiotik seperti ciprofloxacin
atau azithromycin.
• Pada kasus yang lebih serius, perawatan dukungan seperti hidrasi intravena dan
pengelolaan gejala dapat diperlukan.
• Demam tifoid dapat menjadi penyakit yang serius jika tidak ditangani dengan benar.
Pewarnaan

Deteksi antigen
Pemeriksaan
Mikrobiologi Molekuler

Kultur
Pemeriksaan
Mikrobiologi
• Pemeriksaan mikrobiologi
merupakan salah satu hal
penting untuk
mengetahui penyebab
infeksi pada saluran
cerna.
• Untuk melakukan
pemeriksaan
mikrobiologi, spesimen
dan tatacara
pengambilan merupakan
aspek yang penting.
Pewarnaan
Feses dapat diwarnai dengan Gram untuk mendeteksi etiologi.
• Pewarnaan tahan asam dapat digunakan untuk mendeteksi
Cryptosporidium spp., Mycobacterium, dan Isospora spp.
Deteksi Antigen

Enzyme immunoassays (EIA) dapat mendeteksi banyak mikroorganisme yang mampu


menyebabkan infeksi saluran cerna.

Untuk rotavirus dideteksi menggunakan prosedur solid phase EIA.

Metode EIA juga tersedia untuk mendeteksi antigen Cryptosporidium dan E.


Histolytica.

C. Difficile dideteksi menggunakan aglutinasi lateks kit ditambah dengan glutamat


dehidrogenase (GDH) dan Toksin A/B dalam uji kombinasi.
Molekuler

Pengujian berbasis asam nukleat


tersedia untuk berbagai macam
Perkembangan teknik amplifikasi patogen seperti C. Difficile,
telah meningkatkan cara deteksi Campylobacter spp., Staphylococcus,
banyak enterik patogen, termasuk dan Enterococcus termasuk bakteri
semua kelompok organisme utama. yang resisten antibiotik dan virus
yang terkait dengan penyakit
gastrointestinal.
Kultur
• Kultur yang rutin dilakukan adalah untuk mendeteksi
bakteri penyebab infeksi, antara lain :
• Salmonela dan Shigella
• Campylobacter
Tatalaksana

Suportif

Antimikroba

Pencegahan
Terapi Suportif

Rehidrasi dengan larutan RL dan NaCl0,9 %.

Jika ada tanda-tanda asidosis, berikan Natrium bicarbonate

Maintenance: 2 1/2 liter cairan


untuk pemeliharaan ditambah cairan pengganti pengeluaran selama observasi (sesuai balance
cairan).
Antimikroba
• Ciprofloxacin

Empiris
• Cotrimoxazole
• Chloramphenicol
• Tetracycline
• Metronidazole

Definitif • Sesuai agen penyebab dan sensitivitas antimikrobanya


Pengendalian dan Pencegahan Infeksi
• Berikut adalah beberapa langkah pencegahan dan pengendalian infeksi saluran pencernaan:
1. Cuci Tangan
• Mencuci tangan secara teratur dengan sabun dan air adalah langkah pencegahan utama. Ini membantu
menghilangkan kuman dan mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi.
• Hindari menyentuh wajah, mulut, atau mata dengan tangan yang belum dicuci.
2. Vaksinasi
• Vaksinasi adalah cara efektif untuk mencegah beberapa infeksi saluran pencernaan, seperti vaksin hepatitis A dan
hepatitis B.
• Memastikan bahwa vaksinasi rutin dan vaksinasi yang dianjurkan sesuai dengan usia dan kondisi kesehatan
dilakukan.
3. Keamanan Pangan
• Hindari makanan mentah atau setengah matang, terutama daging, telur, dan produk susu yang tidak dipasteurisasi.
• Simpan dan persiapkan makanan dengan benar untuk mencegah kontaminasi bakteri atau parasit.
4. Pengelolaan Limbah
• Pergunakan toilet dan fasilitas sanitasi dengan benar untuk mencegah penularan melalui tinja.
• Buang sampah dengan cara yang tepat dan hindari pembuangan sampah di tempat-tempat yang dapat
menyebabkan pencemaran air atau tanah.
1. Minum Air Aman
• Pastikan air yang diminum aman, terutama di daerah-daerah dengan risiko tinggi kontaminasi air.
• Gunakan air bersih, bebas dari kuman atau bakteri penyebab penyakit.
2. Hindari Penularan Langsung
• Hindari kontak langsung dengan orang yang sedang sakit, terutama jika mereka memiliki gejala infeksi saluran
pencernaan.
• Gunakan tisu atau siku untuk menutup hidung dan mulut ketika bersin atau batuk.
3. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
• Saat merawat pasien atau berada di lingkungan yang berpotensi terkontaminasi, penggunaan APD seperti sarung
tangan dan masker dapat membantu melindungi dari kontaminasi.
4. Praktik Kebersihan Pribadi
• Membersihkan dan merawat kebersihan pribadi secara baik, termasuk mandi secara teratur, dapat membantu
mencegah penularan penyakit.
5. Pencegahan Infeksi di Tempat Pelayanan Kesehatan:
• Penggunaan protokol kebersihan yang ketat di fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk pembersihan dan disinfeksi
permukaan, serta penggunaan APD, dapat membantu mencegah penularan infeksi.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai