Anda di halaman 1dari 15

NETRALITAS ASN DALAM

PEMILU 2024

Syarif Ali
Anggota Bawaslu Kabupaten Tasikmalaya

“Bersama Rakyat Awasi Pemilu, Bersama Bawaslu Tegakkan Keadilan Pemilu”


DASAR
HUKUM
Undang Undang No.5 Tahun 2014 Peraturan Pemerintah No.11 Tahun 2017 tentang
tentang Aparatur Sipil Negara. Manajemen Pegawai Negeri Sipil

Undang Undang No.7 Tahun 2017 tentang Surat Keputusan Bersama Menteri Pemberdayaan
Pemilihan Umum. Aparatur Sipil Negara dan Reformasi Birokrasi,
Menteri Dalam Negeri, Kepala Badan Kepegawaiann
Negara dan Ketua Badan Pengawas Pemilihan Umum
Peraturan Pemerintah No.42 Tahun 2004 Nomor: 2 Tahun 2022, Nomor: 800-5474 Tahun
tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik 2022, Nomor: 246 Tahun 2022, Nomor: 30 Tahun
Pegawai Negeri Sipil. 2022, Nomor: 1447.1/PM.01/K.1/99/2022 tentang
Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Netralitas
pegawai Aparatur Sipil Negara (ASN) dalam
Peraturan Pemerintah No.94 Tahun 2021
Penyelenggaraan Pemilihan Umum
tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.
UNDANG – UNDANG NO.5 TAHUN
2014
 Pasal 2 huruf f Salah satu asas penyelenggaraan kebijakan dan
manajemen ASN adalah netralitas. (Setiap pegawai ASN tidak berpihak
Apa itu dari segala bentuk pengaruh manapun dan tidak memihak kepada
Netralitas 
kepentingan siapapun)
Pasal 9 ayat (2), Pegawai ASN harus bebas dari pengaruh dan intervensi
semua golongan dan partai politik.

 Pasal 1 Undang Undang No.5 Tahun 2014, ASN adalah profesi bagi
Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja
yang bekerja pada instansi pemerintah.
Siapa saja
yang  PNS adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu,
diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina
dikategorikan kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan.

sebagai ASN  Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) adalah warga
negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat
berdasarkan perjanjian kerja untuk jangka waktu tertentu dalam
rangka melaksanakan tugas pemerintahan.
1 Tanggung Jawab Merupakan Objek
Pengawasan
2
Sebagai Pelayan
Publik Isu netralitas ASN menjadi salah satu
HASIL
Menjaga marwah, ASN tidak terpengaruh
obyek pengawasan,
PENGAWAtidak hanya oleh
pada kepentingan orang perorang atau
kelompok tertentu Sebagai pengayom Bawaslu, tetapiSAN
juga oleh Komisi ASN,
masyarakat, ASN tidak terpengaruh MENGAPA dan masyarakat pada umumnya.
sirkulasi kekuasaan politik ASN
HARUS
NETRAL

3 Kewenangan dan
Kekuasaan
ASN dengan Kewenangan dan Kekuasaan yang
dimilikinya sangat rentan untuk dipengaruhi dan
mempengaruhi, serta berpihak pada salah satu
pasangan calon.
Larangan dalam kampanye
UU No .7 Tahun 2017
Pelaksana dan/atau Tim kampanye
a. Ketua, wakil ketua, ketua muda, dalam kegiatan kampanye pemilu
hakim agung pada MA, dan hakim dilarang mengikutsertakan Pasal
pada semua badan peradilan di h. Kepala desa i. Perangkat desa 280 AYAT 2
bawah MA, dan hakim konstitusi
pada MK
Pasal
280 AYAT 3
b. Ketua, wakil g. Anggota Tentara j. Anggota
Nasional Indonesia Badan
ketua, dan anggota dan Kepolisian
Badan Pemeriksa Permusyawarata Setiap orang sebagaimana
Negara Republik
Keuangan Indonesia n Desa; dan dimaksud pada ayat 2 dilarang
ikut serta sebagai pelaksana
dan/atau tim kampanye pemilu
c. Gubernur, deputi
k. Warga Negara
gubernur senior,
Indonesia yang Pasal
dan deputi
gubernur Bank
f. ASN tidak memiliki hak 280 AYAT 4
memilih
Indonesia
Pelanggaran terhadap
d. Direksi, komisaris, e. Pejabat negara bukan larangan ketentuan pada ayat
dewan pengawas, dan anggota Partai Politik 2 merupakan tindak pidana
karyawan Badan Usaha yang menjabat sebagai
Milik Negara/Badan pimpinan di lembaga pemilu
Usaha Milik Daerah nonstruktural
Lanjutan Larangan dalam kampanye
UU No 7 Tahun 2017

(1) Kampanye Pemilu yang mengikutsertakan Presiden, Wakil Presiden, menteri, gubernur, wakil
gubernur, bupati, wakil bupati, walikota, dan wakil walikota harus memenuhi ketentuan:
Pasal a. tidak menggunakan fasilitas dalam jabatannya, kecuali fasilitas pengamanan bagi pejabat negara
sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
281
b. menjalani cuti di luar tanggungan negara.

Pejabat negara, pejabat struktural, dan pejabat fungsional dalam jabatan negeri, serta kepala desa
Pasal
dilarang membuat keputusan dan/atau melakukan tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah
282 satu Peserta Pemilu selama masa Kampanye.

Pasal (1) Pejabat negara, pejabat struktural dan pejabat fungsional dalam jabatan negeri serta
283 aparatur sipil negara lainnya dilarang mengadakan kegiatan yang mengarah kepada
keberpihakan terhadap Peserta Pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa Kampanye.
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pertemuan, ajakan, imbauan,
seruan atau pemberian barang kepada aparatur sipil negara dalam lingkungan unit
kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat.
Lanjutan Larangan dalam kampanye
UU No 7 Tahun 2017

Pejabat negara lainnya yang bukan berstatus sebagai, anggota Partai Politik dapat melaksanakan
Kampanye apabila yang bersangkutan sebagai:
Pasal
a. calon Presiden atau calon Wakil Presiden;
299
b. anggota tim kampanye yang sudah didaftarkan ke KPU; atau
Ayat 3
c. pelaksana kampanye yang sudah didaftarkan ke KPU.

(1) Menteri sebagai anggota tim kampanye dan/atau pelaksana kampanye sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 299 ayat (3) huruf b dan huruf c dapat diberikan cuti.
(2) Cuti bagi menteri yang melaksanakan Kampanye dapat diberikan 1 (satu) hari kerja
Pasal dalam setiap minggu selama masa Kampanye.
302 (3) Hari libur adalah hari bebas untuk melakukan Kampanye di luar ketentuan cuti
sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
Lanjutan Larangan dalam kampanye
UU No 7 Tahun 2017

1. Dalam melaksanakan Kampanye, Presiden dan Wakil Presiden, pejabat negara, pejabat daerah
dilarang menggunakan fasilitas negara.
2. Fasilitas negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:

Pasal a. sarana mobilitas, seperti kendaraan dinas meliputi kendaraan dinas pejabat negara dan
304 kendaraan dinas pegawai, serta alat transportasi dinas lainnya;
b. gedung kantor, rumah dinas, rumah jabatan milik Pemerintah, milik pemerintah provinsi, milik
pemerintah kabupaten/kota, kecuali daerah terpencil yang pelaksanaannya harus dilakukan dengan
memperhatikan prinsip keadilan;
c. sarana perkantoran, radio daerah dan sandi/telekomunikasi milik pemerintah
provinsi/kabupaten/kota, dan peralatan lainnya; dan d. fasilitas lainnya yang dibiayai oleh APBN
atau anggaran pendapatan dan belanja daerah.
BENTUK – BENTUK
PELANGGARAN NETRALITAS ASN

Melarang/ Menyalahgunakan
Memengaruhi warga
menghalangi Penggunaan fasilitas kewenangan dalam
dengan politik uang
pemasangan alat dan anggaran merencanakan program
untuk memilih paslon dan distribusi bantuan
peraga kampanye negara/daerah
tertentu sosial
paslon tertentu

Memengaruhi/Meng-
Memengaruhi/Meng- Menyalahgunakan Terlibat dalam kampanye
intimidasi
intimidasiperangkat
perangkat kewenangan dalam (menjadi pembicara/jurkam,
Terlibat sebagai Tim
menyediakan rumah sebagai
desa
desauntuk
untukberpihak
berpihak merencanakan tempat kampanye, memobilisasi
Kampanye/Tim Sukses
Paslon
kepada/memilih
kepada/memilih program dan distribusi warga masyarakat untuk
menghadiri kampanye)
paslon
paslon
tertentu
tertentu bantuan sosial

Menggerakkan struktur Membuat kebijakan


birokrasi/Memengaruhi/ dalam bentuk
mengintimidasi para SK :Pegawai Honor,
pegawai bahwan di Mutasi, Rotasi yang
jajaran bersifat politik praktis
TUGAS DAN WEWENANG
BAWASLU
Melakukan pencegahan dan mengawasi pelaksanaan
penindakan terhadap mencegah terjadinya praktik
pelanggaran Pemilu dan sengketa
tahapan Penyelenggaraan
politik uang
proses Pemilu; Pemilu
TUGAS
menyampaikan dugaan menyampaikan dugaan
Mengawasi Netralitas ASN,
pelanggaran kode etik
tindak pidana Pemilu kepada Penyelenggara Pemilu kepada
Netralitas anggota TNI, dan
Gakkumdu Netralitas Anggota Polri
DKPP

Menerima & Memeriksa, mengkaji, dan Memeriksa, mengkaji, dan


Menindaklanjuti Laporan memutus pelanggaran memutus pelanggaran politik
Dugaan Pelanggaran administrasi Pemilu uang
WEWENANG
Mengoreksi putusan & rekomendasi Merekomendasikan kepada instansi
Menerima, memeriksa, memediasi atau
Bawaslu Provinsi & Bawaslu Kab/Kota yang bersangkutan mengenai hasil
mengadjudikasi, dan memutus
apabila terdapat hal yang bertentangan pengawasan terhadap netralitas
penyelesaian sengketa proses
dengan ketentuan peraturan perundang- ASN, netralitas anggota
Pemilu;
undangan; TNI/POLRI,
KOMISI APARATUR SIPIL NEGARA

Tugas:
 Menjaga netralitas pegawai ASN
 Melakukan pengawasan atas pembinaan
profesi ASN
 Melapor pengawasan dan evaluasi
pelaksanaan kebijakan manajemen ASN
kepada Presiden
• Berdasarkan hasil pengawasan, KASN merekomendasikan kepada Presiden untuk menjatuhkan
sanksi kepada PPK yang melanggar sistem merit serta ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Saksi dapat berupa:
– Peringatan
– Teguran
– Revisi, pencabutan, pembatalan penerbitan keputusan, dan/atau pengembalian pembayaran
– Hukum disiplin untuk PyB
– Sanksi untuk PPK
PENGAWASAN NETRALITAS
ASN DALAM PEMILU

• Undang-undang
• Peraturan pemerintah
• Surat Edaran Kementrian/Lembaga Negara Terkait
PENCEGAHAN • MoU
• Sosialisasi Bersama
• KASN melakukan pemetaan potensi pelanggaran
netralitas dan desain pencegahannya

• Pembentukan Gugus Tugas Pengawasan Netralitas


ASN dengan melimbatkan K/L terkait (Bawaslu,
KASN, Kemenpan RB, Kemendagri,
PENINDAKAN Kemenpolhukam).
• Penegakan sanksi dan Pengawasan terhadap putusan
sanksi.
• Limit/kepastian waktu penanganan
INDIKATOR NETRALITAS ASN DALAM
KAMPANYE PEMILU

Tidak 01 terlibat sebagai


pelaksana/tim kampanye

02 Penggunaan media sosial tidak mendukung


aktivitas kampanye (like status paslon, selfie
dengan paslon,dll)
ASN tidak melakukan mobilisasi
03
ASN lain/warga untuk menghadiri ASN tidak memakai atribut PNS
kampanye dalam kegiatan kampanye
04
Tidak membagi – bagi uang
dan/atau materi lainnya kepada
pemilih
SANKSI TERHADAP PELANGGARAN
NETRALITAS ASN

Pasal 494
Setiap aparatur sipil negara, anggota Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian
Negara Republik Indonesia, kepala desa, perangkat desa, dan/atau anggota badan
permusyawaratan desa yang terlibat sebagai Pelaksana/Tim Kampanye sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 280 ayat (3) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1
(satu) tahun dan denda paling banyak Rp. 12.000.000,00 (dua belas juta rupiah).

Pasal 547
Setiap pejabat negara yang dengan sengaja membuat keputusan dan/atau
melakukan tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu
Peserta Pemilu dalam masa Kampanye, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp36.000.000,00
(tiga puluh enam juta rupiah).
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai