OLEH :
KASATRESKRIM POLRES GROBOGAN
AKP AGUNG JOKO H, S.I.K, M.H., M.Si.
Surakarta, 15 Desember 2023
PENDAHULUAN
PUNGLI SUDAH MERUSAK
SENDI KEHIDUPAN
BERMASYARAKAT,
BERBANGSA & BERNEGARA
TERBITKAN
PERPRES 87 TH 2016
TTG PEMBENTUKAN
SATGAS SABER PUNGLI
3
DELIK PUNGLI
Sebelum adanya Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi, delik
pungutan liar telah diatur di dalam beberapa pasal KUHP
1. KUHP
-Pasal 418 KUHP
-Pasal 419 KUHP
-Pasal 420 KUHP
-Pasal 423 KUHP
-Pasal 425 KUHP
-Pasal 368 KUHP
4
DELIK PUNGLI
3. UU No. 20/2001 tentang Pemberantasan Korupsi Pasal 5 ayat 1 dan 2
Memberi/menjanjikan pada pegawai negeri/ penyelenggara negara
dan ayat (2) pegawai negeri atau penyelenggara negara
penerima pemberian/janji;
5
6. PASAL 12 AYAT E,F,G,H UU NO. 31/1999 YG DIPERBAHARUI UU NO.20/2001 :
PEGAWAI NEGERI ATAU PENYELENGGARA NEGARA YANG DENGAN MAKSUD YANG MENGUNTUNGKAN DIRI
SENDIRI ATAU ORANG LAIN SECARA MELAWAN HUKUM ATAU DENGAN MENYALAHGUNAKAN
KEKUASAANNYA MEMAKSA SESEORANG MEMBERIKAN SESUATU, MEMBAYAR, ATAU MENERIMA
PEMBAYARAN DENGAN POTONGAN ATAU UNTUK MENGERJAKAN SESUATU BAGI DIRINYA SENDIRI.
PEGAWAI NEGERI ATAU PENYELENGGARA NEGARA YANG PADA WAKTU MENJALANKAN TUGAS MEMINTA,
MENERIMA ATAU MEMOTONG PEMBAYARAN KEPADA PEGAWAI NEGERI ATAU PENYELENGGARA NEGARA
YANG LAIN ATAU KEPADA KAS UMUM SEOLAH-OLAH PEGAWAI NEGERI ATAU PENYELENGGARA NEGARA
YANG LAIN ATAU KAS UMUM TERSEBUT MEMPUNYAI HUTANG KEPADANYA, PADAHAL DIKETAHUI BAHWA
HAL TERSEBUT BUKAN HUTANG.
PEGAWAI NEGERI ATAU PENYELENGGARA NEGARA YANG PADA WAKTU MENJALANKAN TUGAS, MEMINTA
ATAU MENERIMA PEKERJAAN, ATAU PENYERAHAN BARANG, SOLAH-OLAH MERUPAKAN UTANG KEPADA
DIRINYA, PADAHAL DIKETAHUI BAHWA HAL TERSEBUT BUKAN MERUPAKAN UTANG.
PEGAWAI NEGERI ATAU PENYELENGGARA NEGARA YANG PADA WAKTU MENJALANKAN TUGAS, TELAH
MENGGUNAKAN TANAH NEGARA YANG DI ATASNYA TERDAPAT HAK PAKAI, SEOLAH-OLAH SESUAI
DENGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN, TELAH MERUGIKAN ORANG YANG BERHAK, PADAHAL
DIKETAHUINYA BAHWA PERBUATAN TERSEBUT BERTENTANGAN DENGAN PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN; ATAU
6
UNSUR OBJEKTIF DAN SUBJEKTIF DALAM PUNGLI
Unsur Objektif yaitu unsur-unsur yang ada
hubungannya dengan keadaan, di dalam keadaan
mana tindakan dari pelaku itu harus dilakukan.
7
UNSUR OBJEKTIF PUNGLI
1. Pegawai Negeri atau atau penyelenggara negara
(deambtenaar);
2. Menyalahgunakan kekuasaan (misbruik van gezag);
3. Memaksa seseorang (iemand dwigen om) untuk :
– Memberikan sesuatu (iets af geven);
– Membayar (uitbetaling);
– Menerima pembayaran dengan potongan, atau
(eene terughouding genoegen nemenbij eene uitbetaling);
– Mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri (een persoonlijken
dienst verrichten).
8
UNSUR SUBJEKTIF PUNGLI
1. Atau dengan maksud untuk
(met het oogmerk om) menguntungkan diri
sendiri atau orang lain secara melawan
hukum (zich of een ander wederrechtelijk te
bevoordelen);
2. Menguntungkan secara melawan hukum
(wederrechtelijk te bevoordelen).
9
Faktor penyebab seseorang melakukan pungli
1. Penyalahgunaan wewenang, Jabatan atau kewenangan
seseorang;
2. Faktor mental, karakter atau kelakuan dari pada seseorang;
3. Faktor ekonomi. Penghasilan yang bisa dikatakan tidak
mencukupi kebutuhan hidup tidak sebanding dengan
tugas/jabatan;
4. Faktor kultural & Budaya Organisasi. Budaya yang berjalan
terus menerus sebagai hal biasa;
5. Terbatasnya sumber daya manusia;
6. Lemahnya sistem kontrol dan pengawasan oleh atasan.
10
SEKTOR RAWAN PUNGLI PADA BIDANG PENDIDIKAN
1. Sektor PPDB (Penrimaan Peserta Didik Baru);
2. Bantuan PIP (Program Indonesia Pintar);
3. Sektor penggunaan dana BOS;
4. Hibah dan bantuan sosial (bansos);
5. Pengadaan barang dan jasa;
11
PENYEBAB PUNGLI
12
DAMPAK PUNGLI
13
AREA RAWAN PUNGLI
14
UPAYA PENCEGAHAN
15
Peraturan Mendikbud No. 44
Tahun 2012 tentang Pungutan
dan Sumbangan Biaya
Pendidikan pada Satuan
Pendidikan Dasar
16
Permendikbud
No. 44 Tahun
2012
Pungutan Sumbangan
Bersifat wajib, mengikat, serta Bersifat sukarela, tidak memaksa,
jumlah dan jangka waktu tidak mengikat, tidak ditentukan
pemungutannya ditentukan jumlah dan jangka waktu
pemberiannya
Pendanaan Biaya
Pendidikan Pendidikan
Penyediaan sumberdaya keuangan Sumber daya keuangan yang
yang diperlukan untuk pengelolaan disediakan dan/atau diperlukan
satuan pendidikan dasar untuk biaya satuan pendidikan
17
Pungutan
Pungutan diperbolehkan
asal memenuhi ketentuan
pada Pasal 8 dan larangan
dilakukan Pungutan jika
tidak sesuai pada Pasal 11
pada Permendikbud No.
44/2012
18
01
Kenapa
Diperbolehkan?
Karena pada dasarnya Pungutan dan
Sumbangan dari masyarakat
pengejawantahan tanggung jawab pada
pendidikan selain tanggungjawab
pemerintah (pemerintah pusat dan daerah).
19
Permendikbud No.
75 Tahun 2016
tentang Komite Batas-batas penggalangan
Sekolah dana yang boleh dilakukan
Komite Sekolah diatur dalam
Peraturan Mendikbud No. 75
Tahun 2016 tentang Komite
Sekolah. Pada Pasal 10 ayat
(2) penggalangan dana dan
sumber daya pendidikan
berbentuk bantuan dan/atau
sumbangan, bukan pungutan
Bantuan dan/atau
sumbangan bukan
pungutan
20
Rp
Bantuan pendidikan yang dimaksud
dalam Peraturan Mendikbud No.
75/2016 adalah pemberian berupa
uang/barang/jasa oleh pemangku
kepentingan satuan pendidikan di luar
peserta didik atau orangtua/walinya,
dengan syarat disepakati para pihak.
21
Pungutan
Bentuk Pungutan Resmi
di Sekolah
Memiliki dasar
hukum dan tidak
melanggar
peraturan yang
ada
Pungutan
•Kejaha
t an j u g a
bisa dila
Liar
kuka n
melalui s
kesepak
ebuah Tidak memiliki
atan
dan dasar hukum
pemufak
atan meski telah
didahului dengan
kesepakatan para
pemangku
kepentingan
22
Pungutan
pada saat
Pendaftaran
Contoh
Sekolah Pungu
ta
n
Uang Pendaftaran
Uang Bangku Uang Baju
Sekolah Sekolah
Uang Daftar
Ulang Uang Bangunan
23
Pungutan pada saat belajar
mengajar di sekolah
24
Pungutan
jelang lulus Uang Try Out
Sekolah
Uang
Perpisahan
•Contoh
Punguta
n
jelang
lulus Uang membeli
Sekolah kenang-
kenangan
25
Sumbangan dan bantuan pendidikan, pungutan di
sekolah yang tidak memiliki dasar hukum dipantau oleh
Satuan Tugas Sapu Bersih Pungutan Liar (Satgas
Saber Pungli)
n P r esiden
a
• Peratur 87 Tahun
Nomor tentang
2016 g a s Sapu
Tu
Satuan Pungutan
Bersih
Liar
26
Hukuman Pelaku Pungli
27
Hukuman Administratif
28
KEWENANGAN APIP DALAM MENYIKAPI PENYIMPANGAN
29
PERAN APIP DALAM MANAJEMEN RESIKO TERKAIT PUNGLI
1. APIP mendorong Unit Kerja/SKPD untuk
menerapkan manajemen resiko dan
pengendalian;
2. APIP monitoring dan mengevaluasi Unit
Kerja/SKPD yang menerapkan manajemen resiko
dan pengendalian;
3. APIP mendorong perbaikan manajemen resiko
dan pengendalian.
30
KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MEMBERANTAS PUNGLI
1. Instruksi Presiden Nomor 9 tahun 1977 tentang
Operasi Penertiban (1977-1981), dengan tugas
membersihkan pungutan liar, penertiban uang
siluman, penertiban aparat Pemda dan
Departemen;
2. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87
Tahun 2016 tentang Satuan Tugas Sapu Bersih
Pungutan Liar, yang diundangkan pada tanggal
21 Oktober 2016.
31
SATUAN TUGAS SAPU BERSIH PUNGLI (SABER PUNGLI)
Perpres Nomor 87 Th 2016 tentang SABER PUNGLI
Satuan tugas Satgas Saber Pungli menyelenggarakan fungsi :
1. Intelijen;
2. Pencegahan;
3. Penindakan; dan
4. Yustisi.
32
WEWENANG SABER PUNGLI
Satgas Saber Pungli mempunyai wewenang :
1. membangun sistem pencegahan dan pemberantasan pungutan liar;
2. melakukan pengumpulan data dan informasi dari kementerian/lembaga
dan pihak lain yang terkait dengan menggunakan teknologi informasi;
3. mengoordinasikan,merencanakan,
pemberantasan pungutan liar;
4. melakukan operasi tangkap
tangan;
5. memberikan rekomendasi kepada pimpinan kementerian/lembaga serta
kepala pemerintah daerah untuk memberikan sanksi kepada pelaku
pungli sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
6. memberikan rekomendasi pembentukan dan pelaksanaan tugas unit
Saber Pungli di setiap instansi penyelenggara pelayanan publik kepada
pimpinan kementerian/lembaga dan kepala pemerintah daerah; dan
7. melaksanakan evaluasi kegiatan pemberantasan pungutan liar.
33
PENUTUP
• Pungli menurut etika dan menurut
hukum merupakan perbuatan tercela
• Dampak pungli sangat luas diantaranya
dari ekonomi biaya tinggi, pelayanan
menyebabkan
publik yang tidak maksimal, dan lemahnya daya
saing.
• Perlunya keteladanan pimpinan atau atasan,
motivasi dan sugesti positif kepada pegawai secara kontinyu
serta penguatan ruhiyah melalui pendalaman (deepening)
nilai-nilai agama/spiritual,
• Diperlukan regulasi yang baik, pengawasan internal maupun
eksternal dan peran serta masyarakat. 34