Anda di halaman 1dari 22

RETARDASI MENTAL

PEMBIMBING KLINIK

dr. Andi Soraya Tenri Uleng, M.Kes, Sp.Kj


Pendahuluan
• Retardasi mental bukan merupakan suatu
penyakit, melainkan akibat suatu proses
patologis di otak yang ditandai adanya
keterbatasan fungsi adaptif dan
intelektual.
• Penyebab retardasi mental seringkali
tidak teridentifikasi, dan akibatnya
terlihat jelas pada seseorang dalam bentuk
kesulitan secara intelektual dan
keterampilan hidup.
Menurut PPDGJ-III adalah:

• Suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti


atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh
adanya hendaya keterampilan selama masa
perkembangan, sehingga berpengaruh pada semua
tingkat inteligensia, yaitu kemampuan kognitif,
bahasa, motorik dan sosial.
• Retardasimental dapat terjadi dengan atau tanpa
gangguan jiwa atau gangguan fisik lainnya.
Epidemiologi
• Prevalensi retardasi mental pada satu waktu diperkirakan sekitar
1% dari populasi. Insiden retardasi mental sulit di hitung karena
retardasi mental ringan kadang tidak dikenali hingga masa
kanak-kanak pertengahan. Insiden tertinggi pada usia sekolah
dengan usia puncak 10-14 tahun. Retardasi mental kira-kira
lebih sering pada laki-laki sekitar 1,5 kali dibandingkan
perempuan.
Etiologi
• Faktor etiologis retardasi mental terutama dapat berupa genetik,
perkembangan, didapat, atau kombinasi berbagai faktor.
Penyebab genetik meliputi kondisi kromosomal dan diwariskan,
faktor perkembangan mencakup perubahan kromosom seperti
trisomi atau pajanan perinatal terhadap infeksi dan toksin.
Diagnosis
• Diagnosis retardasi mental dapat ditegakan setelah anamnesis,
penilaian intelektual standar, dan pengukuran fungsi adaptif
menunjukkan bahwa perilaku anak ini secara signifikan berada
dibawah tingkat yang diharapkan. Uji laboratorium dapat
digunakan untuk mengetahui penyebab serta prognosis.
• Anamnesis
 Riwayat keluarga; orangtua dengan perkawinan
sedarah dan gangguan herediter
 Menilai lata belakang sosiokultural, iklim
emosional di rumah, dan fungsi intelektual
pasien
• Wawancara psikiatri
 Kemampuan verbal pasien, termasuk bahasa reseptif dan ekspresif harus dinilai
 Distorsi dalam persepsi dan daya ingat harus diperiksa
 Pemakaian bahasa, tes realitas, dan kemampuan menggali dan pengalaman penting untuk
dicatat
 Pengendalian impuls (terutama terhadap dorongan motorik, agresif dan seksual) harus dinilai.
 Pemeriksaan psikiatrik pasien yang teretardasi harus mengungkapkan bagaimana pasien
mengalami stadium perkembangan.
• Pemeriksaan fisik
 Konfigurasi dan ukuran kepala
 Wajah pasien (hipertelorisme, tulang hidung yang datar,
alis mata yang menonjol, lipatan epikantus, opasitas
kornea, perubahan retina yag letaknya rendah atau
bentuknya aneh, lidah yang menonjol, dan gangguan gigi
geligi)
 Warna dan tekstur kulit dan rambut, palatum dengan
lengkung yang tinggi, ukuran kelenjar tiroid, dan ukuran
anak dan batang tubuh dan ekstremitasnya adalah bidang
lain yang digali
• Pemeriksaan neurologis
 Gangguan sensoris dapat berupa gangguan pendengaran dan gangguan
visual
 Gangguan dalam bidang motorik, dimanifestasikan oleh kelainan pada
tonus otot (spastisitas atau hipotonia), refleks (hiperefleksia), dan
gerakan involunter (koreoatetosis).

• Tes laboratorium
 Pemeriksaan urin dan darah
 Amniosintesis
 Pengambilan sampel vili korionik

• Pemeriksaan psikologis
 untuk menilai kemampuan perceptual, motorik, linguistik, dan
kognititf. Informasi tentang factor motivasional, emosional, dan
interpersonal juga penting
Gambaran klinis
• Gambaran ini yang dapat terjadi sendiri atau sebagai bagian dari
gangguan mental termasuk hiperaktivitas, toleransi yang rendah
terhadap frustasi,agresi, ketidakstabilan afektif, perilaku motorik
stereotipik berulang, dan perilaku mencederai diri sendiri.
Diagnosis DSM IV
• Fungsi intelektual secara signifikan berada di
bawah rata-rata, IQ kurang dari 70;
• Kurangnya fungsi sosial adaptif dalam minimal
dua bidang berikut: Komunikasi, mengurus diri
sendiri, kehidupan keluarga, keterampilan
interpersonal, penggunaan sumber daya
komunitas, kemampuan untuk mengambil
keputusan sendiri, keterampilan akademik
fungsional, rekreasi, pekerjaan, kesehatan dan
keamanan;
• Terjadi sebelum usia 18 tahun
Diagnosis DSM V
• Defisit dalam fungsi intelektual, seperti penalaran, pemecahan
masalah, perencanaan, pemikiran abstrak, penilaian, pembelajaran
akademik, dan belajar dari pengalaman, dikonfirmasi oleh
penilaian klinis dan individual, tes kecerdasan standar.
• Defisit dalam fungsi adaptif yang mengakibatkan kegagalan untuk
memenuhi standar perkembangan dan social budaya untuk
kemandirian pribadi dan tanggung jawab sosial. Tanpa dukungan
berkelanjutan, deficit adaptif membatasi fungsi dalam satu atau
lebih aktivitas kehidupan sehari-hari seperti, komunikasi,
partisipasi social, dan kehidupan mandiri, di berbagai lingkungan,
seperti rumah, sekolah, pekerjaan, dan komunitas.
• Onset pada deficit intelektual dan adaptif selama periode
perkembangan
Retardasi Mental Ringan
• Antara IQ 50-55 hingga 70. Mereka tidak selalu dapat dibedakan dengan anak-anak
normal sebelum mulai bersekolah. Di usia remaja akhir biasanya mereka dapat
mempelajari keterampilan akademik yang kurang lebih sama dengan level 6.
Mereka dapat bekerja ketika dewasa, pekerjaan yang tidak memerlukan
keterampilan yang rumit dan mereka bisa mempunyai anak
Retardasi Mental Sedang
• Antara IQ 35-40 hingga 50-55. Orang yang mengalami retardasi
mental sedang dapat memiliki kelemahan fisik dan disfungsi
neurologis yang menghambat keterampilan motorik yang normal,
seperti memegang dan mewarnai dalam garis, dan keterampilan
motorik kasar, seperti berlari dan memanjat. Mereka mampu,
dengan banyak bimbingan dan latihan, berpergian sendiri di
daerah lokal yang tidak asing bagi mereka. Banyak yang tinggal
di institusi penampungan, namun sebagian besar hidup
bergantung bersama keluarga atau rumah-rumah bersama yang
disupervisi
Retardasi Mental Berat
Antara IQ 20-25 hingga 35-40. Umumnya mereka memiliki abnormalitas fisik sejak
lahir dan keterbatasan dalam pengendalian sensori motor. Sebagian besar tinggal di
institusi penampungan dan membutuhkan bantuan supervisi terus menerus.
Pencegahan
1. Pencegahan primer, dapat dilakukan dengan:
a. pendidikan kesehatan pada masyarakat;
b. konseling genetik;
c. tindakan kedokteran;
d. pertolongan persalinan yang baik;
e. mencegah kehamilan pada usia terlalu
muda dan terlalu tua.
2. Pencegahan sekunder, berupa: diagnosis dan
pengobatan dini peradangan otak.
Pencegahan
3. Pencegahan tersier
 untuk menekan kecacatan yang terjadi setelahnya
a. Pendidikan untuk anak
 termasuk program yang lengkap yang menjawab latihan keterampilan
adaptif, latihan keterampilan sosial, dan latihan kejujuran.
 Perhatian khusus harus dipusatkan pada komunikasi dan usaha untuk
meningkatkan kualitas hidup
b. Terapi perilaku, kognitif dan psikodinamika
c. Pendidikan keluarga
Farmakoterapi
• Agresif dan perilaku melukai diri sendiri
 Antagonis narkotik seperti naltrexone (Trexan)
dapat menurunkan perilaku melukai diri
sendiri pada pasien retardasi mental yang juga
memenuhi kriteria diagnostik untuk gangguan
austik infantile.
 Mekanisme kerja terapi naltrexone adalah bahwa obat
mempengaruhi pelepasan opioid endogen yang
dianggap berhubungan dengan melukai diri sendiri.
 Carbamazepine (Tegretol) dan valproic acid
(Depakene) adalah medikasi yang juga
bermanfaat pada beberapa kasus perilaku
melukai diri sendiri.
• Gerakan motorik stereotipik
 Medikasi antipsikotik, seperti haloperidol
(Haldol) dan chlorpromazine (Thorazine),
menurunkan perilaku stimulasi diri yang berulang
pada pasien retardasi mental, terapi medikasi
tersebut tidak meningkatkan perilaku adaptif.
• Perilakukemarahan eksplosif
 Penghambat-β, seperti propranolol dan buspirone
(BuSpar), menyebabkan penurunan kemarahan
ekspolasif di antara pasien dengan retardasi
mental dan gangguan autistik.
• Gangguan defisit atensi/hiperaktivitas
 Penelitian terapi methylphenidate pada pasien
retardasi mental ringan dengan gangguan defisit
atensi/hiperaktivitas telah menunjukkan
perbaikan bermakna dalam kemampuan
mempertahankan perhatian dan menyelesaikan
tugas. Penelitian terapi metylphenidate tidak
menunjukkan bukti adanya perbaikan jangka
panjang dalam keterampilan sosial atau belajar.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai