Anda di halaman 1dari 22

IGNITION

CONTROL
SYSTEM
IGNITION CONTROL SYSTEM

• FTI (Full Transistor Ignition)


• ESA (Electronic Spark Advance)
• DLI (Distributor Less Ignition)
IGNITION CONTROL SYSTEM
• Beberapa type system pengapian pada kendaraan
SUZUKI akan dijelaskan mulai dari generasi Baleno 1.6
sampai dengan APV. Semua system pengapian pada
kendaraan SUZUKI dengan EPI system sudah
menggunakan ESA (Electronic Spark Advance).
• Baleno 1.6 masih menggunakan sebuah distributor
sebagai pembangkit tegangan untuk ke-empat busi.
• Baleno 1.5, Aerio, Baleno Next G, Every, New Escudo 1.6
dan APV sudah tidak dilengkapi dengan distributor dan
mempunyai 2 coil pengapian untuk menyuplai kebutuhan
ke-empat busi, biasa juga disebut DLI (Distributor Less
Ignition)
• Escudo 2.0 dan XL-7 dilengkapi sebuah ignition coil untuk
setiap businya.
IGNITION CONTROL SYSTEM
• Ignition control system mengontrol waktu pengapian
secara electronic, kapan arus listrik harus dialirkan ke
primary coil untuk ignition timing.
• ECM menentukan kondisi mesin dengan menggunakan
signal dari sensor dan kapan mengirimkannya ke igniter.
Untuk menentukan kondisi mesin agar sesuai dengan
ignition timing.
• Sistem ini mengontrol ke 3 sistem yang berbeda, antara
lain :
– Mengontrol ignition timing saat menstarter mesin.
– Mengontrol ignition timing saat setelah menstarter
mesin.
– Mengontrol waktu kapan arus listrik harus dialirkan ke
ignition coil
1. Mengontrol ignition timing saat
menstarter mesin (posisi ignition
timing)
• Pada saat menstarter mesin IC system
menentukan posisi igition timing pada posisi
5o BTDC.
• Posisi ignition timing pada 5o BTDC tersebut
terjadi pada waktu :
– Diagnosa switch terminal tidak dihubungkan ke
ground
– Test switch terminal dihubungkan ke ground
– Idle switch ON
– Putaran mesin di bawah 2000 rpm
2. Mengontrol ignition timing saat setelah
menstarter mesin.
• Setelah mesin hidup(sesudah distarter) ignition timing akan menyesuaikan
dengan kondisi mesin.
In itia l Ba sic
Ig nitio n ig nitio n
Va rio u s
= + ig nitio n + c o m p e n sa tin g
tim ing tim ing a d va n c e a d va n c e

• Ketika idle switch ON, posisi ignition timing ditentukan oleh basic ignition
advance berdasarkan putaran mesin, compensation advance temperatur
mesin dan compensation advance untuk menstabilkan putaran idle.
• Ketika idle switch off, posisi ignition timing ditentukan oleh basic ignition
advance temperatur mesin.
– Compensation advance untuk temperatur mesin penambahan signal
berdasarkan sensor dari temperatur mesin, compensation akan bertambah
besar jika temperatur mesin masih dingin.
– Compensation advance untuk menstabilkan putaran idle compensation ini
berfungsi untuk mempertahankan putaran idle seperti yang diprogram oleh
ECM dengan terus menerus mengoreksi waktu pengapian.
3. Mengontrol waktu aliran
listrik
• System ini berfungsi untuk
menstabilkan voltage secondary
yang dibangkitkan oleh ignition coil.
Komponen utama sistem pengapian

• CKP
• CMP
• Knock Sensor
• Ignition Timing Adjusting Resistor
• ECM
• Ignition Coil
• Busi
Camshaft Position Sensor
• Berfungsi untuk mengidentifikasi posisi
piston setiap silinder, melalui posisi
camshaft.
• Bersama dengan CKP sensor, oleh
ECM dapat diketahui silinder mana yang
sedang melakukan langkah kompresi.
• CMP ditempatkan dibagian belakang
cylinder head dan diputar langsung oleh
camshaft, di dalamnya terdapat signal
rotor dan hall element.
• Melalui kedua komponen ini dihasilkan
output berupa signal digital seperti pada
grafik, yang dikirimkan ke ECM dan
diartikan posisi piston berada pada 5o
BTDC
Photo Transistor Type
• Pada XL-7 CMP yang digunakan
menggunakan photo transistor type.
• Cara kerja photo transistor adalah dengan
mengubah signal cahaya menjadi signal
listrik. Photo transistor menerima cahaya dari
bagian bawah transistor dan mengubahnya
menjadi signal-signal listrik sesuai dengan
banyaknya cahaya yang diterima.
• Cahaya keluar dari Light Emiting Dioda (LED)
dan diputus oleh perputaran slit plate yang
berada diantara transistor dan LED. Photo
transistor menjadi ON saat menerima cahaya
dan menjadi OFF saat tidak menerima
cahaya (cahaya terputus oleh slit plate).
Dengan demikian voltage pulse dihasilkan
oleh output terminal dan jumlah pulse
tergantung dari banyaknya putaran.
• Signal digital CMP oleh ECM digunakan
untuk memproses kerja sistem EPI bersama
dengan signal lainnya.
• CMP pada XL-7 juga digunakan untuk
menyetel ignition timing
Crankshaft Position Sensor
• CKP terdiri dari signal rotor,
magnit dan coil, signal rotor
diputarkan langsung oleh
crankshaft.
• CKP menghasilkan output berupa
signal seperti pada grafik.
• Signal ini bersama-sama dengan
signal dari CMP sensor, oleh
ECM digunakan untuk :
– Mengkalkulasi putaran mesin
– Mengidentifikasikan posisi
silinder
– Menghindari terjadinya misfire
(knocking)
Knock Sensor
• Knock sensor ditempatkan
di block silinder, berfungsi
untuk mencegah supaya
tidak terjadi knocking
(detonasi).
• Knock sensor terdiri dari
piezo electric, reed plate dan
weight yang dapat
mendeteksi vibrasi knocking
engine dan dirubah dalam
bentuk signal tegangan
kemudian diberikan ke ECM
untuk mengontrol ignition
system.
Ignition Timing Adjusting Resistor
• Apabila kita mendapati kondisi ignition timing tidak sesuai
dengan spesifikasinya, maka ada beberapa cara untuk
mengembalikan kondisi sesuai dengan spesifikasinya.
Pada SY 415, RH 415 dan RB 415 apabila kita mendapati
kondisi tersebut maka kita harus mengecek semua
sensor-sensor yang berhubungan dengan ignition timing
(CKP, CMP, Rotor signal, Knock sensor) dan wiring
harnessnya. Apabila kita mendapati kondisi tersebut pada
SE 416, SY 416, SQ 420 dan XL-7 maka kita dapat
merubah ignition timing dengan cara memutar distributor
sampai didapati ignition timing yang sesuai spesifikasi.
Sedangkan pada SQ 416 kita dapat menyetel ignition
timing dengan cara mengganti ignition timing adjusting
resistor dengan nomor yang sesui hingga kita dapati
ignition timing sesuai spesifikasi.
Ignition Timing Adjusting Resistor SQ 416

• Jika ignition timing diluar spesifikasi


periksa tahanan ignition timing
adjusting resistor
– No. 1 : -5o
– No. 2 : -4o
– No. 3 : -3o
– No. 4 : -2o
– No. 5 : -1o
– No. N : 0o
– No. 6 : 1o
– No. 7 : 2o
– No. 8 : 3o
– No. 9 : 4o
– No. 10 : 5o
– No. 11 : 6o
• Jika dilakukan penggantian resistor,
pastikan juga untuk mengganti label
pada timing belt cover dengan simbol
resistor yang baru.
Wiring Ignition SY 416 & SE 416
8
5

9
4
6
13

10

11
3
7
12

14 15 16 17 18 19
+ -
1
1. Ba tte ry 8 . Distrib u to r 15. MAPS
2. Ma in fu e se b o x 9 . Ro to r d istrib u to r 16. VSS
3. Ig n itio n switc h 1 0 . Sig n a l ro to r 17. Te st switc h te rm in a l
4. Ma in re la y 1 1 . C MPS 18. TPS (id le switc h )
5. Ig n itio n c o il 1 2 . Bu si 19. P/N p o sitio n switc h
6. Ig n ite r (p o we r u n it) 1 3 . No ise su p p re sso r
7. EC M 1 4 . EC TS
Wiring Ignition SY 415
Wiring Ignition RH 415 & RB 415
Wiring Ignition SQ 420
Wiring Ignition XL-7
ECM
• Berfungsi mendeteksi kondisi
mesin sesuai dengan signal dari
beberapa sensor, untuk
menentukan ignition timing dan
aliran listrik ke primary coil melalui
igniter.
Ignition Coil
• Ignition coil termasuk juga di dalamnya igniter, berfungsi untuk
membangkitkan tegangan tinggi sehingga dapat memercikkan
bunga api di busi.
• Pada saat primary coil memperoleh ground, primary coil
menjadi magnit dan sebaliknya jika ground diputus maka
kemagnitan ignition coil tersebut hilang sehingga secondary coil
terinduksi tegangan tinggi dan terpercik di busi,
pemutusan/penghubungan listrik primary coil dilakukan oleh
igniter yang terpasang di dalam coil itu sendiri, dan bekerjanya
dikontrol oleh ECM berdasarkan informasi dari berbagai sensor.
• Pada SE 416 dan SY 416 masih menggunakan sebuah coil
untuk mensuplai semua busi.
• Pada SY 415, RH 415, RB 415, SQ 416, GA 413 dan GC 415
menggunakan dua buah coil untuk mensuplai semua busi.
• Pada SQ 420 dan XL – 7 setiap busi sudah dilengkapi dengan
sebuah coil, sehingga diharapkan pembakaran yang
berlangsung dapat lebih sempurna.
Busi
• Untuk menghindari terjadinya Storing, maka
sebaiknya menggunakan busi sesuai dengan
spesifikasi yang dianjurkan. Untuk kendaraan
yang masih menggunakan sebuah coil, maka
busi tidak perlu yang menggunakan resistor.
Sedangkan untuk kendaraan yang
menggunakan lebih dari satu buah coil, maka
kita harus menggunakan busi yang
menggunakan resistor.

Anda mungkin juga menyukai